Bagaimana jadinya kalau niat hati hanya ingin membantu malah di pintai menjadi ibu bagi anak yang baru kamu kenal belum ada 24 jam?
==##==
Aiden nggak punya mama tante, Aiden juga mau punya mama kayak teman teman Aiden. Aiden mau tante jadi mama Aiden, boleh? Tante maunya jadi mama Aiden. Baru Aiden bisa dipangku terus kayak ini, bisa diperhatikan sama mama, disuapi makan, ditemani tidur, dibacakan cerita kayak cerita cerita teman aiden. Aiden nggak pernah digituin mama hiks…hiks…hiks…” jelas Aiden dengan deraian air mata
==##==
“ Aiden dia bukan mama Aiden dia hanya kakak Zela bukan mama nya Aiden” ucap Rey yang tidak merasa senang sang anak memangil orang yang mereka baru kenal dengan sebutan mama. tapi perkataan Rey malah membuat Aiden malah mengencangkan tangisannya
“bukan kakak tapi mama” teriak Aiden dengan kencang sambil sesenggukan.
Ingin tau bagaimana keseruan dan ceritanya, mari merapat sayang. kita baca bareng bareng, siapkan kopi😄😄
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rmauli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
0025
“ bu, apa yang ibu katakan. Celsi nggak pernah merasa di susahkan. Celsi hanya mau ibu sehat aja itu aja bu” ucap Celsi dengan suara tercekat karena ia sudah meneteskan air mata
“ nak, jangan menangis. Kau adalah anak ibu yang paling kuat” ucap Ibu Erja menghapus air mata Celsi dan tanpa ia sadari ia pun sudah meneteskan air mata
“ Bian, Bima. Maafkan ibu yang belum bisa menjadi ibu kuat sesuai harapkan kalian. Ibu masih tidak bisa memenuhi kebutuhan kalian, belum bisa membelikan barang yang kalian inginkan. Ibu hanya bisa menyusahkan kalian saja” ucap Ibu Erja lirih
“ nggak bu, ibu nggak pernah nyusahin, ibu adalah sosok ibu terhebat yang kami punya” ucap Bian
“ ibu harus kuat demi kami” ucap Bima dengan mata berkaca kaca
“ ibu sudah tidak kuat nak. Jagalah kakak perempuan satu satu nya kalian untuk ibu dan untuk kakak ibu percaya kakak dapat menjaga kedua adekmu ini” ucap Ibu Erja dengan suara yang terdengar sudah putus putus
“ nggak…, ibu nggak boleh ngomong sembarangan Celsi nggak suka.” Ucap Celsi yang sudah sesenggukan, Bian dan Bima pun sama mereka semua menangis mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut wanita ke sayangan mereka itu
“ ibu hanya ingin berjaga jaga jika sewaktu waktu Tuhan memanggil ibu kembali menghadapnya.” Ucap Ibu Erja sambil menatap ketiga anak yang teramat ia sayangi.
“ ibu capek mau istirahat dulu, bolehkan” kata Ibu Erja
“ tidur lah bu, jangan memikirkan hal hal lain focus aja sama kesehatan ibu” ucap Celsi membenarkan selimut ibu nya mereka pun mencium kening ibu mereka bergantian
*****
" Bu …hiks hiks, kenapa ninggalin kita” tangis Celsi yang sedari tadi tidak berhenti di samping liang lahat sang ibu yang teramat amat ia sayangi.
Saat Celsi, Bian, dan Bima, keluar dari ruang rawat ibu ya tiba tiba saja keadaan sang ibu semakin drop hingga ibu yang sangat mereka cintai itu di nyatakan meninggal dunia.
“ hiks…hiks,, bu kau mengatakan hanya akan beristirahat sebentar tapi kenapa kau malah meninggalkan kami, hiks..hiks, a…apa.. ibu, ta..tak.. sa..yang kami lagi hiks hiks” ucap Bima sesenggukan
“ ibu kenapa meninggalkan kami secepat ini. Kenapa ibu secepat ini menyusul ayah hiks hiks ibu..” tangis Celsi memeluk nisan sang ibu, sedangkan Bian hanya diam sambil memeluk kakak dan adik nya walaupun ia pun sama terpuruk nya seperti saudara saudara ya yang lain bahkan ia juga menangis sesenggukan sambil memeluk kedua saudara nya itu tapi ia berusaha menenangkan saudara dan saudarinya.
“ sudah cel, ikhlas kan ibu agar beliau tenang di sana” ucap Zela yang setia berada di sisi sahabat baiknya itu, Zela juga menangis saat di kabari bahwa Ibu Erja sudah meninggal dunia. Ibu Erja yang sudah di anggap Zela menjadi ibu kedua nya sangatlah merasa terpukul karena kembali merasakan di tinggal untuk selamanya oleh sosok ibu yang sangat menyayangi nya dan ia sayangi.
