Menikah dengan wanita yang jelek membuat Gilang enggan untuk menyentuh istrinya, sikap Gilang yang keterlaluan membuat Nindi istrinya merubah penampilannya dan bekerja sebagai sekertaris Gilang sendiri.
Apakah Gilang nanti akan tau penyamaran sang istri? ikuti terus ceritanya yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Budak Alex
Nita nampak memucat dan gugup, bagaimana Nindi bisa tau kalau dirinya kini sedang memiliki rencana untuk menggoda Gilang dan menghancurkan pernikahannya dengan Gilang.
"Apa maksud Bu Nindi?" tanya Nita pura-pura tak tau.
Mendengar pertanyaan Nita membuat Nindi tertawa dia sungguh tak menyangka Nita masih saja mengelak.
"Sudahlah Nita, aku tidak buta sehingga tidak bisa membedakan mana orang yang sedang menggoda dan mana yang tidak," jawab Nindi.
Nita semakin terpojok, dia bingung sekarang harus berkata apa toh memang kenyataannya memang dirinya menggoda Gilang, dia ingin menguasai Gilang dan membuang Nindi.
"Diam kamu sudah cukup sebagai bukti kalau memang kamu sedang menggoda suamiku," kata Nindi.
Mereka berdua kini dalam mode pesawat, diam dengan pikiran yang melayang kemana-mana.
"Seharusnya kamu belajar dari pengalaman hidupmu Nita, menjadi manusia yang lebih baik lagi bukan malah mengoyak rumah tangga orang lain, lalu sekarang apa bedanya dirimu dengan wanita yang telah merebut suami kamu," imbuh Nindi yang mampu membuat Nita terpaku.
Nita heran bagaimana Nindi bisa tau dengan masa lalunya, kata-kata Nindi membuka kembali luka lama Nita yang berusaha dia lupakan.
Nita berasa kalau kini tubuhnya bagai dihempaskan dari ketinggian ribuan kaki, kata-kata Nindi yang sederhana namun sanggup menusuk tepat jantung Nita.
Lagi-lagi Nita hanya terdiam tanpa sanggup berkata-kata hanya air mata yang meleleh, dia berusaha menahan air matanya namun pertahanannya tidak cukup kuat untuk membendung debit air matanya.
Nindi yang melihat Nita menjatuhkan air matanya sedikit iba, dia tidak ingin melukai Nita lebih dalam meskipun Nita mengendap-endap ingin mengambil miliknya.
Nindi pamit untuk kembali ke ruangan Gilang dan Nita masih menikmati sakit hati akibat kata-kata sederhana Nindi.
Sore ini Nita pulang dengan perasaan tak menentu, dia masih teringat akan kata-kata Nindi.
Saat itu dia sangat sakit saat suaminya pergi meninggalkannya dengan Rio yang masih berusia tiga tahun.
Rio menangis mengejar papanya namun tanpa belas kasihan suaminya membiarkan Rio yang terjatuh saat itu.
Sesampainya di rumah, Nita membersihkan diri lalu pergi melihat anak semata wayangnya.
"maafkan mama," gumam Nita dengan mengecup kening Rio.
Alex yang sedari tadi kesulitan menghubungi Nita jadi marah, lalu dia pergi ke rumah Nita untuk menyusun rencana lagi.
Perusahan Admadja kalah tender dengan perusahaan Gilang oleh sebab itu dia ingin segera menghancurkan Gilang.
Perusahaan Gilang kini menjadi rival perusahaan papanya, perusahaan baru yang mampu menjejeri perusahaan kelas kakap milik papa tirinya.
Sesampainya di rumah Nita, Alex menghampiri Nita yang kebetulan sedang melamun di teras.
"Nita!" teriaknya
Mendengar teriakan Alex membuat Nita kaget pasalnya dari tadi dia melamun jadi tidak sadar dengan kedatangan Alex.
Alex mencengkeram tangan Nita, dia kesal sekali dengan Nita yang sedari tadi mengabaikannya.
"Mau apa kamu?" tanya Nita yang kesal pada Alex
Semenjak kejadian semalam rasa respect Nita hilang pada Alex.
Alex semakin mencengkeram lengan Nita hingga Nita memekik kesakitan.
"Lepas pak!" ucap Nita kesakitan.
Dengan kasar Alex melepas tangan Nita, dia menyuruh Nita untuk segera bertindak.
Namun Nita hanya datar-datar saja, kata-kata Nindi tadi membuatnya semakin galau hingga dia ingin melupakan niatnya menggoda Gilang.
"Beri aku waktu, tidak mudah menggoda pak Gilang apalagi istrinya selalu mengawalnya," kata Nita beralasan.
