Karena sudah bosan dengan hidup susah, akhirnya Dinda memilih jalan pintas mengikuti teman-temannya yang menjadi wanita simpanan para pria kaya di luar sana. Sebutan kerennya sugar baby.
Mereka bisa hidup mewah dan banyak uang bahkan temannya ada yang dibelikan mobil hingga membuat Dinda tergiur untuk melakukan hal itu saat sekolah demi membantu ekonomi keluarganya karena dia mulai bosan makan dengan tahu dan tempe saja.
Lalu, akankah Dinda mendapatkan apa yang diinginkannya dengan standar yang begitu tinggi untuk calon sugar Daddy-nya karena dia tidak ingin laki-laki tua dan perut buncit seperti sugar daddy-nya Intan teman sekolahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Pusing
Daniel pulang ke rumahnya dalam keadaan mabuk. Dia bahkan langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang ada di depan tv begitu saja karena kepalanya benar-benar terasa berdenyut, seperti ada benda berat yang menimpa kepalanya saat ini. Dinda yang melihat itu merasa kasihan dan langsung membuatkan teh hangat untuk pria itu.
"Apa?" tanya Daniel ketika mengetahui bawa Dinda datang mendekat padanya. Dia melihat ada sebuah cangkir batu yang di bawa Dinda berisikan air berwarna tersebut. Daniel tau apa yang di bawa Dinda tali dia masih saja bertanya pada gadis itu.
"Teh, aku buat untuk om. Aku liat om kecapekan, jadi aku buatin teh aja," ucap Dinda. Dia memberikan teh itu untuk Daniel. Sedangkan Daniel hanya menatap datar pada cangkir yang dibawa oleh Dinda. Dia tidak pernah meminum teh karena menurutnya teh itu tidak enak, jadi dia hanya menatap biasa saja pada apa yang dibawa oleh gadis itu.
"Om,"
"Aku tidak bisa minum teh! Bawa kembali cangkir itu padamu!" Daniel sengaja menyuruh Dinda untuk kembali membawa apa yang di bawahnya. Sedangkan Dinda hanya bisa menghela nafasnya dengan perlahan karena dia tau bagaimana pun dia harus menurut dengan Daniel bukan?
Saat Dinda ingin pergi meninggalkan Daniel, tiba-tiba saja pria itu memanggil dan membuat langkah Dinda terhenti.
"Apa kau sudah membuat rekening? jika sudah diberikan padaku, karena aku akan mengirimkan uangmu!" Dinda menganggukkan kepalanya dan memberikan nomor rekeningnya pada Daniel. Membaca nama Dinda saja sudah membuat Daniel ingin tertawa. Menurutnya nama Dinda itu terlalu kampungan sekali.
"Sudah! Aku sudah mengirimkan uangmu," ucap Daniel dan Dinda mengucapkan terima kasih pada pria itu. Bagaimana pun dia akan mengirimkan uang ini untuk ibu dan ayahnya di rumah. Ada adik-adiknya yang masih membutuhkan biaya dan untuk itu pula Dinda mau melakukan semua ini. Dia menjual dirinya sendiri demi uang agar keluarganya tidak lagi di hina oleh tetangga mereka.
"Terima kasih, om."
"Hem," jawab Daniel dengan datar. Dia kembali merebahkan tubuhnya di atas sofa dan itu membuat Dinda semakin merasa penasaran apa yang terjadi dengan pria ini.
"Om, sakit?" tanya Dinda. Bagaimana pun dia merasa bahwa kasihan dengan pria itu. Daniel terlihat sangat lelah dan sepertinya dia sedang sakit.
"Bukan urusanmu!"
"Biar aku pijat ya om," ucap Dinda yang meletakan cangkir teh tadi lalu jari-jari lentiknya mulai memijat bagian kening Daniel. Awalnya Daniel ingin menolaknya tapi lama-kelamaan dia merasa bahwa apa yang Dinda lakukan bisa membuat kepalanya sedikit merasa jauh lebih baik. Tangan gadis ini benar-benar bisa menghilangkan dan mengurangi rasa sakit di kepalanya.
"Om, bagaimana? Apa sudah jauh lebih baik?" tanya Dinda yang sudah cukup lama memijat kepala Daniel. Sedangkan pria itu langsung membuka kedua matanya setelah mendengar apa yang di Dinda katakan.
"Awas!" Daniel mengusir Dinda setelah merasa bahwa dirinya jauh lebih baik dari sebelumnya. Daniel pergi ke dalam kamar untuk membersihkan dirinya lalu makan.
