Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 12
"R-roy!" pekik dinda sangat terkejut.
Dinda tidak menyangka, jika roy berada dia dalam sana. lidahnya terasa kelu, mau menyapa pun seakan enggan sebab dia merasa malu.
Tak menunggu lama, dinda pun memutuskan untuk segera pergi dari sana.
"Din...! Tunggu!" teriak roy, mengejar dinda.
Dinda memilih tidak mendengarkan teriakan roy, dengan langkah yang tergesa-gesa memilih untuk meninggalkan tempat itu.
"Ckk! Itu beneran dinda, kan." gumam roy yang masih belum percaya, dengan apa yang dia lihat saat ini.
"Dinda... tunggu!" teriak roy lagi, tetap mengikuti mengejar langkah dinda.
Dinda tetap melangkahkan kaki, tanpa melihat ke arah roy yang terus saja memanggilnya, hingga tiba-tiba saja secara tidak sengaja dia menabrak seseorang.
"Maaf, saya tidak...!" ucapan dinda terhenti saat melihat seseorang, yang selama ini dia hindari namun dia harapkan kehadirannya.
"Ra-raffael...!"
Tubuh dinda mematung, melihat raffael yang sama-sama terkejut melihat keberadaannya di depan matanya.
"Dinda...!" ucap raffael, terkejut.
Mereka berdua sama-sama terdiam, tidak menyangka jika akan kembali bertemu dalam situasi seperti ini.
"Dinda! Tunggu!" Roy pun berhasil menyusul dinda.
Dinda terdiam, bingung harus bersikap apa, kepada kedua temannya itu.
"Jawab gue, din! Lo, dinda temen gue, kan," seru roy memastikan.
Dinda yang terlanjur takut pun, hanya mampu terdiam seribu bahasa. dirinya bingung, harus berbuat apa.
"Din, lihat aku." Raffael yang berhasil menguasai emosinya, mencoba bersikap tenang.
Dinda yang ragu pun, melakukan apa yang raffael katakan. pandangan keduanya seketika bertemu, namun sayang dinda tidak bisa menahan rasa sedih, haru bahkan bahagia menjadi satu.
"Maaf...aku harus pergi. Banyak pekerjaan, yang harus aku selesaikan." Dinda mencoba mengelak, dari perasaan yang sedang dia rasakan.
"Tunggu, dinda." Raffael dengan cepat, menahan tangan dinda. "Jangan pergi dulu." cegah raffael tegas.
"Tolong, lepaskan aku. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." Dengan kasar, dinda melepaskan genggaman tangan raffael.
Raffael yang tersentak akan sikap dinda pun, seketika melepaskan genggamannya.
Dinda pun segera pergi dari sana, meninggalkan raffael dan roy,yang hanya mampu menatap kepergian temannya itu.
"Dia, dinda kita kan,raf?" tanya roy, menatap punggung dinda yang semakin menjauh.
Raffael hanya mengangguk pelan, sambil menahan amarah pada hatinya, yang kecewa atas sikap dinda kepadanya.
"Kenapa, lo biarin dia pergi, raf?"
Raffael menghela nafas kasar, dan menatap tajam roy. "Gue enggak tahu, roy, " jawabnya putus asa.
Roy mengernyitkan dahi, merasa bingung dengan jawaban Raffael. "Lo kenapa sih, raf? Bukannya lo, mau ketemu sama dinda. Tapi sekarang, setelah ketemu...lo, malah diam kaya gini?"ujar roy kesal.
Raffael pun hanya menatap kepergian dinda, yang semakin menjauh. dia yakin, jika dinda sedang menyembunyikan sesuatu, darinya dan roy.
Roy mengusap wajahnya kasar, saat melihat sikap raffael yang hanya terdiam.
" Biar gue aja yang kejar, dia." sahut roy, bergegas pergi.
"Biarkan saja dulu,roy. Setelah ini, kita akan cari tahu informasi tentang dinda." Raffael menahan pundak roy, dan menatapnya tajam.
Roy menelan salivanya kasar, saat melihat raffael dalam keadaan serius seperti itu.
Dia pun menghembuskan nafas kasar, dan menuruti apa yang di katakan oleh raffael.
*
*
*
Di jalan raya...
Dinda terlihat menangis, sambil mengendarai motornya. hal yang baru saja terjadi, membuatnya teringat pada kejadian beberapa tahun yang lalu.
Kini hati dinda pun bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang raffael dan roy lakukan di desa itu?
Perasaan dinda semakin bercampur aduk, dia pun memutuskan untuk langsung pulang ke rumah saja.
Sesampainya di rumah, dinda langsung masuk ke dalam rumah. hal itu membuat inces yang sedang menjaga gevano langsung terkejut, saat melihat dinda menangis.
"Kamu sudah pulang, din?" tanya inces, heran.
Seketika matanya membulat, saat melihat keadaan dinda yang menangis. "Kamu kenapa? Apa yang sudah terjadi?" tanya nya panik.
