Demi menutupi skandal adik dan tunangannya, Haira terpaksa menerima pertukaran pengantin. Dia menikah dengan pria yang akan dijodohkan dengan adiknya, yaitu Aiden yang merupakan orang biasa.
Bagaimana jika Haira mengetahui bahwa Aiden adalah CEO Alexan Group yang terkenal tajir melintir?
Dan apa yang melatarbelakangi penyamaran Aiden menjadi orang biasa?
Yuk kita simak kisahnya.
Follow instagram @yenitawati24 untuk mendapatkan informasi terupdate.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulan Madu
Hari yang ditunggu pun tiba. Hari ini Haira dan Aiden akan berangkat bulan madu di sebuah kota yang terkenal dengan keindahan wisata nya. Bahkan banyak turis asing yang datang ke kota itu.
Mereka sudah berada di hotel. Rencananya mereka hanya akan menginap selama tiga hari. Menikmati bulan madu yang sempat tertunda karena perjodohan tanpa cinta.
Haira sedang menikmati keindahan pantai dari jendela kamar hotel mereka. "Aku senang kita dapat kamar yang strategis seperti ini, bagaimana caranya?" tanya Haira.
"Entahlah, mungkin kita sedang beruntung," sahut Aiden. Haira tidak tau saja kalau dia membayar pemilik hotel dengan sangat mahal untuk mendapatkan kamar itu.
"Sekarang bagaimana kalau kita....." Aiden memeluk Haira dari belakang lalu mencium lehernya.
"Sayang hentikan. Matahari masih terbit. Ayo kita jalan-jalan keluar," ajak Haira.
Aiden menghela nafas berat. "Baiklah," ucapnya pasrah.
Mereka pun keluar dan menuju ke beberapa tempat yang indah disana. Memfoto beberapa objek disana dan berpayung bersama. Haira dan Aiden tampak sangat senang dengan kebersamaan mereka.
Puas berfoto, mereka membeli jajanan pinggir jalan dan meminum bersama.
"Sayang kenapa kau suka jajan sembarangan?" tanya Aiden.
"Entahlah, aku suka sekali jajan di pinggir jalan. Orang tuaku sering melarang namun aku tetap membelinya. Habisnya enak sekali sih."
"Kau ini memang nakal." Aiden mencubit pipi Haira dengan gemas.
Pada malam harinya, Hairabersantai di balkon kamar hotel itu. Hingga suasana yang tenang membuat nya memejamkan matanya.
Aiden yang melihat Haira tertidur langsung mendekatinya dan sedikit membungkuk hingga hanya tersisa beberapa centi dari wajahnya.
"Aku mencintaimu."
Seperti biasa, jika mendengar bisikan halus, Haira langsung terbangun. "Kenapa?" tanyanya.
"Apa kau keberatan? Matahari sudah terbenam, saatnya kita bertempur." Aiden menggendong Haira dan membawa nya ke dalam kamar.
Aiden membaringkan tubuh Haira ke atas ranjang empuk. Dengan perlahan, bibir Aiden mendarat di kening Haira. Cup, sebuah kecupan yang membuat pipi Haira bersemu merah.
Aiden mencium pipi Haira kemudian berbisik, "Aku mencintaimu."
Haira tersenyum malu mendengarnya. "Aku juga mencintaimu, sayang," balasnya.
Aiden menatap lekat kedua mata indah Haira. Dengan perlahan ia dekatkan wajahnya dan bibirnya mencium Haira dengan lembut. Aiden juga membalas ciuman itu.
Aiden membaringkan tubuh Haira dan mulai menjelajahi tubuhnya. Dia terlihat sangat liar dan rakus. Wajar saja, dia sudah menahan hasrat selama seminggu karena Haira datang bulan dan malam ini akhirnya dia bisa menyalurkan hasratnya pada wanita yang dia cintai itu.
Terdengar desahan dari dalam kamar itu. Haira terus mendesah menikmati sentuhan bibir Aiden di tubuhnya. Aiden benar-benar membuatnya menikmati permainan malam itu.
Kini tiba saatnya Aiden melakukan sentuhan terakhir dan.."Ahhh." Suara desahan Haira dan Aiden terdengar saat tubuh mereka sudah bersatu.
Aiden mulai mengayukan tubuhnya keatas dan kebawah. Menikmati setiap sensasi yang tercipta. Haira menjambak dan mer*mas rambut Aiden sambil menikmati aktivitas yang sedang mereka lakukan.
"Aashhh ini nikmat sekali sayang," ucap Aiden sambil terus menghentak-hentakan tubuhnya diatas tubuh Haira.
"Ahhh terus sayang terus." Tanpa sadar Haira terus berucap kata-kata yang semakin menambah gairah bercinta mereka.
