Karna menolong seseorang membuat Rafdelia menjalani kehidupan yang tidak di inginkan nya tetapi seiring berjalannya waktu Rafdelia menjadi menerima takdir kehidupannya.
ketahui kelanjutan kisah hidup Rafdelia dengan membaca cerita ini dari awal ya teman.
SELAMAT MEMBACA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febri inike putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
*********
"Dok, mau bareng gak pulangnya?" tanya Viko pada Rafdelia saat mereka keluar dari ruang bioskop.
"Enggak deh makasih. Saya lagi nunggu jemputan." tolak Rafdelia halus.
"Okelah kalau gitu kami duluan ya dok... La..." pamit Viko dan Boby pada Rafdelia dan Lala yang juga sedang menunggu jemputan.
"Ok... Hati-hati dijalan..." balas mereka berdua pada kedua laki-laki itu.
Setelah tinggal berdua saja.
"Dokter lagi nunggu jemputan pacar ya?" tanya Lala dengan senyum menggoda.
"Eh enggak kok. Bukan pacar cuma keluarga." jawab Rafdelia agak kikuk.
"O kirain pacar... Soalnya cewek secantik dokter pasti punya pacar." ucap Lala yakin.
"Gak ada La, saya gak punya pacar." Rafdelia tersenyum tipis.
"Pacar gak punya, tapi suami punya... suami kontrak!" batin Rafdelia.
"Berarti dokter masih jomblo dong? Waduh cantik-cantik betah sendiri ya..." kekeh Lala.
"Jojoba saya mah, jomblo jomblo bahagia..." Rafdelia tertawa.
"Eh dok, tapi aku ngerasa dokter Tony itu naksir lho sama dokter. Dari cara dia natap dokter, dalam banget. Terus tiba-tiba pengen ikut nonton bareng kita, padahal biasanya mana pernah dia kayak gitu. Apalagi kalau bukan karena pengen deketin dokter." jelas Lala dengan antusias.
"Ngarang ih... Buktinya beliau gak jadi ikut nonton kan?" sanggah Rafdelia.
"Yaa itu mungkin karena memang ada urusan mendadak kali. Tapi sebelumnya dia emang semangat banget dok mau nonton bareng kita, apalagi pas tadi dikasih kabar kalau dokter bisa ikut juga, wahh makin semangat dianya. Tapi entah kenapa tiba-tiba gak jadi ikut nonton bareng kita." Lala agak berpikir.
"Nah berarti kan udah jelas emang beliau mau ikut karena emang pingin nonton bukan mau deketin saya. Buktinya karena ada hal yang lebih penting, beliau gak jadi ikut kita kan... Udah ah, jangan berpikir yang enggak-enggak..." Rafdelia mengalihkan pembicaraan.
[ aku udah di depan. Mau aku jemput kedalam? ] Rafdelia membaca pesan singkat Zein dan membalasnya agar Zein menunggu didepan saja.
"La, jemputan saya udah datang. Saya duluan ya.." pamit Rafdelia pada Lala.
"Oh udah ya dok... Oke deh, hati-hati ya dok..." balas Lala melambaikan tangannya.
"Kamu juga, bye..." Rafdelia melangkah menjauh dari Lala.
**************
Rafdelia sudah semakin dekat ke mobil Zein. Tiba-tiba ada yang menghadangnya.
"Dokter Rafdelia, udah mau pulang?" tanya Tony yang sudah ada dihadapan Rafdelia. Ternyata setelah menyelesaikan urusannya dengan Zein tadi, Tony berinisiatif menyusul Rafdelia ke bioskop. Walaupun tidak bisa menonton bersama gadis itu, bisa mengantarnya pulang saja sudah bagus. Justru disitulah point utamanya bukan menonton filmnya, pikir Tony.
"Dokter Tony..." Rafdelia kaget setengah mati. Pasalnya ia sedang berada didekat Zein, ia takut jika Tony mengetahui kalau Zein sedang menunggunya di mobil.
"Iya dok, tadi maaf ya saya ada urusan mendadak sekali jadi saya gak bisa ikut nonton bersama kalian. Tapi saya tetap coba susulin kesini, siapa tau bisa jumpa dokter. Ternyata benar, dokter masih disini. Kalau saya antar pulang, mau ya dok..." ajak Tony dengan wajah penuh harap.
"Aduh... Makasih dok, tapi saya udah ada yang jemput. Ni lagi nunggu..." Rafdelia tersenyum menahan rasa gugup, ia benar-benar takut jika Tony mengetahui siapa yang akan menjemputnya.
"Dijemput siapa? Pacar dokter?" tanya Tony penasaran.
"Bukan, tapi keluarga." jawab Rafdelia singkat.
"Oh gitu ya... Berarti sekarang dokter masih nunggu kan? Kalau gitu saya temani ya biar dokter gak tegak tegak sendirian disini." tawar Tony tidak putus asa. ia berharap kalaupun yang menjemput Rafdelia adalah keluarganya maka Tony ingin memperkenalkan diri secara langsung.
"Eh gak usah dok... Saya sendiri aja. Dokter duluan aja ya soalnya keluarga saya galak, jangan sampai dia liat dokter ada di dekat saya..." Rafdelia mencari-cari alasan.
"Benarkah? Tantangan dong buat saya, dia galak itu tanda melindungi kan? Malah saya suka yang seperti itu." Tony semakin membuat Rafdelia gelisah dan tak nyaman.
