Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TURUN GUNUNG
2 tahun kemudian,
Semua unsur yang ada di alam telah berhasil Amora kendalikan dengan baik sehingga semua elemen kekuatan baik itu elemen api, air, angin, tanah, petir, es dan cahaya, telah menyatu sempurna didalam tubuhnya, membuat aura mulia yang terpancar ditubuhnya semakin kuat.
Mata amber yang hangat, melengkapi kesempurnaan visual Amora yang kini wajahnya lebih tirus karena lemak bayi dibagian pipi dan lehernya sudah menghilang.
“Sudah waktunya kamu untuk keluar dari tempat ini dan jalani hidupmu yang sebenarnya”, ucap Solan penuh kebanggaan.
Dia sama sekali tak menyangka akan menjadi seorang guru dari pemilik elemen alam, yang dimiliki oleh seseorang yang telah dipilih dari langit.
Melihatnya berhasil menguasai semua kekuatan yang ada dalam dirinya, sebagai guru, tentu saja Solan merasa bangga.
Meski begitu, tak ada riak takabur atau kesombongan diwajahnya, meski dia telah berhasil mendidik gadis yang dipilih oleh langit agar siap menjalankan tugasnya.
“Baik guru. Aku akan bersiap dan segera keluar untuk mengemban misi menjaga kedamaian dunia”, ujarnya antusias.
Amora telah sepenuhnya melepaskan rasa sakit dalam dirinya dan bertekad untuk menegakkan keadilan dimanapun kakinya berpijak.
Karena bercita-cita untuk menegakkan keadilan dan menjaga perdamaian dunia, maka Amora pun memutuskan untuk masuk menjadi tentara.
Kebetulan sekarang usianya sudah empat belas tahun. Usia minimal untuk mendaftar menjadi abdi negara yang akan membawa kerajaan Kaleis mencapai kejayaannya.
Solan yang menemani Amora berberes, memecah keheningan. “Apa harus menjadi tentara? Bukankah kamu bisa menjadi penegak keadilan dengan cara yang lain?”.
Pria bersurai ungu itu masih belum menyerah untuk membuat Amora melepaskan ambisinya menjadi tentara wanita.
Menurutnya, menegakkan keadilan tak harus menjadi seorang tentara, masih banyak bidang yang bisa Amora masuki, terutama yang ada dalam pemerintahan.
Namun, Amora yang sedikit tomboy sejak kecil, sangat menyukai perkelahian, baginya menjadi tentara dan bertempur dengan musuh serta membekuk orang jahat, merupakan impiannya.
Bukan penjadi penegak keadilan yang hanya memerlukan otak tanpa bisa menggunakan tenaga. Jika seperti itu, maka kekuatan yang dimilikinya akan menjadi sia-sia.
Selain itu, Amora masih penasaran dengan tangan kanan Marquess Boryet yang dipanggil Diego.
Pria kekar itu memiliki energy kegepalan yang sangat kuat. Dan jika dugaannya benar, maka dunia sedang berada dalam ancaman.
Untuk membasmi orang-orang yang bersekutu dengan iblis, tentara adalah bidang yang tepat, karena para bangsawan tinggi dan para menteri tak bisa menyentuh mereka, sebab militer merupakan lembaga independen yang memiliki aturan tersendiri dimana hanya Raja yang bisa mencampuri wewenangnya.
Apalagi, kekuatan militer selama turun temurun dipegang oleh keluarga Duke Eisenhower, keluarga kerabat kerajaan yang selalu tegas sehingga tak ada bangsawan dan para menteri yang berani mengusiknya.
Bahkan Raja pun terlihat segan pada keluarga pamannya itu, sehingga dia hanya bisa memberikan masukan jika diperlukan dan menghormati serta menghargai dna juga mendukung penuh setiap keputusan yang keluarga Duke Eisenhower keluarkan.
Solan yang merasa jika tekad Amora telah bulat, pada akhirnya menyerah dan mengingatkan gadis muda itu untuk selalu menjaga kemurnian hati dari sifat iri, dengki, sombong dan serakah yang secara naluri menjadi sifat dasar manusia.
“Apa kamu akan langsung menuju kota Piraus?”, tanya Solan penasaran.
“Perekrutan tentara masih tiga bulan lagi. Aku akan kembali ke kota Erythra dulu untuk memastikan sesuatu”, jawab Amora sambil mengangkat tas ransel yang segera dia bawa dipundaknya.
Solan yang sudah pernah mendengar cerita dari Amora jika dalam pertempuran malam itu, dia tak melihat mayat sang kakak sehingga besar harapan gadis itu jika kakaknya masih hidup dan berada dan dikota kelahirannya itu, memberinya semangat agar tak menyerah untuk mencari satu-satu keluarganya yang tersisa.
