Ratu Gyeo Wol adalah ratu yang tidak pernah mendapat kasih sayang Yang Mulia Raja Hyeon. Mereka menikah karena politik. Raja Hyeon menikahi Ratu Gyeo karena mebutuhkan kekuatan militer dari panglima perang Kyung Sam yang tidak lain adalah kakak kandung sang ratu.
Selama menjadi ratu, Gyeo Wol tidak pernah disentuh oleh Hyeon. Hal tersebut tentu saja ia sembunyikan dari sang kakak karena dia tidak ingin membuat kakaknya khawatir.
Gyeo Wol pun memilih diam hingga sebuah peristiwa membuat dirinya bangkit dan melawan.
" Akan ku buat kau bertekuk lutut di hadapanku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 26. Panjang, Lebar, dan Benar
Pagi hari di tenda pengungsian kabupaten Ding, Dae Jung hendak memberi kabar bahwa parit yang dibuat sudah berfungsi dengan baik. Tanpa banyak berpikir Dae Jung pun langsung masuk ke dalam. Namun seketika itu juga ia membalikkan tubuhnya dan kembali berjalan keluar tenda.
Wajah Dae Jung terlihat memerah layaknya tomat yang baru masak. Tak berselang lama Du Ho pun menyusul masuk, ia hendak mencari ratunya. Kemarin Sang ratu mengatakan bahwa hari ini akan ikut menanam pepohonan.
Du Ho tentu saja heran mengapa Dae Jung berdiri di sana dan tidak segera menemui Raja Hyeon.
" Laah mengapa masih berdiri di sini. Bukankah kamu mau membuat laporan kepada raja?"
" Aku tidak bisa mengganggu yang mulia raja dan ratu."
" Maksudmu?"
Dae Jung lalu berbisik kepada Du Ho. Dan apa yang terjadi, wajah Du Ho juga ikut memerah. Padahal Du Ho tidak melihat apa yang Dae Jung lihat.
" Apa kau tidak bohong."
" Tentu saja tidak aku melihat yang mulia raja dan ratu sedang tidur berpelukan."
Du Ho mengangguk paham. Akhirnya mereka pun menunggu kedua tuan mereka di depan pintu tenda.
Sedangkan di dalam Gyeo Wool terkejut saat membuka mata dan menjumpai dirinya tidur di dada Hyeon. Bahkan Tangannya juga melingkar ditubuh pria itu. Pun sebaliknya, tangan Hyeon juga melingkar di tubuh Gyeo.
Gyeo Wool yang terkejut langsung bangkit. Tapi tubuhnya ditahan oleh tangan Hyeon sehingga ia terjatuh di dada Hyeon lagi.
" Sebentar saja, aku mohon sebentar saja biarkan aku memelukmu."
Gyeo Wool akhirnya memilih diam. Ia mendengar degup jantung Hyeon semakin cepat. Namum seketika itu Gyeo Wool mengingat Da Eun. Wool pun mendengus kesal.
" Tck, awas. Nanti selir kesayanganmu marah kalau lihat. Bukannya kau sudah berjanji padanya tidak akan melirik wanita lain sekalipun istrimu sah mu?"
Hyeon tentu terkejut dengan apa yang diucapkan ratunya itu. Hyeon mengambil kesimpulan bahwa waktu malam hari setelah membawa Wool kembali dari hutan Wool tidak tidur. Bahkan bisa jadi Wool mendengar apa yang dia katakan.
Hyeon pun bangkit dari posisi tidurnya lalu menatap wajah Wool dengan seksama.
" Apa kamu mendengar semua yang aku katakan ratuku?"
" Ya, semuanya tanpa terkecuali. Apa yang membuatmu berjanji seperti itu kepadanya. Kau adalah raja negara ini. Selir-selir mu yang lain juga membutuhkan kasih sayangmu. Kau bersalah kepada mereka. Jika seperti itu mengapa kau harus mengambil selir?"
Wool menghentikan ucapannya sejenak. Ia mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Wool pun kembali meneruskan ucapannya yang belum selesai.
" Lebih baik kau seperti ayahmu mendiang Raja Hanyoel yang hanya memiliki satu istri. Lebih baik kau kembalikan mereka ke keluarganya. Kasihan anak orang kau buat pajangan saja."
Panjang, lebar, dan benar. Apa yang dikatakan oleh Wool sepenuhnya benar. Hyeon pun bingung sendiri pada janji yang dia buat kepada Da Eun.
" Entahlah aku sendiri juga tidak tahu. aku pikir aku bisa seperti mendiang ayahanda yang hanya memiliki seorang istri tapi ternyata politik memaksaku untuk mengambil selir-selir itu. Katanya itu untuk memperkuat kedudukan ku."