"Jangan dok... Mending dokter pergi aja deh duluan. Saya...." tiba-tiba ucapan Rafdelia terhenti ketika melihat Zein berjalan kearahnya dan Tony.
"Lho lho... Kok dia malah kesini... Hus... Hus... Sana pergi mas. Ada dokter Tony disini...." Rafdelia membatin, ia panik bukan main.
"Dokter Rafdelia kenapa? Udah datang jemputanya?" Tony menoleh kebelakang kearah pandangan Rafdelia.
"Hai Ton, Lo udah disini aja!" sapa Zein dingin, dapat Rafdelia rasakan aura tidak bersahabat disana.
"Lho Zein, Lo kok disini?" tanya Tony polos.
"Gua mau jemput istri gua." Zein menatap datar kearah Rafdelia. Sontak Rafdelia terkaget dengan ucapan Zein barusan, rasanya jantungnya sudah mau copot.
"Eh siapa?" Tony melihat kearah pandangan Zein yaitu Rafdelia.
"Emmmm bentar, maksudnya gimana? Lo sama dokter Rafdelia...." Tony menghentikan ucapannya.
"Kalian suami istri???" lirih Tony.
"Ya. Rafdelia istri gua. Dan gua mau jemput dia." jawab Zein tegas dan dingin.
"Oh tuhan..." Rafdelia menepuk jidatnya, ayok dengan apa yang Zein lakukan. Terbongkar sudah semuanya...
Sementara tak jauh dari mereka Lala tak sengaja mendengar ucapan Zein tadi.
"Dokter Rafdelia adalah istri pak Zein????" pekik Lala menutup mulutnya tak percaya.
"Ya Allah, apalagi ini..." Rafdelia semakin frustasi karena Lala pun mendengar semuanya.
sementara Tony masih mematung, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Ayo kita pulang!" Zein menarik tangan Rafdelia dan menggenggam nya erat melewati tubuh Tony yang masih mematung ditempatnya.
"Tony, kamu duluan ya..."
Zein pamit pada Tony sambil terus melangkah memegang tangan istrinya itu. Sementara Rafdelia sudah tidak bisa lagi mengangkat wajahnya.
Ketika melewati Lala yang masih setia berdiri ditempatnya, Rafdelia menatap dalam pada Lala seperti memberi isyarat memohon untuk tidak menceritakan tentang ini kepada orang lain. Lala seakan paham dengan tatapan Rafdelia, iapun mengangguk.
**************
Rafdelia melangkah dengan cepat. Ia menekan tombol lift menuju lantai atas dan segera masuk kedalam setelah pintu lift tersebut terbuka, disusun Zein yang sedari tadi mengikuti langkah cepat Rafdelia yang membuatnya hampir tertinggal. Didalam ruangan besi berbentuk kotak itu tidak ada sedikitpun suara yang terdengar, hanya hening. Zein sesekali menatap wajah Rafdelia yang terlihat sedang tidak bersahabat untuk diajak berbicara. Setelah pintu lift terbuka dilantai atas tepatnya apartemen Zein berada, Rafdelia bergegas keluar dan Ter berjalan hingga sampai di depan pintu tempat tinggal mereka itu.
Rafdelia memasukkan kode apartemen Zein, namun tak berhasil karena tangannya bergetar hebat menahan emosi yang sudah mencapai ubun-ubun.
"Sini, biar aku aja...." ucap Zein lembut yang dari tadi berada dibelakang gadis itu.
Zein memasukkan kode apartemennya dan setelah pintu terbuka, Rafdelia langsung menyerobot masuk duluan menabrak lengan pria itu tanpa perasaan.
"Astaghfirullah Rafdelia..." Zein mengelus dadanya karena terkejut dengan sikap Rafdelia yang sepertinya benar-benar marah.
Rafdelia tidak menghiraukan Zein sama sekali, ia terus berjalan menuju kamarnya.
"Rafdelia bentar dulu... Kamu kenapa?" Zein menahan Rafdelia, menarik tangan gadis itu agar mau menoleh kepadanya sehingga sontak tubuh Rafdelia pun menghadap wajah Zein dengan posisi sangat dekat akibat tangannya ditarik paksa oleh suaminya itu.
"Mas yang kenapa! Apa yang sebenarnya ada dipikiran mas waktu ngomong ke dokter Tony tentang hubungan kita? Bisa-bisanya mas mengakui ke dia kalau aku istri mas. Bukanya mas sendiri yang suka wanti-wanti aku untuk menutup rapat pernikahan kita! Tapi sekarang kenapa malah mas sendiri yang membukanya! Aku bingung sama sikap mas yang sesuka hati ini!" Rafdelia berbicara menggebu-gebu hingga napasnya terengah-engah.
"Bukan gitu Rafdelia... Aku cuma gerah melihat Tony yang suka dekatin kamu. Aku khawatir kalau ini sampai ke telinga mami bahwa sahabat aku mendekati kamu, ini bisa bikin mami curiga sana hubungan kita. Aku pikir memang sebaiknya Tony tau siapa kamu. Kadi dia bisa lebih menjaga sikapnya." Zein beralasan.
"Memangnya dokter Tony ngapain sama aku? Dia cuma menyapa aja tadi dan menawarkan tumpangan, gak ada yang aneh-aneh. Kenapa kamu harus takut mami curiga. Kalau aku sama dokter Tony memang benar-benar menjalin hubungan, baru kamu takut mami curiga."