Bianka Chrispeter gadis cerdas yang memiliki kemampuan bela diri yang tinggi, dia ahli dalam bidang teknologi bahkan kimia, Bianka juga salah satu siswa terbaik di Inggris.
Keluarga Chrispeter meminta Bianka kembali untuk menjalankan tugas, bersama girls Chrispeter yang juga memiliki kemampuan tidak kalah hebat dengan Bianka.
Seorang pria muda pemimpin mafia terkuat yang mempunyai kekuasaan, kekayaan, pengikut, dan kekejaman yang tidak kalah dengan keluarga Chrispeter.
Pengkhianatan dan kehilangan cinta membuat seorang pria muda berubah menjadi bringas dan kejam.
Pertemuan Bianka dan sang mafia yang sama mempunyai kekuasaan, dan pasukan yang seimbang.
Terjadi pernikahan antara Bianka dan Bara karena tujuan masing-masing, Bara yang ingin menghancurkan saudara tirinya yang mencintai Bianka, sedangkan Bianka membutuhkan sesuatu hasil penelitian Bara yang sudah lama menjadi incaran banyak orang. Pernikahan tanpa cinta, tapi menumbuhkan rasa sayang dan saling membutuhkan.
Bagaimana pernikahan keduanya? Kita ikuti bersama-sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vhia azaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ULAR BESAR
Seseorang teriak kaget melihat Bianka, airmata masih mengalir di pipi. Ular yang sangat besar melebihi besar tubuh Bi, dengan panjang yang melebihi tinggi pohon tempatnya melilit. Ular bergerak melingkar tubuh Bianka yang duduk memeluk lututnya.
"Bara! aku tidak mau mati di makan ular." Bianka memejamkan matanya, ingin sekali rasanya dia pingsan.
Bara mengeluarkan senjatanya dan diarahkan di kepala ular, Asep yang baru datang menahan Bara. Jika sampai ular terluka, kemungkinan Bi akan dililit sampai tulangnya remuk semua.
"ular sudah besar begitu, masih mau memakan Bianka yang kecil dan kurus." Kristan semakin mundur melihat ular panjang yang semakin melingkari Bianka.
"Tuan izinkan saya menyentuh Nona, dan saya juga minta izin nona." Asep mulai mendekati Bianka perlahan, sebelum tubuhnya terlilit semua.
"Tolong aku Asep! bebas dari sini aku jadikan kamu suami." Bianka bicara membuat Bara melotot dan Asep langsung berhenti mendekat.
"Enak saja! mana ada perempuan bersuami dua." Bara menarik Asep dengan kesal.
"Saya juga tidak mau tuan, satu istri dengan tuan." Asep melirik Bara, sedangkan Kristan menahan tawa. Keadaan genting tapi masih sempat mau berbagi istri.
Asep memberikan instruksi ke Bara, dengan perasaan takut Bara nekat untuk menggendong Bianka melewati ular yang sangat besar. Jika harus bertarung, Bara sanggup melawan ratusan orang tapi jika harus melawan seekor ular. Bara sudah pasrah mati dililit ular daripada berbagi istri.
Tubuh Bianka sudah setengah dililit, dengan sekuat tenaga dan pelan-pelan Bara bergerak. Bianka menutup matanya, karena dia sudah merasakan tubuh ular yang melewati dengkulnya. Usaha Bara menarik Bianka gagal, tubuh ular sudah menahan Bi, dengan wajah kesal Bara memperhatikan gerakan perlahan ular dan masuk ke bagian tengah bersama Bianka.
Bara ikut jongkok, menarik tubuh Bianka. Bara berhasil menggendong tubuh Bi ala bridal style, Bi membuka matanya dan melihat wajah Bara yang tenang.
"Kenapa?" Bara tersenyum membuat Bianka melotot.
"Cepatlah! sebelum kita berdua mati dimakan ular." Bianka melingkar tangannya di leher Bara.
"Dia tidak akan memakan kita, sudah dua gajah dia makan. Tubuh kecil dan ringan kamu tidak akan membuatnya kenyang." Bara menatap mata Bi yang masih ada air bening di pipinya.
"ya tapi tulang kita akan remuk!?" Bianka kesal melihat sifat Bara yang kekanakan.
"Katakan dulu jika aku tampan!" Bara tersenyum membuat Bianka semakin kesal.
"Jangan melucu Bara! ini bukan candaan." Nada Bi mulai tinggi.
"ya sudah, biarkan saja aku dililit terus lanjut ke kamu. Kita mau bersama!" Bara mulai merasakan sakit dikakinya tapi dia masih bisa bercanda, agar Bianka tidak ikutan panik.
"Kamu sangat tampan Bara!" Bianka mencium pipi Bara sambil menunjukkan senyum termanisnya.
"Kamu juga cantik Bi, senyum kamu indah." Bara mencium sekilas bibir Bi.
Bianka memaki Bara di dalam hatinya, ingin sekali dia menonjok mata Bara, menyobek mulutnya yang sok manis.
Asep yang berusaha mengalihkan perhatian ular yang terus melangkah menjauhi Bara dan Bianka. Kristan juga membantu dengan memberikan bau bangkai telur burung yang sudah membusuk. Bara yang bertahan dengan kakinya yang di lewati ular, rasanya Bara ingin terjatuh tapi harus bertahan agar Bianka aman.
