Lilian Restia Ginanjar, seorang gadis mahasiswa semester akhir yang harus mengalami kecelakaan dan koma karena kecerobohannya sendiri. Raganya terbaring lemah di rumah sakit namun jiwanya telah berpindah ke raga wanita yang sudah mempunyai seorang suami.
Tanpa disangka Lili, ternyata suami yang raga wanitanya ini ditempati olehnya ini adalah dosen pembimbing skripsinya sendiri. Dosen yang paling ia benci karena selalu membuatnya pusing dalam revisi skripsinya.
Bagaimana Lili menghadapi dosennya yang ternyata mempunyai sifat yang berbeda saat di rumah? Apakah Lili akan menerima takdirnya ini atau mencari cara untuk kembali ke raganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bibit Pelakor
"Hello epribody.... Disini ada Melinda yang datang dengan membawa kebahagiaan" seru seorang gadis bernama Melinda.
Melinda Nayara ini merupakan adik tiri Arlin yang tak lain adalah anak kandung Mama Irene. Selama ini dirinya tinggal di luar negeri karena memang menempuh pendidikan disana. Tentunya semua biaya ditanggung oleh Arlin namun sudah satu tahun ini uang yang diberikan tak pernah mencukupi kebutuhannya. Dimulai biaya pendidikan yang kadang telat pembayarannya karena ibunya tak mengirim uang.
Bahkan untuk memenuhi semua kebutuhan belanja dan kehidupan sehari-harinya harus irit. Dirinya tadi sudah datang ke rumah papa tiri dan mamanya namun disana sepi. Bahkan saat mengintip kearah jendela rumah, hampir seluruh isi ruangan tampak kosong. Melinda segera saja menghubungi mereka dengan ponselnya namun tak diangkat. Segera saja Melinda datang ke rumah kakak tirinya yang sudah menikah itu.
Melinda berpikir kalau kedua orangtuanya pasti sedang pergi ke rumah kakak tirinya. Tentunya ia sudah terbiasa datang kesana terlebih Arlin yang orangnya cuek. Namun saat melihat depan mansion kakaknya tak ada mobil milik kedua orangtuanya, ia sedikit kebingungan kemudian langsung menyelonong masuk saja.
"Kayanya ada ulat bulu datang deh" ucap Arlin tiba-tiba.
Semua orang masih ada di belakang halaman mansion. Sedari tadi bahkan mereka tak beranjak sama sekali dari sana karena sudah nyaman dengan kebersamaan ini. Saat mereka tengah bercanda ria, ternyata semuanya dikejutkan oleh teriakan seseorang. Mbok Lala yang sedang keluar rumah pun tak tahu adanya tamu itu.
Sebenarnya mansion Aldo ini banyak sekali ART yang bekerja namun laki-laki itu tak suka jika tak ada yang mengawasi sehingga untuk beberapa saat memulangkan mereka. Nantinya jika sudah ada orangtuanya tentu akan diminta kembali lagi.
"Butan mama. Ante Inda tu ibit-ibit plakol" seru Kei meralat ucapan Arlin.
"Kamu tahu kata-kata itu darimana, nak?" tanya Arlin dengan lembut agar anaknya tak ketakutan.
"Dali oma" jawab Kei dengan mata mengerjap polos.
Tentunya Mama Nei langsung mengalihkan pandangannya kearah sembarang arah. Sedangkan Aldo kini langsung menatap mamanya itu dengan tatapan tajamnya. Kesal dirinya karena mamanya ini malah mengajarkan anaknya kata-kata yang tak sepatutnya ia tahu.
Bahkan sang suami juga langsung saja mencubit lengan istrinya itu membuat Mama Nei mengerucutkan bibirnya kesal. Semua orang seakan menghakiminya padahal dia bermaksud baik agar kelak Kei bisa membedakan mana manusia yang baik dan buruk.
"Wah... Kalian ternyata disini" seru Melinda yang ternyata sudah berada didekat pintu masuk halaman belakang.
Dengan langkah riangnya, Melinda langsung berjalan kearah gazebo. Sesampainya disana segera saja Melinda duduk di samping Aldo padahal tempat itu sangatlah sempit dan berada di tepi gazebo. Sedangkan Mama Nei yang tak menyukai keberadaan gadis itu melengoskan matanya.
"Mau ngapain kamu kesini?" ketus Mama Nei.
"Tentunya mau ketemu papa dan mamaku dong, tante" jawabnya dengan antusias.
