Bagaikan senjata makan Tuan, niat hati ingin balas dendam pada orang yang membullynya saat SMA, Lolita justru masuk ke dalam jebakannya sendiri.
Lolita akhirnya harus menikah dengan kekasih
dari musuh bebuyutannya itu, yang tak lain adalah Dosen killer di kampusnya sendiri.
Tapi hal yang tak diduga Lolita, ternyata Dosen yang terkenal killer di kampus itu justru menunjukkan sisi berbeda setelah menikah dengan Lolita, yaitu otak mesum yang tak tertolong lagi.
"Tapi kamu puas kan?" ~ Wira ~
"Apanya yang puas? Punya Bapak kaya jamur enoki!! Kecil, panjang dan lembek!!" ~ Lolita ~
Bagaimana hari-hari Lolita yang harus menghadapi otak mesum suaminya?
Bagaimana juga nasib pernikahan mereka di saat benih-benih cinta mulai tumbuh namun, namun rahasia Lolita justru terbongkar jika dia yang menjebak suaminya sendiri?
Akankah balas dendam Lolita berhasil atau justru menjadi boomerang untuk dirinya sendiri dan menjadikan hubungannya dengan Wira hancur berantakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VVIP
"Masuk!"
Mendengar suara itu saja, Lolita sudah ketakutan setengah mati. Nyalinya menciut tidak seperti saat di rumah, dimana dengan lantang dia menawarkan pernikahan kontrak dengan Wira.
Tapi entah kenapa, saat di kampus, aura Wira begitu berbeda. Kesan dingin dan juga tatapan membu*uhnya sangat mengintimidasi.
"Permisi Pak!" Lolita hanya memunculkan kepalanya saja di celah pintu yang terbuka.
"Hmm!" Sahut Wira hanya melirik sekilas pada Lolita kemudian kembali menatap tumpukan tugas yang tadi dikumpulkan.
"Ada apa ya Pak?" Lolita sudah berdiri di hadapan Wira.
"Kenapa tidak membuat tugas dari saya?"
"Saya lupa Pak!"
"Lupa? Bukannya kamu sendiri pencetus Wiro Sableng itu? Kenapa bisa lupa?!"
Lolita melotot dan hampir saja melontarkan sumpah serapah pada Wira jika tidak mengingat saat ini Wira adalah Dosennya, bukan suaminya.
"Maaf Pak, saya benar-benar lupa. Saya sedang banyak masalah akhir-akhri ini!"
"Kamu pikir yang banyak masalah kamu saja?"
Lolita terus berusaha untuk mengendalikan dirinya. Ingin rasanya amarahnya meledak saat ini juga karena mendengar jawaban dari Wira.
"Iya Pak saya salah. Maafkan saya!" Lolita lebih memilih mengalah.
"Sekarang, gimana perkembangan skripsi kamu?"
"Skripsi Pak?"
"Iya, kamu lupa kalau kamu sedang menyusun skripsi? Jangan-jangan kamu lupa dengan skripsi kamu itu karena sedang banyak masalah? Atau itu hanya alasan saja?"
"B-bukan Pak. Kalau itu saya belum sempat!"
"Kamu sebenarnya niat bimbingan atau tidak?"
Lolita kembali dibuat heran. Biasanya mahasiswa yang mengejar Dosen untuk melakukan bimbingan. Tapi anehnya, justru Wira sendiri yang mengejar mahasiswanya.
Brak!!!!
Kini giliran Wira yang tersentak karena tiba-tiba Lolita meletakkan buku yang sejak tadi ia bawa ke meja dihadapan Wira dengan keras.
"Baaanggg, bisa nggak kalau bimbingannya di rumah aja!!"
Wira sampai melongo karena saat ini Lolita memohon kepadanya dengan begitu manja seolah sedang merayunya.
"Jadi kamu mau bimbingan jalur VVIP?"
"VVIP?" Lolita mengerutkan keningnya.
"Hmm" Gumam Wira. Dia melepas kaca mata baca yang ia pakai, kemudian beranjak, memutari mejanya hingga berdiri di samping Lolita.
Wira semakin meringsek maju hingga Lolita menjadi begitu gugup. Mau tak mau, Lolita harus bergerak mundur menghindari Wira.
Grep...
Namun sayang, tangan Wira lebih cepat menahan pinggang Lolita. Ditariknya pinggang ramping itu hingga kini tubuhnya tak ada jarak dengan Wira.
"A-apa yang Pak Wira lakukan? L-lepas!" Lolita benar-benar gugup dengan jarak sedekat itu. Dia bahkan tak berani mengangkat kepalanya untuk menatap Wira.