“Pakai ini”, ucap Solan sambil menyerahkan topeng yang bisa menutupi sebagian wajahnya.
Meski penampilan Amora sudah sedikit berubah. Namun seseorang yang mengenalnya, pasti akan bisa mengetahui identitasnya jika wajah gadis itu tak sedikit disamarkan.
Melihat perhatian gurunya, hati Amora merasa hangat. Meski dia bisa merasakan aliran kekuatan dalam dirinya, namun dipermukaan, penyakit CIPA yang diidapnya masih belum sembuh.
Untungnya, dia memiliki kekuatan penyembuh, sehingga luka yang dihasilkan tak bisa membahayakan nyawanya karena akan segera sembuh dalam waktu singkat dengan kekuatan cahaya dan alam yang dimilikinya.
Untuk terakhir kali sebelum pergi, Amora menoleh kebelakang, lelaki bersurai unggu dibelakangnya telah mengajarkan banyak hal kepadanya, menatapnya sambil tersenyum lebar dengan satu tangan terkepal keatas, memberikan semangat kepadanya.
Bukan hanya memperkuat fisiknya, sang guru menjadi orang yang paling berjasa dalam mendidik karakter serta moralnya.
Berkat bimbingan Solan, kemurnian dan kebersihan hati Amora tetap terjaga hingga sekarang.
Membersihkan hatinya dari api dendam yang bisa membakar habis nuraninya, jika tak ditangani dengan benar, dendam bisa membuat Amora menjadi monster haus darah yang siap menebas siapa saja orang yang pernah menyakiti keluarganya.
Di usianya yang menginjak remaja, Amora sudah bisa mengatur berbagai macam emosi yang ada dalam dirinya secara bijak.
Dan semua pengendalian diri yang baik itu Amora pelajari dari Solan, gurunya yang tak lelah terus mengajarinya menekan amarah yang bisa mencemari kesucian hatinya.
Selain memiliki guru yang tepat, lingkungan pengobatan yang Solan bangun juga memberikan aura postif dalam diri Amora dimana orang-orang yang selama ini menjadi murid sang guru telah sepenuhnya meninggalkan nafsu duniawi sehingga mereka melakukan pekerjaan dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun atas dasar kemanusiaan.
Dalam hati yang bersih, selalu menginginkan perdamaian dan ketenangan hidup. Dan Amora, dengan kekuatannya bertekad untuk merealisasikan hal itu karena dia merasa jika iblis sudah mulai turun dan menguasai sebagain manusia yang ada didunia.
Surai hijau zamrud dalam balutan warna hitam yang mempesona, berkibar seiring langkah kaki Amora meninggalkan menara putih dimana balai pengobatan milik Sonas berdiri kokoh diatas bukit.
Dibelakang tubuh gadis muda itu, para penghuni menara mengantar kepergian Amora dengan tatapan hangat dan teduh.
Saat jarak Amora telah jauh, menara putih yang sangat asri dan tenang itu beserta para penghuninya menghilang dalam sekejam mata.
Orang yang memiliki hati dan keinginan yang tulus untuk menyembuhkan dirinyalah yang bisa melihat menara pengobatan itu dan mendapatkan perawatan.
Solan melindungi menara balai pengobatannya dengan kekuatan cahaya miliknya agar keberadaannya tak terendus kekaisaran Foteirno yang hingga kini masih belum lelah mencari keberadaannya.
Amora memegang bandul kalung batu merah delima yang diberikan oleh Solan kepadanya tadi malam.
Batu merah delima itu konon merupakan pusaka peninggalan raja vampir yang sempat memasukkan racunnya kedalam tubuh Solan dengan harapan, pria pemilik elemen cahaya itu menjadi bangsa terkutuk seperti dirinya dan meneruskan perjuangannya yang pada saat itu tengah diburu oleh para saintess untuk dimusnahkan.
Mengingat pesan sang guru, Amora akan selalu menjaga pusaka itu dengan baik. Keberadaan batu merah delima, bisa menekan kekuatan elemen cahaya dan alam yang dimilikinya.
Amora bisa memunculkan elemen apa saja yang dikehendakinya sebagai kekuatan yang terlihat ditubuhnya, selain dua elemen istimewa yang menjadi incaran setiap orang dalam dunia ini.
Begitu tiba dibawah, Amora melihat kuda yang telah disiapkan untuknya, segera berjalan mendekat.
Setelah mengikat rambutnya menjadi ekor kuda dengan ranting kering pohon yang sedikit lentur, pedang panjang dia letakkan dipinggangnya dan buntalan perbekalan dia selempangkan di badannya, siap untuk memulai perjalanan dan hidup yang baru.
Penampilan Amora sudah seperti seorang pengembara yang melakukan perjalanan untuk menciptakan keadilan di dunia.