Dijodohkan dengan cowok jalanan yang ternyata ketua geng motor membuat Keisya ingin menolak. Akan tetapi ia menerimanya karena semakin lama dirinya pun mulai suka.
Tanpa disadari, Keisya tak mengetahui kehidupan laki-laki itu sebelum dikenalnya.
Apakah perjodohan sejak SMA itu akan berjalan mulus? atau putus karena rahasia yang dipendam bertahun-tahun.
Kisah selengkapnya ada di sini. Selamat membaca kisah Ravendra Untuk Keisya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Identitas Ragalaxy
Waktu dua minggu berlalu begitu cepat. Pagi hari yang cerah, Keisya sudah berada di kelas bersama dengan Aurel. Gadis bernama Aurel itu telah lama tak bertemu Keisya karena ke rumah saudara jauh di luar kota.
"Aduh ... Gue nggak bisa nih. Susah banget sih tugas Matematika bikin ribet aja pagi pagi." Ucap Keisya, ia menatap kesal pada buku penuh rumus Matematika di hadapannya.
Aurel merasa terusik ketika ia sedang asik cekikikan scroll melihat beranda YouTube yang banyak rekomendasi drama Korea.
"Lo kenapa sih, Sya? Ngedumel mulu dari tadi." ujar Aurel heran pada sahabatnya.
"Lo diem ah, gue lagi kesel nggak usah nanya nanya sama gue!" ketusnya jutek.
"Idih, ciri-ciri cewek prik ya gini. Rada minus di Matematika, di kasih tugas kagak di kerjain. Gimana mau pinter?" cibir cewek sebangku dengan Keisya.
Keisya semakin kesal dengan satu buku di depan wajahnya, ia menopang dagunya sambil mengembungkan pipinya.
Tak lama kemudian datang seseorang melewati depan bangkunya Keisya. Setelah seseorang itu meletakkan tasnya ke meja sampingnya Keisya, ia berdiri di depan meja gadis itu.
Sebuah parfum khas milik seseorang yang familiar bagi Keisya. "Kenapa pagi-pagi kesel gitu? Belum ngerjain tugas?" tanya seseorang itu adalah Dion. Lelaki tersebut memakai sweater hitam dan menutupi seragam osisnya.
"Tuh calon bini lo, disuruh ngerjain Matematika ditunda mulu sampe sekarang hari terakhir ngumpulin malah nggak tau rumusnya." adu Aurel sembari menatap Keisya.
Dion menatap Aurel sekilas, ia kembali memperhatikan wajah gadis didepannya itu. " Coba mana yang belum lo tau?" Dion menatap Keisya lekat.
Yang ditatap malah berdecak kesal.
"Semuanya lah," Aurel yang tadinya duduk di samping Keisya tiba-tiba menghilang. Entahlah cewek itu sudah berpindah tempat jadi di bangkunya Devan. Huft, dasar bucin! Belum jadian aja udah berduaan teros.
Kepergian Aurel dari sisi Keisya membuahkan keadaan yang tepat. Sebuah senyuman terukir dari bibir Dion. Lelaki itu dengan segera duduk di sebelahnya Keisya. Kursi yang tadinya sedikit jauh dari tempat diduduki oleh Dion, kini Keisya menarik kursinya menempel dengan kursi milik Aurel.
"Dibatesin sampe jam 4 sore nanti." jawab Keisya membuang napas kesal.
Dion menunduk menatap jarak antara ia dan Keisya sangat dekat. Jika ia bukan laki-laki yang baik pasti sudah tergoda keimanannya. Namun beruntung, Dion adalah laki-laki baik yang takkan merusak perempuan.
Kalian tahu nggak namanya apa kalau Keisya menempelkan kursinya ke kursi Aurel? Tahu kan ... Pasti tahu dongg ... Apaa tuhh?
MODUS!!
Ya, kalian tahu kan? Selain Keisya itu jutek dia juga punya jiwa- jiwa bocil ketika Dion ada didekatnya.
"Matematika itu jangan dipikir terlalu berlebihan. Usaha yang keras, jangan lupa berdoa dulu sebelum ngerjain. Nikmati prosesnya, kalo udah ya tinggal percaya diri bakal selesai dengan jawaban benar." Itulah ucapan Dion sambil mengelus kepala Keisya dengan lembut.
Keisya yang dinasehati oleh ketua geng motor Ragalaxy itu hanya manggut-manggut paham. "Ajarin dong, pusing nih ngeliat rumus-rumus gini." Keisya memohon sambil mengeluh.