Celsi tidak menyahuti perkataan sahabat nya itu ia hanya menangis sambil mengusap usah nisan yang tertera nama sang ibu. Bima dan Bian yang mendengar kan perkataan Zela sudah mulai melapangkan hati mereka menerima kepergian ibu yang mereka cintai agar ibu mereka dapat tenang di alam sana. Mereka pun membantu Zela membujuk kakak perempuan mereka.
“ sudah kak, ibu sudah tenang di sana. Ibu sudah sembuh dan tidak akan merasakan sakit lagi, bukan kah itu yang kita inginkan walaupun dalam bentuk yang berbeda. Ibu sudah bahagia bersama ayah di sana” ucap Bian dengan suara tercekat ia sekuat tenaga agar tidak menangis lagi. Ia harus kuat untuk kakak dan adik nya tapi air mata yang di tahan dengan sekuat tenaga itu akhirnya tumpah juga.
Celsi, Bian dan Bima teramat menyayang ibu mereka hingga kepergian ibu mereka membuat mereka serasa kehilangan arah tidak ada lagi yang akan menyayangi mereka setulus ibu mereka, tidak ada lagi sosok yang menyambut mereka pulang, dan tidak ada lagi sosok yang menasehati mereka. Ibu yang mereka sayangi sudah di panggil oleh Sang Pencipta.
“ hiks..hiks.. kak jangan menangis lagi jika kakak menangis kami akan ikut menangis. Aku tidak ingin kakak kenapa kenapa karena saat ini yang ku punya hanya kakak Celsi dan kak Bian” ucap Bima menangis
Celsi yang mendengar ucapan Bima terhenyuh dia menarik Bima dan Bian kedalam pelukannya ia memeluk kedua saudara nya itu begitu erat, mereka bertiga pun menangis bersama meluapkan emosi tertahan mereka. Zela benar ibu nya akan tenang bila mereka mengikhlas kan ibu mereka. Menjadi anak yang menyayangi ibu nya harus nya ia dapat melapangkan hatinya agar ibu nya tenang di sana bukan menangisi kepergian beliau, walaupun berat tapi dia akan mencoba menerima nya. Ia masih memiliki dua adik hebat nya di sisi nya yang akan menemani nya dan melindungi nya.
“ Celsi, Bian, Bima mari kita pulang hari sudah mulai gelap” ucap Zela ia dengan setia menunggu Celsi dan kedua adiknya di temani Rey yang setia berada di sisi nya menemani Celsi, Bian, dan Bima
“ sudah mari kita pulang hari sudah mulai gelap” ucap Celsi lalu berbalik menatap nisan ibu nya itu
“ bu kami pulang dulu nanti mampir lagi yah. Tenanglah di sana bersama ayah dan tunggulah kami anak anak mu ini” ucap Celsi membelai nisan ibu nya itu. Lalu dia pun menggenggam tangan kedua adik laki laki nya menjauh dari sana di ikuti Zela dan Rey dari belakang.
Setelah sampai di rumah Celsi Rey pun pamit pulang karena Zela akan menginap di rumah Celsi menemani Celsi agar tidak larut akan kesedihannya.
“ zel, aku pamit nya. Jangan begadang” ucap Rey sambil mengulurkan tangannya kehadapan Zela dan di sambut oleh Zela
“ iya mas. Mas juga hati hati di jalan jangan ngebut kalau sudah sampai beri kabar” ucap Zela sambil mencium tangan Reyhan dan dibalas kecupan di kening nya dari Reyhan
“ ya udah sana masuk. Di sini udah dingin. Mas juga mau berangkat salam sama teman kamu itu” ucap Rey lalu Zela pun masuk kedalam rumah sebelum menutup pintu Zela terlebih dahulu melambaikan tanganya kepada Reyhan dan di balas Reyhan dengan melambaikan tangannya juga sambil tersenyum.
Zela pun menutup pintu rumah Celsi, Rey yang melihat Zela sudah benar benar masuk baru menjalankan mobil nya menuju kediamannya.
“ Bian, kak Celsi mana?” Tanya Zela
“ di kamar kak.” Jawab Bian
“ Bian sudah siap mandi dek?” Tanya Zela lagi
“ sudah kak.”
“ Bima mana?” Tanya Zela yang tak melihat adek bungsu Celsi
“ Bima lagi ada di kamar ibu kak, katanya sebentar lagi keluar” ucap Bian
“ ya udah kakak ke kamar kak Celsi dulu, bentar lagi akan ada yang mengantar makanan nanti kamu minta yah biaya nya udah kakak kasih” kata Zela
“ iya kak, nanti Bian ambil kan” ucap Bian
Zela pun berlalu dari sana, ia mengetok pintu kamar Celsi karena tak mendapat jawaban dari dalam akhirnya Zela masuk. Di atas tempat tidur dia dapat melihat sahabatnya itu sedang menangis sambil memeluk foto Ibu Erja.