Rumah tangga yang telah aku bangun selama dua tahun dengan penuh perjuangan, mulai dari restu dan segala aspek lainnya dan pada akhirnya runtuh dalam sekejap mata. Aku yang salah atau mungkin dia yang terlalu labil dalam menyelesaikan prahara ini? berjuang kembali? bagaimana mungkin hubungan yang telah putus terbina ulang dalam penuh kasih. Berpaling? aku tidak mampu, segalanya telah habis di dia. Lalu aku harus bagaimana? menerima yang datang dengan penuh ketulusan atau kembali dalam rasa yang setengah mati ini? aku hancur dalam cintanya, segala hal tentang dia membuat aku hancur berantakan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lissaju Liantie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab_025 Amukan Jinan
Mata Deria terus menatap daun pintu kamar yang dulu pernah menjadi kamar miliknya dan sang suami, tangan kanan Deria perlahan menyentuh pelan daun pintu tersebut dengan air mata yang perlahan mulai menetes tanpa ia pinta sama sekali...
"Sayang, ayo cepat!" Suara lembut Anand memanggil dirinya untuk segera rebahan diatas kasur.
"Masih ada yang harus aku pelajari, sebentar lagi aja eummmm!" Jelas Deria meminta perpanjangan waktu.
"Apa kamu tidak kasihan pada ku? seharian penuh kamu mengabaikan keberadaan aku, kamu sibuk sama para pasien mu bahkan tanpa sempat datang makan siang bersama ku dan sampe malam pun kamu bakal menelantarkan aku? tega kamu sayang..." Keluh Anand dengan nada yang begitu manja dengan raut wajah yang terlihat bak bayi sedang merengek.
"Kemaren kamu kan juga begitu! seharian full di ruangan operasi, lalu malamnya langsung tidur bahkan tanpa bicara sepatah kata pun pada ku." Jelas Deria.
"Sorry, tapi kan itu karena aku lelah banget, sampe ketiduran, ayo lah sayang, cepat kemari..." Pinta Anand.
"Nggak mau!" Tegas Deria yang masih kekeh menulis risetnya.
Dengan cepat Anand langsung bangun dan segera menuju kearah Deria, tanpa aba-aba kedua tangan Anand langsung membawa tubuh Deria ke dalam gendongannya lalu segera membawanya menuju tempat tidur.
"Besok aja di lanjutkan! aku butuh kamu untuk melepas rasa lelah setelah seharian tadi mengurusi orang lain, dan sekarang aku ingin bermanja pada mu." Jelas Anand yang langsung memeluk erat tubuh Deria yang tadi telah dia baringkan diatas kasur.
"Selalu saja egois..."
"Memangnya kamu tidak kangen sama aku? kamu tidak butuh tambahan tenaga dari aku?"
"Ya bukan begitu juga, cuma..."
"Berhenti berdebat, ayo kita menikmati waktu kebersamaan kita berdua, aku mencintai mu istri ku tercinta..." Ucap Anand lalu mengecup lembut kening Deria dengan penuh rasa kasih dan sayang.
"Aku jauh lebih mencintai mu, suami ku." Ungkap Deria lalu mengusap lembut kedua pipi Anand dengan kedua tangannya.
Kenangan itu menghilang seketika, bersamaan dengan langkah kaki Deria yang perlahan meninggalkan kamar tersebut, ia segera menuju ke kamar tamu untuk beristirahat karena besok dia ada shift pagi.
~~
Tepat di depan rumah sakit tampak Jinan yang sedang berbicara serius dengan Sean ya g baru saja datang ke rumah sakit.
"Kamu tau dimana Ria?" Tanya Jinan yang bahkan langsung melabrak Sean.
"Ria? Kenapa menanyakan sahabat mu sama aku?" Sean malah kembali mengajukan pertanyaan, sejak awal Sean adalah orang pertama yang menyatakan bahwa ia tidak suka dengan sikap Jinan.
"Aku sedang serius! Aku sudah mencarinya sejak semalam, ponselnya tidak aktif, aku sudah ke rumahnya dan aku juga baru selesai keliling seluruh rumah sakit dan dia juga nggak ada." Jelas Jinan.
"Apa kamu sedang mengkhawatirkan keadaannya?" Tanya Sean yang masih terlihat begitu santai.
"Lalu? Terlebih setelah aku tau bahwa Anand juga belum datang ke rumah sakit. Apa dia melakukan sesuatu pada Ria?" Tuduh Jinan.
"Mereka sudah cukup dewasa untuk berpikir dengan akal sehat, jika kamu begitu mengkhawatirkan keadaannya maka pergilah temui Anand, tanyakan langsung padanya." Tegas Sean.