Mereka semua yang ada disana mengernyitkan dahinya heran dengan apa yang diucapkan oleh Melinda. Pasalnya disini tak ada orangtua gadis itu. Aldo sedari tadi berusaha untuk menjauhkan tubuhnya dari Melinda. Gadis itu terus memepet dirinya hingga kini Aldo membuat Arlin geram karena kesempitan.
"Sanaan dikit dong, mas. Ini sempit lho kan disini ada Kei dan mama juga" kesal Arlin.
"Ini lho, si ulat bulu ini nempel mulu lho sampai aku harus dekat-dekat kamu" ucap Aldo bergidik ngeri.
Arlin yang tadinya tak peka itu langsung saja melihat kearah posisi Melinda dan Aldo yang memang terlihat berdekatan. Arlin langsung memberi kode pada suaminya dengan menunjuk kearah seberang mereka duduk. Aldo pun bergegas pergi dari sana kemudian duduk disamping papanya. Sedangkan Melinda sendiri kesal karena Aldo telah berpindah tempat.
Dirinya tadi sempat terkejut karena Arlin ternyata tak secuek dulu. Bahkan terlihat sekali kalau mereka yang ada di gazebo sedang bercanda ria. Beberapa waktu lalu, ia sudah dikabari oleh mamanya kalau Arlin telah sadar dari komanya. Namun ia tak tahu kalau setelah sadar dari komanya, sikap sang kakak tiri juga ikut berubah.
"Ish... Aku bukan ulat bulu kali" ucap Melinda tak terima sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
Arlin dan Mama Nei hanya menatap sinis kearah Melinda yang seakan-akan bersikap manja. Bahkan suaranya dibuat mendayu-dayu untuk menarik perhatian Aldo. Bukannya Aldo dan Papa Tito perhatian, justru rasanya mereka ingin muntah saja. Bahkan Papa Tito yang sedari tadi menampilkan senyumnya pun langsung mengubah raut wajahnya.
"Iya, ukan ulat ulu api ibit-ibit plakol" celetuk Kei.
Kali ini Arlin dan Mama Nei langsung saja mengacungkan kedua jempolnya kearah Kei setelah mendengar itu. Sedangkan Melinda langsung saja menatap kesal kearah Kei. Ia tak terima jika dibilang seperti bibit-bibit pelakor. Toh kalau Aldonya mau dengannya itu pasti karena memang sama-sama cinta. Bukan hanya dia yang menjadi duri dalam pernikahan itu.
"Kei kok gitu sih sama tante?" kesal Melinda dengan nada manjanya.
"Udah deh... Ganggu aja sih. Pulang sana, cari tuh bapak sama emak loe. Mereka nggak ada disini kalau loe nyari" ketus Arlin.
Arlin sudah malas menanggapi seseorang yang menurutnya peganggu dalam kehidupannya yang tenang itu. Jiwa bar-bar dan ucapan pedasnya yang dulu ia gunakan saat menjadi Lili langsung saja keluar karena memang sudah tak nyaman dengan kehadiran Melinda. Bahkan Aldo saja tercengang dengan sikap Arlin yang berubah dari biasanya. Sepertinya Arlin sudah sadar mengenai dirinya yang hanya dimanfaatkan kebaikannya oleh Melinda itu.
"Lalu aku harus cari mereka dimana dong? Terus kok Kak Arlin berubah gini sih, Melinda nggak suka" ucap Melinda kesal dengan perubahan kakaknya itu.
"Berubah? Perasaan aku ya gini aja deh dari dulu, nggak berubah jadi cat woman atau superman kan? Aneh" ucap Arlin acuh.
"Kalau mau cari orangtuamu itu, carilah di bawah kolong jembatan" lanjutnya.
Tentunya mata Melinda membulat tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Arlin. Tak mungkin juga orangtuanya itu kini tinggal di bawah kolong jembatan. Walaupun miskin atau tak punya uang banyak, namun mereka takkan mau kalau tinggal disana. Lagi pula melihat perubahan kakaknya ini membuat Melinda yakin kalau kedua orangtuanya takkan diberi uang jatah bulanan kembali.
"Nggak mungkin. Orangtuaku itu kaya, masa iya tinggal disana" ucap Melinda tak percaya.
"Iya kaya. Kaya monyet" ketus Arlin.
Melinda yang kesal pun langsung pergi berlalu dari gazebo untuk mencari keberadaan orangtuanya. Kalau benar orangtuanya berada di bawah kolong jembatan, tentunya nasib kuliahnya juga berada di ujung tanduk. Melinda bahkan keluar tanpa berpamitan pada orang-orang disana. Aldo segera menghubungi keamanan komplek untuk tak membiarkan gadis itu masuk dalam area mansionnya.