Buntut terakhir dari ular menyentuh kaki Bara, kepala Bara menoleh mengikuti arah ular yang bergerak perlahan menjauhi, Bianka mengikuti gerakan Bianka dan kaget melihat ular yang menjauh.
Bianka turun dari gendongan Bara, Bi melihat kaki bara yang biru menghitam. Bianka tidak menyangka candaan Bara sambil menahan sakit. Bara ikut duduk melihat kakinya.
"Sakit!" Bianka menatap wajah Bara yang hanya tersenyum.
"emmhhh,"
Jawaban singkat Bara membuat Bianka merasa bersalah, mata Bara terpejam. Asep langsung mendekat dan mengikat kaki Bara dan membantunya berdiri. Kristan juga datang dengan matanya melihat kearah Bianka, Bara tidak suka melihat tatapan Kristan.
Bianka juga berdiri dan melihat kearah Kristan, mata mereka bertemu. Bianka melangkah mendekat dan menendang bagian sensitif Kristan, suara teriakan tertahan, hanya mata Kristan yang melotot siap keluar sambil memegang miliknya. Bara dan Asep juga meringis menutup milik mereka.
"marahnya Bianka bisa merusak masa depan!" Bara menahan tawanya.
Kristan terduduk, Asep coba membantunya tapi mata Bianka melotot. Asep kembali membantu Bara berjalan. Mereka semua keluar dari gua, Kristan berjalan sambil menunduk dan Bara juga kesulitan berjalan, kemungkinan kakinya mengalami keretakan.
Bara mengirimkan sinyal, mobil Bara tiba dengan beberapa pengawal yang sudah berkeliling. Kristan ingin pergi tapi langsung ditangkap, Bara akan menyelesaikan masalahnya dengan Kristan yang bekerja sama dengan mafia dari barat.
***
Rinda sudah sadar dan sudah bisa tersenyum, dia juga sudah tidak menggunakan infus. Rindu selalu setia menemani adiknya, dengan perasaan yang masih belum tenang karena Bianka belum kembali. Reva yang berada di luar kamar bisa melihat kesedihan adik-adiknya, Kia berusaha menenangkan keadaan Rinda yang baru mendapatkan kabar Bianka yang meledak bersama markas Kristan.
Reva melangkah keluar, melihat layar tabletnya yang memperlihatkan gambar dari Drone yang dia putar mengelilingi markas. Reva juga mengetahui jika Hansen mengkhianati Bara, dengan kemarahan Reva mengeluarkan pasukan rahasianya yang hanya diketahui oleh Bianka. Hansen dibawa ke tahanan bawah tanah disebuah pulau tempat Reva meneliti.
Nayla juga berdiam diri di depan Mansion, berharap Bara kembali. Dia hanya ingin diberi sedikit waktu bersama Bara, dia sangat membencinya. Padahal Bara ingin melindunginya tapi tidak tahu cara memperlakukannya dengan baik.
"Kak Bara, beri Nay kesempatan untuk mengatakan maaf." Nayla menangis dirasakannya sentuhan tangan mengelus rambutnya.
Nayla menangis dalam pelukan Reva, Rinda Rindu juga datang bersama Kei memeluk Nayla.
"Mereka pasti kembali," Reva bicara pelan dan lembut membuat Rindu mengangkat sebelah alisnya.
"selama Bianka menghilang, kak Reva nampak dewasa dan bisa memimpin." Rindu menyindir.
"Aku sudah lama dewasa Rindu, tapi aku tidak ingin menjadi orang yang dingin seperti Bianka. Reva dan Bianka berbeda, walaupun kami tidak sedarah tapi kami tumbuh bersama. Seperti Bunda Bunga dan mommy Dara yang saling mendampingi." Reva tersenyum mengingat masa di mana dia hampir membunuh, saat menyerang penyelundupan obat terlarang, dan terbongkarnya rahasia Reva dihadapan Bianka.
"Kalian berdua memiliki banyak rahasia, saat kakak kecil membuat bom dan meledakan seisi rumah, semuanya karena kemarahan kak Reva ke Bianka." Rindu tersenyum.
"Dari mana kamu tahu? bahkan orang tua kita juga tidak tahu."
"Kak Bi yang cerita, katanya kamu memiliki emosi lebih besar darinya. Saat bunda dan mommy lagi telepon, tapi ada perkejaan dan kalian berdua mengambil alih."
"jadi sebenarnya, bom yang Reva buat untuk menghancurkan lab Bianka, tapi ada kesalahan dan menghancurkan satu rumah." Kei tertawa bersama yang lainnya, Reva hanya tersenyum. Kini dia sangat merindukan sosok Bianka.
"Kembalilah Bi! kamu tidak diizinkan gugur di Medan perang. Ini perintah dari kakak tertua." Reva menarik nafas dan menghembuskannya.
***
TERIMAKASIH YANG SUDAH BACA YA READER BERKREASI YANG SUDAH BACA YA READER
JANGAN LUPA LIKE COMENT DAN VOTE YA
SEKALIAN JANGAN LUPA KASIH HADIAH JUGA YA BIAR AUTHOR TAMBAH SEMANGAT
***
ku kirim mawarny wlpun hanya setangkai