"Pegang pensilnya jangan kaku," instruksi Dion mendapat tanggapan terkejut dari Keisya. Gadis itu tidak percaya jika tangannya dituntun oleh Dion saat ia sedang memegang pensilnya.
"Jadi gini ...," Dion dengan sabarnya mengajari Keisya sampai istirahat pertama. Berhubung mapel jam pertama sampai istirahat tidak ada gurunya atau Jamkos, Keisya dan Aurel akan pergi ke kantin untuk membeli makan karena perut mereka sudah keruyukan.
•••••
Di bangku paling pojok adalah tempat khusus untuk Keisya dan Aurel. Dua cewek itu sedang memesan bakso satu porsi masing-masing. "Minumannya apa, Mbak?" tanya ibu kantin.
Keisya mendongak saat ia tengah memainkan ponselnya. "Es jer—"
"Es Teh aja, Bu." Potong Dion mengganti minuman Keisya tanpa izin.
Gadis yang merasa diganti minumannya pun langsung beranjak kesal menghampiri Dion. "Lo apaan sih? Kan gue pengen es Jeruk, kenapa lo ganti?!" ketusnya menatap tajam lurus ke Dion.
Lelaki yang dituding tajam oleh Keisya hanya menampakkan wajah santainya. Memang sudah kebiasaan Keisya selalu tidak terima jika menu pesanannya diganti tanpa izin.
"Kalo makan bakso minumnya jangan es jeruk, nanti sakit perut lo." jawabnya enteng.
"Suka-suka gue lah! Gue yang pesen, gue yang makan juga bukan lo!" pekik gadis itu emosi membuat seisi kantin menitikkan perhatian padanya.
Dion tersenyum tipis. Sebenarnya anggota inti Ragalaxy juga sedang di kantin. Mereka duduk di bangku tepat belakang Dion.
"Kalo nanti sakit perut bilang ke gue," katanya berdiri di tengah jalan diantara bangku bangku yang tertata rapi.
Anggota inti Ragalaxy yang menyimak obrolan mereka sejak tadi mendadak menegur Keisya dan Dion. "Sial, Sya! Lo nurut aja dah apa yang disuruh Dion. Jangan ngebantah! Kalo nggak, lo bakal tau akibatnya." teriak Dafa beranjak berdiri.
Keisya mengerutkan keningnya heran, apa maksud Dafa? Satu pertanyaannya pun belum ingin ia lontarkan pada Dion. Kalian tahu apa pertanyaan Keisya?
"Itu tangan lo kenapa dua-duanya di belakang tubuh lo? Lo sembunyiin sesuatu?" tanya gadis tersebut penasaran sambil mencoba mengintip apa yang sedang Dion sembunyikan.
"Udah kita bilangin nurut aja sama apa yang Dion ucapin." sahut Gibran, si es balok.
Semua anak Ragalaxy berdiri dari tempat duduk mereka. "Udahlah, nggak usah lakuin itu. Nggak kasian lo sama dia?" Devan menyingkap leher Dion untuk segera pergi dari kantin.
Begitu Dion nurut untuk pergi keluar dari kantin, ia lupa belum mengondisikan tangannya seperti semula jadi membuat Keisya sontak membuka mulutnya lalu ia tutup dengan salah satu tangannya.
Sungguh tidak habis pikir!
Kalian tahu apa itu?
Keisya seolah langsung meneteskankan air mata bening membasahi pipi halusnya. Sementara sahabatnya yang ikut melihat sesuatu itu mengusap punggung Keisya berkali-kali untuk menenangkan.
"Nggak apa-apa, udah jangan nangis, Sya. Mungkin emang bener kata Dafa, lo harus nurut sama apa yang Dion minta. Udah, sekarang lo minum dulu es tehnya sama abisin nih baksonya udah melar dari tadi." Nasehat Aurel pelan karena ia tahu keadaan Keisya seperti apa sekarang. Mana mungkin ia bersikap seperti biasanya dikala sedang kayak gini? Oh, tidak mungkin.
Kemudian Keisya menghapus jejak air matanya sebelum hal yang ia tidak suka terjadi padanya. Ya, hal yang tidak Keisya suka adalah matanya sembab karena terlalu lama menangis. Setelahnya Aurel dan Keisya menghabiskan pesanan tanpa ada sisa sedikitpun kecuali wadah dan tempatnya. Yakali aja piring sendok kursi meja di makan ludes. Itu manusia apa monster?