Setelah membersihkan dirinya, Daniel langsung pergi ke meja makan karena memang dia sudah sangat lapar sekali. Apalagi dia sempat menerjemahkan malamnya karena dipijit oleh Dinda tadi. Dia melihat apa yang ada di meja makan dan menurutnya itu cukup membuatnya berselera makan. Ada ayam, ada sayur dan ada buah yang sudah di siapkan oleh gadis itu. Terkadang dia berpikir, bagaimana bisa anak yang masih berusia 17 tahun pintar memasak seperti Dinda ini. Apa karena terbiasa hidup miskin dan susah maka dia bisa melakukan semua ini dengan baik?
"Om," panggil Dinda karena ada hal yang ingin dibicarakannya dengan Daniel.
"Apa?"
"Hem, besok aku ada kegiatan sekolah dan pulangnya sampai sore, kalau boleh apa aku-"
"Terserahmu! Itu bukan urusanku. Lagi pula apa peduliku dengan semua itu?" jawab Daniel sambil bertanya. Dia sengaja mengatakan hal seperti itu karena masih merasa kesal dan pusing memikirkan apakah dia akan datang ke acara pertunangan Elizabeth atau tidak. Tapi jika dia tidak datang maka Elizabeth akan berpikir bahwa dia masih mencintainya walaupun kenyataannya seperti itu tetap saja dan tidak ingin terlihat jika dia masih mencintai wanita itu.
Lalu, jika pun dia datang dia akan datang dengan siapa? Kevin sudah menyarankan padanya untuk membawa Dinda pergi ke acara tersebut tapi dia masih enggan menanggapinya karena menurutnya tidak mungkin membawa Dinda ke acara pertunangan Elizabeth. Dinda itu sangat kampungan dan rasanya sangat tidak mungkin membawa gadis itu ke sana.
"Yaudah kalau gitu aku izin ya om. Sekalian nanti mau antar uang untuk keluarga aku. Aku juga-"
"Tidak! biarkan orang yang mengantarkan itu untuk keluargamu. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat nantinya. Jangan pergi ke mana pun! Kau harus di rumah karena aku akan mengajakmu nanti malam!" putus Daniel. Dina hanya bisa menatap aneh pada pria itu. Baru saja dia mengatakan jika semua itu terserahnya ingin pergi ke mana saja karena itu bukan urusannya. Lalu apa ini? Kenapa mengatakan hal lain lagi.
"Tapi om-"
"Aku bilang tidak ya tetap tidak! di sini aku yang berhak memutuskan apa yang akan kau lakukan bukan dirimu sendiri karena setelah kau menandatangani surat itu maka kau tidak memiliki hak atas dirimu lagi selama kontrak itu berlaku. Kau harus patuh dan menurut dengan setiap yang aku katakan. Jika aku mengatakan kau tidak bisa pergi maka itu keputusannya." Daniel sudah memutuskan dan itu artinya Dinda harus setuju dan menurut dengan apa yang dia katakan.
"Iya om," jawab Dinda dengan lesu. Dia membereskan bekas makanan Daniel setelah pria itu pergi masuk ke dalam ruangan kerjanya. Akhirnya Daniel sudah memutuskan bahwa dia akan membawa Dinda pergi bersamanya. Dia akan merubah gadis kampungan itu menjadi gadis yang terlihat lebih modern dan terlihat berbeda dengan biasanya.
Di dalam ruangan kerjanya, Daniel menghubungi seseorang untuk datang ke apartemennya besok dan menyiapkan segala keperluan untuk Dinda karena dia akan membuat Elizabeth menyesal karena telah menyelingkuhinya.
"Aku akan tunjukkan padamu Elizabeth jika aku bisa hidup tanpamu dan aku bisa mendapatkan wanita yang bahkan jauh lebih baik darimu. Kau akan menyesal karena telah melakukan hal itu padaku. Aku benar akan membuatmu dengan segala perbuatanmu padaku," ucai Daniel yang langsung menghapus foto Elizabeth di ponselnya. Foto saat mereka berlibur di Eropa dan menghabiskan banyak waktu di sana.
Sedangkan Dinda sendiri dia tidak tau apa yang akan terjadi besok. Tapi dia menghubungi teman-temannya untuk mengatakan jika besok Daniel akan membawanya pergi entah kemana dia tidak mengetahuinya.
"Ingat Din, pokoknya malam ini lu makan tuh pil KB. Buat jaga-jaga. Takutnya besok malam lu di unboxing, jadi mending sedia mantel sebelum hujan!"
***
jadiningatwaktuitudi depanaltar❤❤❤❤