Cinta Si Gadis Sombong
Tiiit........
Tiiit........
Seorang wanita cantik berkacamata hitam mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil mewahnya. "Hei, bisakah kamu minggir!" teriaknya.
Pria yang menggunakan motor tua tampak santai dan hanya bisa menoleh sebentar namun tak berniat menggeserkan kendaraannya.
Wanita cantik itu lantas keluar dari mobilnya dan menghampiri sang pria. "Hai, aku lagi bicara padamu. Apa kamu tidak mampu mendengar?" omelnya.
Pria itu menghela napas lalu menjawab, "Nona, motorku rusak. Jadi, saya harap anda memakluminya."
"Aku sangat buru-buru, kenapa harus diriku yang memakluminya?" tanyanya dengan congak.
Pria itu lantas turun dari motornya dan mendorong kendaraannya sedikit ke depan agar mobil wanita tersebut dapat lewat.
"Motor tua seperti itu, tidak seharusnya kamu pakai!" umpatnya.
Wanita cantik dan sombong itu kemudian memasuki mobil mewahnya. Dengan sengaja ia membunyikan klakson sekencang mungkin.
Pria pengendara motor hanya mengelus dada dan menggelengkan kepalanya ketika mobil merah itu melewatinya.
Setibanya sang wanita di gedung kantor perusahaannya....
Hana Larasati Abraham, wanita muda berusia 24 tahun keluar dari mobil mewah pemberian sang ayah. Berjalan dengan anggun dan angkuh melewati para karyawan yang berdiri menyambut kedatangannya.
"Selamat pagi, Nona!" sapa seorang wanita berusia 27 tahun.
"Pagi!" Hana membuka kacamata hitamnya.
"Tuan Harsya sudah menunggu anda di ruangan rapat," ujar wanita bernama Inka.
"Kenapa ayahku cepat sekali datangnya?" Hana tampak heran padahal dia lebih dahulu berangkat.
"Saya tidak tahu, Nona."
Hana mempercepat langkah kakinya.
Sesampainya di ruangan rapat, ia membuka pintu.
"Ayah kenapa hanya kita saja?" tanya Hana, mengedarkan pandangannya karena cuma ada dirinya dan Harsya.
"Duduklah, Nak. Para rekan kerja kita sedang di perjalanan," jawab Harsya.
"Aku pikir kita akan segera memulai rapat," celetuk Hana.
"Ayah sengaja mengatakan jika rapat akan diadakan pagi ini biar kamu tidak terlambat. Kenyataannya, kamu memang telat lima menit!" Harsya memperhatikan arloji di tangannya.
"Ayah, sebenarnya aku tidak terlambat karena pria bodoh itu makanya ku jadi telat."
"Jangan menjadikan alasan orang lain untuk menutupi kesalahanmu, Nak!"
"Ayah, aku tidak berbohong," Hana berusaha membela diri.
"Iya, Nak. Ayah percaya padamu hari ini," Harsya tersenyum.
"Jadi, selama ini ayah tidak percaya padaku?"
"Ayah percaya, Nak. Mana mungkin putri kesayangan kami melakukan kebohongan," Harsya menjawab agar putrinya tak cemberut.
Hana tersenyum lalu memeluk ayahnya yang sedang menatap kota dari jendela.
"Sebentar lagi mereka datang persiapkan dirimu!"
"Iya, Yah."
Tak lama kemudian para rekan kerja Harsya yang akan melakukan kerja sama dengan perusahaannya pun tiba.
Hana yang sangat cantik menjadi pusat perhatian para pria.
Harsya sampai berkali-kali berdehem agar para pria muda memperhatikan penjelasan putrinya daripada menganggumi kecantikannya.
Hana yang melemparkan senyumannya membuat para pria tersipu.
Sejam mengadakan rapat, Hana meninggalkan tempat tanpa bersalaman kepada rekan bisnisnya.
Para pria itu pun tak berani bertanya tentang Hana kepada Harsya karena takut.
Hana memasuki ruang kerjanya dengan perasaan lega, akhirnya rapatnya lancar dan semuanya setuju dengan keputusannya.
Telepon di meja kerjanya berdering, Hana lantas menjawabnya, "Halo, Ayah!"
"Ke ruangan kerja Ayah sekarang, Hana!"
"Baiklah, Yah."
Hana lantas berdiri dan berjalan menuju ruangan sang ayah.
Tampak seorang pria muda sedang berhadapan dengan ayahnya.
Hana lantas mensejajarkan posisinya dengan pria itu dan ia menoleh, matanya membulat ketika mengetahui seseorang yang ada disampingnya. "Kamu!"
"Kamu mengenalnya, Nak?" tanya Harsya.
"Karena dia aku menjadi terlambat, Yah!" Hana menunjuk wajah pria yang ada di sebelahnya.
"Maafkan saya, Nona!" pria itu menundukkan kepalanya.
