Hana Larasati Abraham, wanita cantik yang memiliki karir cemerlang. Dia salah satu penerus perusahaan keluarga Syahbana. Memiliki paras mempesona membuat dirinya diperebutkan para pria.
Kehadiran seorang pria yang ditugaskan menjadi sopir pribadinya menjadikan dirinya sosok wanita sombong dan angkuh. Apalagi dia tahu jika Dennis adalah bocah laki-laki tak disukainya dari kecil, rasa kebenciannya semakin besar dan berusaha membuat lelaki tersebut tidak betah.
Akankah Dennis Lim Kyo bertahan dengan sikap arogan Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Membujuk Winny Agar Memaafkan Hana
Dennis mengajak Winny bertemu, dia kelihatan kecewa atas apa yang dilakukan wanita itu kepada Hana.
"Kenapa kamu memberitahu hal ini kepada orang tuanya?"
Winny malah tertawa sinis.
"Kamu berhasil membuatnya pergi dari negara ini?"
"Kenapa kamu tidak suka jika teman masa kecilmu jauh darimu?" Winny balik bertanya.
Dennis mencoba menahan amarahnya.
"Itu belum seberapa, seharusnya aku membuatnya menderita karena cinta tak terbalas," ujar Winny.
"Kamu tidak jauh berbeda dengannya!" Dennis menekankan kata-katanya.
"Aku melakukannya karena dia lebih dulu memulainya!"
"Aku tidak suka caramu!"
"Oh, apa kamu sudah mulai jatuh cinta padanya?"
Dennis terdiam.
"Aku yakin kamu mulai mencintainya makanya selalu membelanya," kata Winny.
"Aku tidak mencintainya!"
"Baguslah kalau begitu," ucap Winny tersenyum puas.
"Lalu kenapa kamu memberikan syarat kepada keluarganya?"
"Aku sengaja biar makin lama dia di sana, karena ku yakin kamu tidak akan semudah itu mendapatkan penggantiku," jawab Winny bangga.
Dennis menghela napas.
"Tak ada yang boleh memiliki kamu selain aku," ucap Winny tersenyum devil.
Dennis memijit pelipisnya.
"Kira-kira Nona kesayangan kalian sekarang sedang apa, ya? Apa dia lagi menangisi cintanya tak terbalas atau karena berpisah dari orang tuanya," ujar Winny menarik ujung bibirnya.
"Aku tidak menyangka wanita yang kukenal lembut, baik, sopan dan sempurna ternyata hatinya pendendam!"
Senyum sinis Winny memudar kala mantan kekasihnya itu menyindirnya tajam.
"Seharusnya aku menyuruh Hana memberitahu orang tuanya kalau pelaku yang membuatnya pingsan malam itu adalah kamu."
Winny semakin tersudutkan.
"Tapi, Hana melarang aku dan Arya. Dia tak mau mempermasalahkannya, karena kamu tahu 'kan jika Keluarga Harsya Abraham tidak suka kalau putri kesayangannya terluka."
Winny tampak gelagapan.
"Aku sarankan pergilah ke rumah orang tuanya dan katakan jika kamu memaafkannya, melupakan semua yang terjadi."
"Agar kamu bisa menjalin hubungan dengannya?" tuding Winny.
Dennis tertawa kecil.
"Kamu menyukainya, kan?"
"Winny, jangan hiraukan aku. Fokuslah dengan hubunganmu bersama Arya. Apalagi ada janin di rahimmu," jawab Dennis.
Winny terkejut mendengar jawaban mantan kekasihnya.
"Kamu pasti ingin bertanya dari mana aku tahu semuanya," tebak Dennis.
Winny mulai panik.
"Arya memberitahunya," ucap Dennis.
"Iya, aku hamil anaknya yang calon ayahnya sangat kubenci!"
Dennis tertawa tipis seakan mengejek.
"Kamu pikir aku akan menerima semua ini," ujar Winny.
"Jangan egois, Winny. Suamimu itu sangat mencintaimu," kata Dennis.
"Aku hanya mencintaimu, Nis."
"Lupakan tentang kita, tatap masa depanmu."
"Kamu masa depanku!"
"Arya masa depanmu," ucap Dennis.
Tak terasa air matanya Winny jatuh.
"Aku menyuruh suamimu juga datang ke sini," kata Dennis dengan tatapannya ke arah pria yang baru saja masuk kafe.
Winny tak menoleh.
Arya duduk di sebelah istrinya.
"Aku tidak membuatnya menangis," jelas Dennis membela diri.
"Bagaimana?" tanya Arya. Pria itu tahu alasan Dennis ingin bertemu dengan Winny.
"Kalian harus bantu aku untuk memulangkan Nona Hana ke sini," jawab Dennis.
"Aku akan coba membantu," ucap Arya.
Winny hanya diam sesekali menyeka air matanya.
"Istrimu?" tanya Dennis.
"Win, tolong maafin Nona Hana," mohon Arya.
"Tidak!" tolak Winny tegas.
Dennis menghela napas kasar.
"Kamu mau keluarga Abraham menghancurkan kita?" tanya Arya.
"Aku tidak peduli!" jawab Winny dingin.
"Kamu mau anak kita kehilangan ayahnya?" tanya Arya lagi.
Winny menatap suaminya.
"Maafkan Nona Hana," pinta Arya.