Dinda menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa, ces. Maaf ces, kamu bisa pulang sekarang." ujar dinda, memaksakan senyuman.
Inces ingin sekali menolaknya, namun dia mengerti jika keadaan dinda sekarang sedang, tidak baik-baik saja.
Dengan berat hati, inces pun pergi dari sana meninggalkan dinda dan gevano.
Setelah kepergian inces, seketika tangis dinda pecah. dia pun menghampiri gevano, yang masih tidur.
Dinda memeluk erat tubuh mungil gevano, menumpahkan segala rasa.
"Sayang... ternyata papah mu berada dekat dengan kita. Apakah kamu, sudah bertemu dengan dia?" ucap dinda yang terisak.
Di samping rasa sedihnya dinda pun sadar, jika tidak bisa terus menerus menghindar dari raffael.
Tapi untuk saat ini,dia masih membutuhkan waktu untuk mengumpulkan keberanian. sebab bagaimana pun juga, raffael berhak tahu yang sebenarnya.
Keesokan harinya...
Dinda yang biasanya ceria, kini terlihat lebih murung. hal itu membuat gevano dan inces terlihat heran, akan sikap dinda hari ini.
"Mah...! Mamah baik-baik saja, kan?" tanya gevano perhatian, menggoyangkan tangan dinda.
Dinda pun memaksakan senyuman, sebab tidak ingin membuat gevano menjadi sedih.
"Mamah baik-baik saja kok, sayang."
Gevano ikut tersenyum, setelah mendapatkan jawaban yang membuat hatinya senang.
"Aku senang, kalau mamah baik saja." sahut gevano tersenyum.
Dinda pun berjongkok dan menatap gevano lekat. "Vano tidak perlu mengkhawatirkan mamah. Terima kasih, karena Vano sudah perhatian sama mamah." ujarnya lembut. "Kalau begitu, mamah berangkat kerja dulu ya?" Mencium kening gevano.
"Hati-hati ya mah. Vano sayang mamah." sahut gevano melambaikan tangannya.
Dinda tersenyum tipis. "Mamah juga sayang, vano." balasnya lembut.
Dinda bangkit berdiri, kini tatapannya tertuju pada inces yang sejak tadi memperhatikannya.
"Kamu baik-baik saja kan, din? Apakah ada masalah?" tanya inces khawatir dan penasaran.
Dinda hanya menggeleng pelan. "Aku titip vano ya, ces, " ucapnya tanpa menjawab pertanyaan dari inces.
"Tapi din... " Inces menghentikan ucapannya, saat melihat dinda yang segera pergi dari sana.
Inces tahu, jika keadaan dinda sekarang tidak baik-baik saja. namun inces pun berusaha mengerti, akan sikap dinda saat ini.
"Apa ada masalah di tempat kerjanya dinda, ya?" gumam inces pelan, namun masih bisa di dengar oleh gevano.
"Om inces, emang mamah punya masalah apa? Kok, mamah tidak bilang sama, Vano?"
Inces tertegun, saat mendengar pertanyaan gevano. dia sendiri juga bingung, harus memberikan jawaban apa.
"Kamu salah dengar, Vano. Ya udah sekarang kita main mobil-mobilan , yuk!" ajak inces, mengalihkan perhatian gevano.
Gevano berseru senang dan bertepuk tangan. "Hole...! Kita main mobil-mobilan..." jawab gevano antusias.
*
*
*
Sepanjang hari dinda terlihat tidak bersemangat. pikirannya terus tertuju pada kejadian, di mana dia harus bertemu dengan raffael dan roy.
"Dinda kamu kenapa?" tanya pemilik rumah makan, menatap heran pada dinda yang terlihat melamun.
Dinda yang merasa tersentak pun, segera menoleh. "Saya baik-baik saja kok, bu." jawabnya singkat.
Pemilik rumah makan pun hanya tersenyum, sebenarnya dia tahu jika dinda terlihat sedang ada masalah.
"Oh... iya din. Hari ini tolong antarkan lagi catering ke tempat proyek, ya. Soalnya mang ujang, belum masuk kerja. Tidak apa-apa, kan?" ujar pemilik rumah makan,membuat dinda seketika terdiam.
"Din, ada apa?" Pemilik rumah makan terlihat heran, dengan sikap dinda yang tak seperti biasanya. "Apa, kamu tidak mau mengantar catering lagi, din?" tanyanya ingin tahu.
Dinda yang merasa tidak enak hati pun, segera menyanggah apa yang di katakan oleh pemilik rumah makan itu.
"Saya tidak keberatan, bu. Kapan saya harus mengantarkannya, bu?"
Pemilik rumah makan pun tersenyum. "Siang ini, saat waktu makan siang. Kamu langsung antarkan saja catering nya, ya?"
Dinda mengangguk pelan, meskipun dirinya tidak mau. apalah daya, dinda tidak mungkin menolak perintah majikannya, sehingga dia pun hanya bisa pasrah, dengan apa yang akan terjadi setelah ini.
lanjut Thor 🥰