"Hana, dia Dennis. Keponakannya Paman Alpha," jelas Harsya.
"Apa!" Hana tampak terkejut.
"Iya, Nak."
"Kenapa dia di sini?" tanya Hana tak suka.
"Sayang, mulai hari ini dia akan berkerja denganmu," jelas Harsya lagi.
"Ayah tidak salah?"
"Tidak, Nak."
"Dia akan menjadi sopir pribadimu," ucap Harsya.
"Aku tidak butuh sopir, Yah!" Hana menolaknya.
"Ayah tidak mau hal buruk menimpamu apalagi kamu mengendarai mobil tak memikirkan pengendara lainnya," ungkap Harsya.
Hana pun terdiam.
"Mulai sekarang dia bekerja untukmu," ujar Harsya.
Hana memang dari dulu tak menyukai Dennis meninggalkan ruangan kerja ayahnya.
"Dennis, maafkan putri saya!"
"Tidak apa-apa, Tuan."
"Temui dia di ruangannya, tanyakan saja apa pekerjaanmu padanya," titah Harsya.
"Baik, Tuan."
Dennis lalu melangkah ke ruangan kerjanya Hana dengan bertanya-tanya kepada para karyawan yang lainnya.
Inka menghubungi Hana, "Nona, Tuan Dennis ingin bertemu dengan anda."
"Suruh dia masuk!" titahnya dari ujung telepon.
"Baik, Nona." Inka menutup panggilannya.
Inka mengarahkan pandangannya kepada pria dengan tinggi 175 cm dan hidung mancung serta berkulit putih bersih ciri khas orang Asia.
"Tuan, anda dipersilakan masuk," ucapnya.
"Baiklah, terima kasih!" Dennis menundukkan kepalanya tanpa senyuman.
"Sama-sama, Tuan."
Dennis membuka pintu dan tak lupa mengucapkan kata, "Permisi!"
Hana tak menjawab.
Pintu tertutup, kini ada dirinya dan Hana di ruangan.
"Mau apa ke sini?" tanya Hana ketus.
"Saya ke sini di suruh Tuan Harsya menanyakan tugas," jawab Dennis.
"Mobil milikku sangat mahal, kamu bekerja sepuluh tahun di perusahaan ini belum tentu mampu membelinya. Apa bisa mengendarainya?" Hana memandang sepele pria yang ada dihadapannya.
Dennis hanya mengangguk.
Hana mengambil kunci dari dalam lacinya lalu ia tunjukkan pada Dennis. "Ambil!"
Belum tangan Dennis terulur, Hana dengan sengaja menjatuhkannya di lantai.
Dennis sejenak menatap kunci lalu mengarahkan wajahnya kepada Hana.
"Kenapa diam? Cepat ambil!" perintahnya dengan angkuh.
Dennis lantas mengambilnya lalu memperbaiki posisi berdirinya.
"Aku tidak mau kamu memakai pakaian lusuh seperti itu. Pergilah ke bagian karyawan dan minta pakaian seragam sopir. Kamu bisa tanyakan kepada sekretarisku!"
"Baik, Nona."
"Setelah berganti pakaian, tolong lap mobil," titahnya.
"Iya, Nona."
"Keluarlah dan kerjakan perintahku!"
Dennis mengangguk dan bergegas keluar ruangan.
-
Hana tidak keluar makan siang karena ayahnya telah lebih dahulu meninggalkan kantor sejam lalu.
Hana menelepon sekretarisnya untuk membelikan makan siang untuknya.
"Saya akan menyuruh OB membelinya, Nona."
"Tidak perlu, kamu suruh sopir baruku saja!"
"Nona, apa dia tahu pesanannya?"
"Kamu harus jelaskan padanya!"
"Baik, Nona."
"Nanti suruh dia langsung yang mengantarkannya ke ruangan!"
"Iya, Nona."
Telepon pun berakhir.
Menunggu 40 menit, pesanan Hana pun datang. Dennis meletakkan di atas meja kerja.
"Mau ke mana?" tanya Hana saat Dennis hendak meninggalkan ruangannya.
"Saya akan kembali ke parkiran mobil, Nona."
"Di sini saja, temani saya makan!"
Dennis mengangguk mengiyakan.
Hana menikmati makan siang yang dibeli oleh sopir pribadinya. Tak ada sesuatu yang aneh namun tiba-tiba pandangannya gelap, keringat bercucuran di dahinya.
Dennis bergerak mendekati, "Nona!"
Hana memegang tangan Dennis dan mencoba berdiri.
"Nona!"
Tubuh Hana ambruk di pelukan Dennis.
"Nona, bangunlah!" menepuk pelan pipi Hana yang berada di pangkuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
mampir thor kayaknya bagus ceritanya hana sang nona angkuh n sombong.....
2023-10-22
1
mama Al
aku mampir salam dari Bingkai cinta untuk Sarmila
2023-05-09
0