Guru killer, yang ada dibenak semua orang pasti seorang guru yang galak dan suka menghukum siswanya bukan?
Begitu pula yang dialami oleh Evangeline Dorius (18 tahun) yang sangat tidak menyukai seorang guru killer karena selalu menyulitkannya atau memberinya tugas yang banyak.
Namun, apa jadinya jika guru killer itu jatuh cinta kepada dirinya? Bagaimana reaksi Eva terhadap pernyataan cinta Pak Theo?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NKS Iravati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Tidak Tahu Malu
Sementara Eva melototkan matanya. Gugup karena mulutnya ditutup oleh pak Theo dan perasaan malu karena sedari tadi tertidur di bahu gurunya.
Dengan cepat Eva pun melepaskan tangan besar pak Theo yang membekap mulutnya. "Ma-maaf pak!" Ucapnya.
Pak Theo memiringkan kepalanya ke kiri, membuatnya terlihat seperti model yang sedang berpose. Jujur saja semua orang pasti akan terpana akan ketampanan guru killer tersebut. Bahkan Eva sendiri merasakan sesuatu yang sedikit bergejolak dihatinya, entahlah apakah ini sejenis perasaan kagum atau menghormati. Entahlah Eva sendiri juga tidak tahu.
"Maaf? Untuk apa?" Tanya pak Theo.
"Maaf karena saya yang hampir berteriak dan maaf karena saya ketiduran di bahu bapak. Tapi kenapa saya bisa tidur di bahu bapak ya?" Tanya Eva. Nyatanya dirinya ingat betul sebelum tidur dirinya menyandarkan kepala nya di dekat jendela.
Pak Theo mengedikkan bahunya. "Entahlah mana saya tahu. Tapi, tidur di bahu saya enak kan?" Goda pak Theo.
Blushhh
Pipi Eva pun sudah merah bak kepiting rebus. Eva akui bahwa dia tidak menyukai guru killer nya namun, dia akui bersandar di bahu pak Theo membuatnya sedikit nyaman.
Entah kenapa, nyatanya seumur hidupnya hanya ada dua orang pria yang sedekat ini dengannya yang pertama Yoga dan yang kedua adalah gurunya ini.
"Apaan sih! Sa-saya baru tahu kalau pak Theo orangnya tidak tahu malu juga ya." Sahutnya.
"Hanya padamu." Ucap pak Theo bergumam, yang bahkan tidak terdengar oleh Eva.
Eva pun mendekat ke arah pak Theo. "Apa yang bapak katakan tadi?"
"Nothing!" Ucap pak Theo singkat.
Bus pun sudah sampai di tempat tujuannya, yaitu di sebuah penginapan yang mana sudah disediakan oleh penyelenggara olimpiade.
Semua orang pun terbangun, lalu beranjak keluar mengambil barang-barangnya. Begitu pula pak Theo yang mengambil barangnya yang ditaruh di bagasi atas.
Eva pun berjalan mengikuti pak Theo yang menurutnya sangat aneh akhir-akhir ini.
*
*
*
Di dalam kamar di penginapan ketiga gadis remaja itu pun beristirahat meninggalkan barang-barang mereka yang masih berserakan. Jujur saja mereka masih kelelahan karena perjalanan ke kota B memakan waktu 9 jam.
Fasilitas penginapan pun diisi dengan ranjang terpisah berjumlah 3 buah. Cocok untuk Eva, Celine dan Gisell menginap.
"Olimpiade akan dilakukan lusa, jadi besok kita hanya ada upacara pembukaan di pagi hari. So, ada agenda lain ga setelah pembukaan?" Tanya Gisell.
Celine mengedikkan bahunya. "Besok setelah upacara pembukaan bukannya kamu ada prepare untuk praktikum?" Tanya Eva menatap ke arah Gisell.
"Betul juga! Kok aku lupa ya, hehehe. Maaf ya, Eva, Celine besok ternyata aku ada persiapan alat dan bahan." Ucap Gisell tidak enak hati.
"Gak papa kok. Mungkin sehabis olimpiade kita bisa healing. So, semangat bestie!" Sahut Celine yang lalu diangguki oleh Eva.
Tok! Tok! Tok!
Suara gedoran pintu pun menghentikan pembicaraan para gadis remaja tersebut. Gisell pun bangkit lalu menghampiri pintu, karena jarak antara tempat tidurnya dan pintu masuk termasuk dekat.
Ceklek! Suara pintu dibuka.
"Ada apa?" Tanya Gisell yang sudah membukakan pintu.
"Maaf mengganggu istirahat anda, para peserta olimpiade dipersilahkan menuju ke restoran penginapan karena sudah memasuki jam makan malam." Ucap pelayan wanita.
"Baik, kami akan segera ke sana." Sahut Gisell.
Pelayan tadi pun membungkuk lalu pamit undur diri menuju ruangan peserta olimpiade lainnya untuk mengingatkan bahwa sudah saatnya jam makan malam.
Bersambung…..