" Apa aku juga."
Hyeon mengangguk, ia tidak memungkiri itu. Lagi pula di awal juga dia sudah membicarakan hal itu kepada Wool.
" Tapi denganmu sedikit berbeda. Ayah kita berteman baik, dan rupanya kita punya janji pernikahan bahkan saat kita masih kecil dulu. Jadi ada dan tanpa nya kekuatan politik kita tetap akan menikah."
Gyeo Wool mengangguk mengerti. Ia juga paham akan hal itu. Ia pun akhirnya memilih mengakhiri pembicaraan tersebut. Wool juga tidak akan menanyakan bagaimana Hyeon bersikap nanti. Tapi Wool akan pada rencana semula yakni membuat Hyeon jatuh hati padanya.
" Baiklah yang mulia mari kita membersihkan diri. Kita harus segera keluar untuk menyelesaikan masalah banjir di sini. Kita juga tidak boleh terlalu lama meninggalkan istana."
Keduanya bersiap untuk menyelesaikan pekerjaan hari ini. Hari ini cuaca begitu cerah jadi bisa dipastikan semua akan lancar. Hyeon dan Gyeo Wool pun berjalan keluar dari tenda. Keduanya sama-sama terkejut saat melihat pengawal masing-masing berdiri di depan tenda.
" Apa yang kalian lakukan di sini?"
" Tidak ada yang mulia, kami tidak melihat apapun."
Hyeon tentu heran dengan jawaban Dae Jung dan Du Ho. Tapi dia tidak mau ambil pusing. Hyeon langsung menuju pos nya sendiri sedangkan Gyeo Wool juga begitu dia langsung menuju lokasi dimana dia akan menanam pohon.
🌿🌿🌿
Suasana istana sedikit gaduh saat para selir hendak datang memberi salam tapi sang ratu ternyata sakit. Tampak gurat kekhawatiran dari para selir, tentu saja tidak pada Da Eun. Selir tertinggi di istana itu malah mengulum senyumnya. Ia begitu senang mendengar sang ratu sedang sakit.
" Baiklah mari kita kembali ke kediaman masing-masing dan biarkan ratu beristirahat."
Ucapan Da Eun yang begitu lembut terasa seperti memberi banyak perhatian. Namun tentu saja Dasom tidak berpikir seperti itu. Dasom sangat kesal dengan wajah polos penuh dnegan kepura-puraan tersebut.
Cih, wanita ular. ( janjanhan murirago ageoga eobseurira jimjakhaji mara ) Air yang tenang jangan disangka tiada buaya. Dan wanita itu benar-benar seorang buaya yang tengah menanti mangsanya yang lengah.
Dasom menggerutu dalam hati. Ia ingin sekali wajah Da Eun itu dapat diketahui para selir yang lain. Wanita yang sok-sok an lembut itu membuat Dasom bergidik ngeri. Bahkan bulu kuduknya berdiri sekarang.
" Kenapa kau berperilaku seperti itu?"
" Aku baru saja melihat hantu berperawakan manusia, hiiish sungguh menakutkan."
Kasim Ho yang memang berpikirnya sedikit telat hanya mengangguk-angguk saja mendapat jawaban dari Dasom. Saat ini ia hanya khawatir. Kabar sakitnya ratu pasti akan menjadi topik hangat di istana. Jika itu terjadi maka bisa dipastikan kalau panglima Kyung Sam dan mungkin tabib hebat Jae Hwan akan datang ke istana. Paling lambat besok mereka akan datang.
" Lalu bagaimana nanti kita akan menjelaskan keberadaan ratu?"
" Mau bagaimana lagi. Katakan saja yang sebenarnya. Haish, aku sudah kebal bolak-balik rasanya ingin mati."
Dasom menjatuhkan tubuhnya di lantai kediaman Gyeo Wool tersebut. Pun dengan Kasim Ho. Keduanya tampak sedang bersiap menerima hukuman.
Namun tiba-tiba Dasom beranjak dari duduknya. Gadis itu mengibas-ibaskan rok nya.
" Mau kemana?"
" Makan,setidaknya aku harus mengisi perut sebelum mati."
Kasim Ho hanya menggeleng pelan. Gadis di depannya itu begitu mudah mengatakan untuk mati.
" Hidup di istana itu tidak sebaik dan semudah yang di duga. Semua butuh untuk mempertahankan dirinya masing-masing. Seperti sebuah permainan. Jika tidak kuat maka hanya akan kalah dan jadi pecundang."
TBC