"Kamu akan menjadi seorang ibu, bagaimana jika dipisahkan dengan anak yang sama sekali belum pernah tinggal berjauhan?" tanya Dennis.
Hana meskipun keras kepala tapi dirinya tak dapat jauh dari kedua orang tuanya. Tadi pagi saja, pengawal pribadi gadis itu menghubungi Alpha kalau Hana tubuhnya panas.
Hana melarang pelayan dan pengawalnya memberitahu kedua orang tuanya. Makanya, Alpha hanya mengabari Dennis saja.
"Winny..." panggil Arya lembut.
"Baiklah, aku akan menemui mereka dan mengatakan memaafkan dia," ucap Winny.
Dennis dan Arya saling pandang tersenyum lega.
***
Esok harinya, Dennis dipanggil Anaya ke rumahnya. Saat makan siang, ia pun bergegas menemuinya.
"Nis, bagaimana cara membujuk Hana pulang?" tanya Anaya.
Dennis tak segera menjawab.
"Kemarin sore, Winny dan suaminya datang memberi maaf pada Hana. Dia mengaku jika sikapnya berlebihan. Bibi dan paman senang mendengarnya," ujar Anaya.
"Saya juga tidak tahu, Bi. Hana menolak menjawab telepon dan membalas pesan," jelas Dennis.
Anaya menghela napas.
"Coba Bibi ke sana menjemputnya," usul Dennis.
"Dia juga menolaknya, Bibi jadi khawatir dengannya apalagi ini sedang sakit," ujar Anaya.
"Bibi tahu Hana sakit?" tanya Dennis.
Anaya mengangguk.
Dennis menarik napasnya.
"Dia akan pulang tiga tahun lagi, itu 'kan sungguh lama sekali," ucap Anaya.
"Saya tidak dapat membantu, Bi."
"Apa Hana marah pada kami karena mengirimkannya ke sana?"
"Mungkin Nona Hana ingin mandiri dan belajar jadi dewasa," jawab Dennis.
Anaya mendengarnya seakan setuju.
"Paman dan Bibi 'kan dapat mengunjunginya," ujar Dennis.
Anaya manggut-manggut paham.
***
Bulan berganti bulan....
Anaya, suaminya serta Alpha dan istrinya berangkat mengunjungi Hana kali ketiganya selama 7 bulan terakhir.
Selama kunjungan Hana mengatakan jika keluarga dan adik-adiknya yang lainnya boleh ikut hanya Dennis tak diizinkan untuk menemuinya.
Dennis sedikit kecewa dirinya tak diikutsertakan. Alasan Hana agar dapat melupakan sosoknya.
Dennis pun tak mempermasalahkannya lagian dia juga tidak mencintai gadis itu.
Dayna yang sekarang bekerja di perusahaan ayahnya, siang ini mengajak Dennis makan bersama. Tentunya ada Bryan dan Alvan.
Dayna melakukan panggilan video telepon dengan kakak sepupunya. Ia melambaikan tangan ke arah benda tipis itu.
"Apa kabar, Kak?" sapa Dayna dari kejauhan.
"Baik, Day."
"Bagaimana kehidupan di sana? Apa sangat menyenangkan?" Bryan ikut nimbrung.
"Lumayan enak," jawab Hana tersenyum.
Bryan lalu mengambil ponsel Dayna dan mengarahkan pada Alvan di sebelahnya.
"Hai, Kak!" sapa Alvan.
"Hai, Van!" Hana mengangkat salah satu tangannya menyapa.
"Bryan, sini ponselku!" Dayna merampas miliknya dari sepupunya.
Dayna lalu mengarahkan kamera kepada Dennis yang duduk di sebelah kanannya.
Hana dan Dennis keduanya diam ketika saling pandang walau jarak jauh.
"Kak..."
"Day, aku tutup ya. Ku mau tidur, sampai jumpa!" Hana segera mematikan ponselnya.
"Ya, kenapa cepat sekali 'sih ditutupnya?" keluh Dayna.
"Kak Hana mau tidur, kamu saja yang tak tahu waktu meneleponnya," cetus Alvan.
"Apaan sih, biasanya dia tak masalah. Kenapa kamu yang sewot?" Dayna memiringkan bibirnya.
"Day, Van, sudah jangan ribut. Lanjutkan lagi makannya," Dennis melerai keduanya.
"Kalian berdua ini selalu saja bertengkar, nanti berjodoh," celetuk Bryan.
"Siapa pula yang mau dengan pria seperti dia? Ogah aku!" Dayna melirik sinis.
"Aku pun juga, seperti tidak ada gadis lain saja di dunia ini!" balas Alvan.
"Van, Day, cukup!" tegur Dennis.
"Iya, Kak!" ucap Alvan dan Dayna serentak.
Perjalanan balik ke kantor, Dennis terus memikirkan sikap Hana kepadanya yang seakan memang menjauhinya.
Entah, kenapa rasa sakit sekali ketika Hana segera menutup video panggilan saat berhadapan wajah dengannya.
"Tak mungkin aku jatuh cinta padanya," Dennis membatin.
ceritanya bagus lo,,
lanjut la thor sampai HANAN AMA NADIEN bersatu,,kan nanggung ceritanya
ya thor ya🙏🙏🙏
jangan berhenti dong...