Dia ingin Alex segera pulang dari rumahnya mangkanya dia berkata demikian, lalu Alex mengusap rambutnya dengan kasar kemudian menatap Nita, hasratnya tiba-tiba muncul.
Nita memakan baju tidur yang tipis sehingga lekuk tubuhnya sedikit keliatan.
Melihat Alex yang menatapnya dengan tatapan tak biasa membuat Nita gugup, dia meminta Alex untuk pulang namun Alex malah mendekatinya dan mencium bibirnya.
Sontak Nita kaget dan mencoba memberontak namun tenaga Alex begitu besar.
"Kamu harus menidurkan benda yang berdiri," bisik Alex.
"Nggak, jaga batasan anda pak. Saya bukan pemuas naf su anda," sahut Nita.
"Tapi kemarin kamu yang telah memintaku untuk memuaskan naf su kamu jadi sekarang gantian," timpal Alex
"Kemarin adalah kecelakaan pak, maafkan saya," ucap Nita lalu memutar hendak masuk, namun secepat kilat Alex menarik tangan Nita.
Dia mengancam dengan menggunakan nama anaknya sehingga Nita takut dan mau nggak mau melayani Alex di kamarnya.
Permainan Alex kali ini lebih lembut, sehingga Nita juga terbuai dengan permainan Alex.
Setalah puas Alex tertidur pulas, Nita sangat was was, pasalnya Alex kembali menginap di rumahnya.
Dia bingung apa yang harus dia katakan besok pada anaknya.
Puas memikirkan sikap Alex yang semena-mena akhirnya Nita tidur setelah dia memakai pakaiannya kembali.
Keesokan harinya, Alex yang sudah bangun membangunkan Nita yang masih memejamkan matanya.
"Nit, bangun," kata Alex sambil menggoyang tubuh Nita.
Karena pergerakan dari Alex membuat Nita perlahan membuka matanya. Nita menatap Alex dengan lekat dia mengingat kembali kejadian semalam.
"Ada apa pak?" tanya Nita
"Aku mau pulang," jawab Alex
"Pulanglah, sudah tau pintu keluarnya kan?" sahut Nita
Alex menatap Nita dengan lekat, lalu dia mengambil kunci mobilnya dan keluar dari kamar Nita.
Art yang sedang menyapu halaman bingung kenapa Alex dua hari ini menginap dan tidur di kamar majikannya.
Di sisi lain Nindi disibukkan dengan aktivitas paginya, yaitu memasak dan bersih-bersih.
Kali ini Nindi memasak sup untuk Gilang, tak lupa kopi Gilang juga sudah tersaji di meja.
Saat semua siap Nindi masih belum melihat Gilang keluar kamar hingga dia masuk kamar untuk mengecek dan ternyata Gilang masih tidur dengan memeluk guling.
"Mas mas, kamu nggak kerja ta kok masih molor," kata Nindi dengan menggoyang tubuh Gilang
Gilang yang merasa tidurnya terganggu menarik Nindi sehingga kini Nindi berada dalam pelukannya.
"Aku malas sekali ke kantor, bagaimana kalau aku libur hari ini," ucap Gilang.
"Ya udah, aku juga malas ngawal kamu ke kantor," sahut Nindi
Gilang yang senang semakin mengerutkan pelukannya, sehingga membuat Nindi sudah nafas.
Setalah drama pagi mereka kini mereka berdua sudah di meja makan untuk menikmati sarapan.
"Sayang, nanti kita ke rumah mama ya, semoga papa tidak datang dan membuat kacau," kata Gilang memecah keheningan diantara mereka.
"Iya mas," jawab Nindi dengan tersenyum lalu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Aku ingin mengajak mama untuk membahas resepsi pernikahan kita, aku ingin segera dilaksanakan aku sudah tidak sabar menunjukkan pada dunia kalau kamu lah milikku," sahut Gilang menatap Nindi
Nindi tampak tersenyum, dia sangat bahagia sekarang meski awalnya dulu dia sangat tersiksa dengan sikap Gilang yang mengabaikannya.
Meraka berdua fokus dengan beberapa makanan yang berada di meja makan, dan tak terasa semua makanan ludes tak tersisa.
"Masakan kamu memang luar biasa sayang," puji Gilang
"Pagi-pagi nggak usah gombal," sahut Nindi
Kini mereka pindah tempat dari dapur ke balkon belakang apartemen, mereka sekalian mencari vitamin D dari sinar matahari.
"Mas, aku sebenarnya masih belum paham, bagaimana ayahku bisa menyuruhmu untuk menikahi aku?" kata Nindi penasaran.
Gilang nampak pucat, dia bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan Nindi.