Hingga akhirnya terdengar lenguhan panjang dari Aiden pertanda bahwa dia telah mencapai klimaks. Dia pun tumbang disamping Haira yang terlihat ngos-ngosan karena kegiatan yang menyita tenaga dan energi mereka. Namun semua itu dibayar dengan kenikmatan yang luar biasa.
"Luar biasa!!" Aiden berseru sambil mencium kening Haira.
"Sayang, aku mau mandi." Haira menggeser tubuhnya dan hendak beranjak dari ranjang.
"Tunggu! Aku ikut!" Aiden juga beranjak dari ranjang dan dengan cepat menggendong Haira ke kamar mandi.
"Aku tidak mau mandi bersamamu. Keluar, sayang!" Haira mendorong Aiden agar keluar dari kamar mandi.
"Hei, jangan mendorong ku!" Aiden memegangi kedua tangan Haira dan dengan cepat dia melahap bibir Haira dengan rakus.
"Aiden lepas! Kan tadi sudah." Haira mendorong tubuh Aiden agar menjauh.
"Aku mau lagi." tersenyum nakal.
"Aku lelah." kembali mendorong tubuh Aiden.
"Besok kau tidak bekerja dan bisa beristirahat selama kau mau. Memang nya apa gunanya bulan madu kalau hanya dipakai bercinta satu kali dalam semalam," bisik Aiden.
"Astaga, kau ini tidak puas juga ha?" Haira mencubit pinggang Aiden.
"Sudah, mencubitnya. Lihat ini, ada yang tegak tapi bukan keadilan." Aiden menunjuk bagian bawahnya yang menonjol dibalik handuk.
"Tunggu! Apa kau meminum obat kuat? Dan apa pil yang aku temukan di kamar kita tempo hari adalah milikmu?" Haira menyipitkan mata ke arah Aiden.
"Hahaha, seperti nya begitu. Ya sudah, kau harus membuat obat kuat itu berguna." Aiden tergelak.
Haira memutar bola matanya. "Berjanjilah kau akan membuang pil itu dan tidak akan meminum nya lagi."
"Aku berjanji. Sekarang ayo kita bertempur," ajak Aiden yang sudah sangat tidak sabar.
"Disini? Sebaiknya di ranjang saja!"
"Tidak, disini saja, setelah itu langsung mandi," ujar Aiden.
Tanpa mendengar jawaban Haira, Aiden langsung saja menyerangnya hingga pertempuran panas pun terjadi.
Setelah pelepasan terakhir, mereka pun mandi bersama dan istirahat karena kelelahan.
Keesokan paginya, mereka sarapan bersama di pinggir pantai. Suasana pagi yang indah dan angin pantai membuat pagi mereka semakin indah saja.
"Bagaimana makanannya?" tanya Aiden.
"Enak sekali," sahut Haira.
"Makanlah yang banyak." Aiden mengusap kepala Haira dengan gemas.
Haira mengangguk dan terus memakan sarapannya. Namun seketika dia terbatuk-batuk. Aiden mengambilkan minum untuknya.
"Pelan-pelan sayang. Ada apa?" tanya Aiden.
"Itu...Sepertinya aku melihat Ziko dan seorang wanita tapi bukan Resya," ucap Haira.
"Hah? Dimana?" tanya Aiden sambil menoleh kesana kemari.
"Tadi dia ada disana!" Haira menunjuk ke arah yang dilihat Aiden tadi.
"Sudahlah sayang, kenapa kau berhalusinasi soal mantan? Kau belum move on ya?" Aiden terlihat sedikit kesal.
"Eh, tidak sayang. Maaf ya. Ayo makan lagi."
Sementara itu...
"Kenapa mas?" tanya Giska, istri siri Ziko.
"Tidak apa-apa sayang. Ada kakaknya Resya disini. Sebaiknya kita pergi dari hotel ini. Kita pindah ke kota lain saja untuk berbulan madu," ujar Ziko.
"Oh, baiklah mas. Ayo kita pergi," ucap Giska.
Mereka pun segera berkemas dan pergi dari hotel tersebut. Ziko tidak mau mengambil risiko jika perselingkuhannya di ketahui Haira dan Aiden. Membungkam Resya adalah hal mudah. Tapi tidak untuk Haira dan Aiden. Apalagi Aiden yang sering mematahkan setiap omongannya. Dia tidak mau terjebak oleh Aiden. Dan Haira? Bisa-bisa dia berbangga hati karena ternyata Ziko tidak sebaik yang dia kira. Dan pernikahan gagal itu akan dianggap sebagai hal yang tepat untuk Haira. Dan Ziko tidak mau itu terjadi. Yang dia ingin adalah rasa sakit hati Haira yang akan membuat hidupnya penuh luka. Karena kehancuran Haira adalah tujuan utamanya.