"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26. Keanehan yang Haris Rasakan.
Gavin merenggangkan pelukannya saat tidak mendapat balasan dari Zeva. "Ada apa, Sayang? Apa kau tidak merindukanku?" Dia menatap wanita itu dengan tajam.
"Bu-bukan seperti itu, Gavin. Hanya saja ini bukan waktu yang tepat," ucap Zeva, dia takut kalau ada orang lain yang melihat mereka berdua saat ini.
Gavin tersenyum sinis dengan apa yang Zeva katakan. "Ah ... iya, aku lupa kalau ini adalah rumah mertuamu."
Ucapan Gavin terasa menusuk hati Zeva, tetapi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertengkar. "Dengar, Gavin. Aku juga sangat merindukanmu, tapi jangan seperti ini. Aku tidak mau ada orang lain yang tau hubungan kita, apalagi ada keluargaku juga di sini."
"Terus, kau mau aku diam aja saat melihatmu mesra-mesraan dengan laki-laki itu? Iya!"
"A-apa? Mesra-mesraan?" Zeva menatap Gavin dengan bingung, kapan pula dia dan Arion mesra-mesraan?
"Iya. Kau senang kan, karna gandengan terus sama laki-laki itu?"
Zeva menarik napas panjang dan mencoba untuk tidak terpancing emosi, dia tau kalau saat ini Gavin sedang cemburu dengan Arion walaupun mereka tidak melakukan apa-apa.
"Gavin, kau tau sendiri bagaimana hubunganku dan dia. Kami cuma pura-pura saja di depan banyak orang!"
Gavin langsung membuang muka sebal. Walaupun cuma pura-pura, tetapi tatapan Arion pada Zeva tampak sangat dalam sekali.
"Kita enggak perlu sampai ribut seperti ini, Gavin. Cuma buang-buang waktu dan tenaga, hem." Zeva menggenggam kedua tangan Gavin dan memaksa laki-laki itu untuk melihatnya.
"Tapi, kau udah buat perjanjian dengannya kan?" Gavin memicingkan matanya ke arah Zeva.
"Hah? Te-tentu saja udah, jadi kau enggak perlu khawatir." Zeva memasang senyum lebar agar Gavin percaya, padahal dia belum membahas soal perjanjian itu dengan Arion.
"Baguslah. Itu akan membuat dia sadar, dan tidak berharap padamu."
Zeva langsung menganggukkan kepala. "Kalau gitu aku pergi dulu, Gavin. Sudah terlalu lama aku di sini."
Gavin kembali memeluk tubuh Zeva dengan erat. "Baiklah. Tapi ingat, kau harus membagi waktu untuk bertemu denganku!"
Zeva kembali mengangguk dan bibirnya langsung dilummat oleh Gavin, membuat matanya langsung membulat sempurna.
"Gav- emmp." Dia berusaha untuk melepaskan ciuman itu, tetapi Gavin malah menekan tengkuknya membuat ciuman mereka semakin dalam.
"Hah, hah, hah." Zeva tersengal-sengal saat laki-laki itu sudah melepaskan ciumannya, dengan cepat dia keluar dari tempat itu sebelum ada yang melihat.
"Nona!"
Zeva langsung terlonjak kaget saat melihat keberadaan Haris di tempat itu. "Tu-tuan Haris? Apa, apa yang anda lakukan di sini?" Jantungnya berdebar sangat keras sekarang.
"Saya ingin ke toilet, Nona,"
"Ah, begitu. Ka-kalau gitu aku duluan ya." Zeva menepuk bahu Haris lalu beranjak pergi dari sana sebelum laki-laki itu menanyakan sesuatu.
"Semoga dia tidak melihatku tadi!" Zeva semakin mempercepat langkah kakinya saat melihat Arion sedang menatap dari kejauhan, dia tau kalau laki-laki itu pasti sudah lama menunggu.
Tanpa Zeva sadari, sebenarnya Haris melihat saat wanita itu keluar dari dalam toilet. Awalnya dia tidak merasa ada yang aneh, karena wajar saja jika Zeva keluar dari sana.
Namun, beberapa menit kemudian. Seorang laki-laki juga keluar dari tempat yang sama dengan Zeva, membuat Haris langsung melihatnya dengan penuh tanda tanya.
"Sebentar!" Dia menahan langkah Gavin yang akan melewatinya. "Apa saya boleh bertanya tentang identitas Anda?"
Gavin mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan dari laki-laki yang tidak dia kenal. "Maaf, memangnya Anda siapa?" Dia harus tau dulu siapa yang bertanya, baru memberitahu identitasnya.
"Saya Haris, sekretaris pribadi Tuan Arion." Haris mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh Gavin.
"Saya Gavinio Magala."
Mereka lalu melepas jabatan tangan itu saat sudah memperkenalkan diri masing-masing.
"Jadi, Anda keponakan dari Tuan Radit Magala?"
Gavin menganggukkan kepalanya. "Benar, saya datang ke sini untuk menggantikannya. Karna saat ini beliau sedang ada perjalanan bisnis." Dia langsung saja mengatakan alasan kenapa bisa ada di pesta itu.
"Baiklah, Tuan Gavin. Senang bisa berkenalan dengan anda, dan maaf sudah menghalangi jalan Anda." Haris memutuskan untuk tidak bertanya mengenai Zeva sebelum menyelediki semuanya.
"Tidak apa-apa Tuan Haris, saya juga senang bisa berkenalan dengan Anda."
Setelah saling berkenalan, Gavin kembali melanjutkan langkahnya untuk menyapa kedua orangtua Arion. Sementara Haris terus menatap ke arah Gavin yang tampak sangat mencurigakan.
"Sebenarnya ada hubungan apa antara dia dan Nona Zeva? Kenapa mereka bisa berada dalam toliet yang sama?" Dia harus segera menyelidiki semuanya, semoga apa yang ada dalam pikirannya sekarang tidak benar.
Pada saat yang sama, Zeva dan Arion sedang bersalaman dengan semua tamu yang hadir di pesta itu. Mereka sedikit bertukar kabar agar terlihat akrab, walaupun mulut mereka sudah terasa pegal.
"Selamat untuk anniversary Anda dan Nyonya, Tuan." Gavin mengucapkan selamat untuk papa Ben dan juga mama Audy.
"Terima kasih sudah mau hadir, Anda keponakannya Tuan Radit kan?"
Gavin menganggukkan kepalanya. "Benar, Tuan. Paman saya menitip salam untuk Tuan sekeluarga."
Papa Ben tersenyum lebar. "Kalau gitu titip salam untuknya juga."
Arion yang sedang melihat Gavin merasa tidak asing dengan laki-laki itu, dia ingat jika pernah bertemu dengannya di suatu tempat. "Ah, benar. Dia temannya Zeva."
"Bukannya itu temanmu?" Arion menyenggol lengan Zeva yang sedang menikmati cake, membuat wanita itu mendongakkan kepalanya.
"Hem." Zeva melirik sekilas ke arah Gavin, lalu kembali memakan cake yang ada di atas piring.
"Aku akan menyapanya."
"Tidak perlu!" Zeva menahan tangan Arion, dia takut kalau sampai Gavin bicara yang macam-macam dengan laki-laki itu. "Dia bukan teman dekatku, jadi tidak penting." Dia menarik tangan Arion agar tetap duduk di sampingnya.
Haris yang juga ada di sana mengernyitkan keningnya, dia melirik ke arah Gavin yang ternyata sedang melirik ke arah Zeva.
"Baiklah, cepat atau lambat aku pasti akan menemukan sesuatu."
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..