"Sean, dengarkan aku baik-baik, jika sesuatu terjadi pada sahabat ku maka aku akan membuat adik sepupu mu itu tak berdaya." Ancam Jinan dan lekas pergi dengan emosi yang membara.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Tidak mungkinkan Anand melakukan hal gila pada Ria, aku harus mencari tau apa yang sebenarnya sedang terjadi..." Jelas Sean pada dirinya sendiri lalu melangkah memasuki rumah sakit.
"Selamat pagi..." Sapa Hanin yang berpas-pasan dengan Sean di depan meja resepsionis.
"Pagi, baru mau pulang?" Tanya Sean.
"Hmmmm." Jawab Hanin dengan wajah lelah yang terlihat begitu jelas.
"Ikut abang sebentar..." Pinta Sean yang langsung menarik tangan Hanin untuk ikut bersamanya.
Bukannya menuju ruangan kerjanya sendiri, Sean justru membawa Hanin ke ruang kerja Hanin sendiri.
"Ada apa?" Tanya Hanin setelah keduanya duduk diatas sopa.
"Apa Anand dan Ria belum datang?" Tanya Sean.
"Huuffff tentang abang Anand lagi rupanya! Aku kira tentang perasaan ku!" Ungkap Hanin dengan menghela napas kasar.
"Sayang, ini sangat penting. Apa kamu tau sesuatu tentang abang mu itu?" Tanya Sean lagi.
"Semalam abang Anand terluka dan kak Ria merawatnya, aku di kabari sama Arman sih. Dan hari ini kak Ria masuk telat dia sudah meminta pergantian shift dengan dokter Husna. Dan abang Anand cuti karena sakit." Jelas Hanin santai, seperti tidak terjadi apa-apa.
"Kenapa nggak cerita ke abang? Apa luka ya parah? Di berkelahi lagi?"
"Lah, kan abang nggak nanya. Nah setelah abang nanya kan langsung aku ceritakan. Dan soal lukanya, hanya luka ringan saja kok." Jelas Hanin.
"Kamu ini..." Gumam Sean tertahan dan langsung membawa Hanin ke dalam pelukannya.
"Apa begitu lelah kerja semalaman?" Tanya Sean dengan tangan kanan yang berlahan mengusap manja kepala Hanin yang terbalut dengan jilbab yang terlihat kusut di sana-sini.
"Capek banget, lelah lahir batin, tapi bersamaan dengan semua itu aku juga merasa bahagia karena bisa menolong orang lain." Jelas Hanin.
"Istirahat lah yang cukup, jangan melakukan operasi secara berlebihan, kamu harus tetap sehat untuk menjaga pasien mu dengan baik." Jelas Sean lalu tangan kanannya menggenggam hangat kedua tangan mungil milik sang kekasih tercinta.
"Hanin...." Ujar Sean dengan tatapan yang begitu dalam.
"Abang, tolong beri aku sedikit waktu lagi, aku hanya ingin lebih mempersiapkan diri untuk menjadi pantas buat abang. Sebentar lagi aja, karena aku ingin menikah dengan abang untuk yang pertama sampai ke hujung nyawa, aku tidak ingin pisah dari abang apapun alasannya, aku takut kita akan mengulangi kesalahan dari rumah tangga abang Anand dan kak Ria." Jelas Hanin yang langsung paham dengan nada suara Sean saat memanggil namanya.
"Abang paham maksud mu sayang, dan abang juga akan berusaha agar menjadi lebih baik lagi. Tapi jangan habiskan waktu terlalu lama lagi, hmmmmm!" Jelas Sean.
"Hmmmmm," Ujar Hanin dengan senyuman lalu segera kembali memeluk hangat tubuh kekar sang kekasih tercinta.
"Abang akan minta supir untuk mengantar mu pulang,,," Jelas Sean.
"Aku bisa nyetir sendiri, aku sanggup." Jawab Hanin yang tidak ingin merepotkan.
"Ini bukan tawaran Hanin, ini perintah. Ayo abang antar sampai depan..."
"Okay, aku mau disupirin sama pak Filman, tapi nggak perlu abang antarin, aku jalan sendiri aja, mending sekarang abang buruan ke ruang kerja abang, aku pamit, semangat kerja sayang..." Ucap Hanin dengan senyuman lalu segera kabur dari sana.
"Kamu ini...! Setelah membuat bunga-bunga bermekaran di hati abang, kamu justru menghilang tanpa pertanggung jawaban, gimana ini? Abang benar-benar terbuai melayang dalam senyuman manis mu, Hanin." Ungkap hati Sean dengan senyuman penuh kebahagiaan dan segera bergegas menuju ruang kerjanya.
~~