Sienna Saamiya Albinara gadis muda yang terpaksa menikahi Samudera Bagaskara lelaki dingin penuh misteri, karena sebuah alasan konyol.
Dera, yang mencurigainya menjebaknya dalam pernikahan tanpa cinta.
"Ditempat ini semua yang terjadi harus atas izinku!" - Samudera
"Jika bukan karena itu semua, aku takkan sudi terkurung bersamanya!" Binar.
Dulu aku mengagumimu, sekarang aku membenci perlakuanmu, namun putus asa ku menaruh harap padamu - Sienna Saamiya Albinara.
Aku terlalu marah hingga tak merasa telah begitu banyak cinta yang tumbuh untukmu - Samudera Bagaskara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cotton Candy Zue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 25 : Makan Bersama
Binar terbangun pukul enam pagi, karena rasanya ia ingin masak jadi ia hanya membasuh wajahnya dan menyikat giginya.
Keluar dari kamar mandi ia menemukan suaminya sudah duduk di pinggir ranjang sepertinya sedang mengumpulkan nyawa karena baru bangun.
"Mau mandi sekarang?" tanya Binar karena biasanya memang begitu kebiasaan dari suaminya itu.
Dera hanya mengangguk, entah kenapa malah jadi dia yang tidak mood pagi ini padahal semalam yang nangis-nangis Binar.
"Aku siapkan air hangat." ujarnya lalu menyiapkan air untuk Dera mandi, tentu ia tidak bisa menyamakan Dera dengan dirinya yang lebih suka dan biasa mandi dengan air dingin apalagi cuaca disini cukup dingin.
Binar sampai di dapur , ada Bu Ida, istri penjaga villa namun ia menyuruhnya untuk mencuci pakaian saja soal memasak dia bisa sendiri.
Bahan-bahan di kulkas cukup lengkap, "Masak apa ya?" Binar bertanya-tanya karena bingung mau masak apa.
"Hmm, cumi di tumis enak kali ya?" setelah itu ia langsung mengambil bahan-bahan dan mulai acara memasaknya.
Selesai, ia menyajikan masakannya di atas meja makan berbentuk bundar, ada tumis cumi dengan irisan cabe hijau yang menggoda, ia juga masak sayur capcay.
Tak lama, Dera turun dari tangga ia mencium aroma masakan yang sangat harum.
Ia jadi lapar.
"Kamu yang masak?" tanya Dera saat melihat istrinya yang sedang menyiapkan piring.
Binar mengangguk dengan senyuman lebarnya.
"Bukannya ada Bu Ida disini, kenapa kamu yang harus memasak?"
"Emm.. aku suka memasak jadi aku mau masak, Bu Ida aku suruh cuci pakaian di belakang."
"Tapi-
"Bisakah kali ini ijinkan aku memasak? Bahkan nanti ketika kita di rumah juga? Memasak itu kegemaranku itu juga tidak membuatku lelah, lagian sekarang kita baikan kan?" cerocos Binar.
"Hmm yasudah." jawaban itu sukses membuat Binar tersenyum cerah.
"Silahkan sarapan, tuan muda!" dengan nada ceria ia mempersilakan Dera untuk duduk.
Sedangkan, Dera hanya menggelengkan kepalanya seperti orang keheranan.
Ada-ada saja, istrinya ini.
Binar berinisiatif mengambilkan nasi dan lauk untuk Dera .
"Sepertinya senang sekali, ada apa?"
"Oh ya? Kelihatannya begitu kah? Mungkin karena kamu sudah berbaik hati denganku." Binar malah bertanya balik, ia ikut duduk di sebelah suaminya.
"Padahal semalam kau sangat-
"Stop!" Binar menaruh telunjuknya di bibir Dera, membuatnya otomatis berhenti bicara dan menatap mata bulat nan indah itu.
Binar menggeleng perlahan, "Jangan bahas itu lagi, saat hari ini dimulai aku putuskan untuk memulai semuanya dari awal tanpa ingatan masa lalu." ujarnya lalu tersenyum tipis dan beralih pada piringnya.
"Aku malas mengingat tentang apapun itu tentang mereka." lanjutnya lirih, Dera diam dan mencoba mengerti.
"Ayo makan, masakan aku enak kok." ajaknya pada Dera yang masih termenung.
Dera mulai menyicipinya, ia mengunyah dengan ekspresi wajah yang seperti sedang menelaah bagaimana rasa masakan istrinya.
'Enak sekali.' batinnya.
"Enak kan?" tanya Binar yang membuatnya tersentak dan hampir saja tersedak.
Dera mengangguk sebagai jawabannya, walaupun ia sudah tidak bersikap buruk pada Binar, namun sikap dingin dan datar lalu kaku seperti kanebo kering adalah identitasnya.
"Kamu rapih, mau kemana?" tanya Binar di sela-sela melahap makanannya.
"Makanlah dulu jangan banyak bicara." tukas Dera.
Dengan patuh, Binar diam tanpa memaksa untuk Dera menjawab.
Mereka berdua makan dengan tenang.
"Tuan, bisa kita pergi sekarang?" tiba-tiba Bram datang, Binar melirik Dera seolah bertanya kemana lelaki itu akan pergi.
"Tentu, aku sudah selesai sarapan."
"Kamu mau kemana?" tanya Binar akhirnya.
"Ada pekerjaan." jawab Dera singkat lalu minum air yang sudah di sediakan oleh istrinya tadi.
"Pekerjaan? Disini?"
"Tentu, aku benar-benar ada pekerjaan juga, kamu kira aku disini hanya untuk mengejar kakakmu?"
Binar mengerucutkan bibirnya, "Aku kan tidak tahu, lagipula aku cuma bertanya." ujarnya dengan nada lesu.
Dera meninggalkan meja makan dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu.
"Tuan Bram sebentar !" panggilnya saat Bram ingin beranjak mengikuti tuannya.
"Ya, ada apa Nona?"
"Emm memang pekerjaan apa yang akan kalian lakukan?"
"Pokoknya kami ada pekerjaan, apa tuan tidak bilang kalau perkebunan dan peternakan di desa ini miliknya dan dikelola oleh perusahaan?" Binar menggeleng dengan polosnya.
"Aku kira kita kesini cuma karena dia ingin mengejar kakakku." cibirnya.
"Sejak awal, kami memang ada pekerjaan tuan ingin mengecek kondisi disini, namun sebelum tuan datang kemari beliau memintaku untuk datang dan mengeceknya terlebih dahulu karena kesibukannya di rumah orang tua anda dan disaat itu aku tidak sengaja berpapasan dengan Sierra dan -
"Bram! Apa yang kau lakukan di dalam sana?!" teriak Dera yang memutuskan penjelasan lelaki itu.
"Maaf, saya harus pergi." lalu Bram langsung buru-buru menyusul Dera.
Huft !
Suaminya ini mengganggu saja!