"Kenapa memangnya? Masa suaminya nggak boleh peluk istrinya sendiri?"
"Jangan kelewat batas Pak! Kita menikah bukan karena cinta. Tidak seharusnya Pak Wira seperti ini!"
"Memang harusnya seperti apa?"
Lolita diam, dia tidak tau hubungan apa yang seharusnya ia jalani dengan Wira. Kalau Lolita berpikir tentang hal Wira, Lolita cukup tau apa saja yang didapatkan seorang Suami dari Istrinya. Tapi Lolita tidak sanggup.
"Katanya kamu mau bimbingan di rumah? Ingat di rumah status kita berbeda! Saya Suami kamu, bukan Dosen kamu lagi!" Wira menundukkan wajahnya hingga bicara tepat di telinga Lolita. Hembusan nafas Wira pun menerpa daun telinga Lolita hingga membuatnya merinding.
"Jadi, apa yang akan kamu berikan sama saya kalau kita bimbingan di rumah dengan status kita yang berbeda? Hmm?" Wira sengaja menoleh ke samping, hingga ujung hidungnya menyentuh telinga Lolita.
Sontak saja Lolita memejamkan matanya. Desiran aneh mulai terasa dalam tubuhnya. Ada yang terasa menggelitik dibawah perutnya. Sesuatu yang pernah ia rasakan di malam itu sebelum berakhir satu ranjang dengan Wira.
"Gimana?" Ulang Wira lagi dengan posisi yang masih sedekat itu.
Lolita mendadak mendapatkan kesadarannya kembali, dia langsung mendorong dada Wira hingga dia bisa terlepas dari pelukan suaminya itu. Dia cukup tau apa maksud dari omongan Wira itu. Entah itu hanya menggoda Lolita, atau Wira serius dengan ucapannya, tapi Lolita tak sepolos itu. Meski terkadang dia konyol dan bodoh, tapi dia sudah cukup dewasa utnuk mengerti hal-hal seperti itu.
"M-maaf Pak, saya mau bimbingan besok saja. Saya janji besok tidak akan lupa!"
Wira terkekeh melihat wajah Lolita yang merah padam saat ini.
"Loh kenapa? Bukannya tadi kamu yang minta sambil merengek manja sama saya ya? Kenapa sekarang jadi ketakutan kaya gini, padahal tadi kelihatan menggemaskan loh! Saya jadi pingin makan kamu lagi!"
Deg...
Lolita kembali diperlihatkan sifat Wira yang jauh sekali dengan image yang pria itu bangun selama ini. Lolita dibuat terkejut sekaligus terheran-heran. Pandangannya tentang Wira nampaknya mulai berubah saat ini.
"Saya tidak menyangka jika Pak Wira aslinya seperti ini!" Gumam Lolita.
"Saya seperti apa memangnya sampai membuat kamu terkejut seperti itu?" Wira masih menanggapi Lolita dengan santai.
"Mesum!" Kata Lolita tanpa ragu.
Bukannya marah atau melotot menanggapi cibiran dari Lolita.Tapi Wira malah kembali terkekeh seolah ada hal yang begitu lucu.
"Memangnya salah kalau saya mesum sama Istri sendiri, yang penting kan bukan sama Istri orang!"
Lolita hanya bergidik menatap Wira, dia dibuat terheran-heran saat ini.
"Kenapa kamu lihat saya seperti itu? Jangan dalam-dalam, saya tau saya tampan, nanti jatuh cinta baru tau rasa!"
"Percaya diri sekali anda ini! Saya cuma sedang berpikir, ternyata melihat wajah asli Pak Wira yang seperti ini jauh lebih menyeramkan daripada Pak Wira yang dingin dan irit bicara selama ini!"
"Oh jadi selama ini kamu memperhatikan saya? Jangan-jangan sebenarnya kamu sudah jatuh cinta sama saya?"
"Ck, sebaiknya Pak Wira hati-hati. Percaya diri boleh, tapi jangan terlalu tinggi, kalau jatuh sakit Pak!"
"Ya nggak papa, sakit kan ada Istri saya yang ngobatin!"
"Dih ogah!"
"Ya udah, tinggal saya minta obatin sama wanita lain aja!"
"Nggak usah gatel jadi laki-laki!" Lolita melirik Wira dengan tajam.
"Gatel gimana? Saya punya Istri tapi tidak mau mengurus saya. Istri saya malah mengusir saya di malam pertama pernikahan kita. Belum lagi, Istri saya itu justru mengajukan pernikahan kontrak sama saya. Parahnya lagi, Istri saya itu masih berhubungan sama pacarnya. Apa nggak kasihan sama saya sebagai Suami?"
"Nggak usah nyindir gitu deh Pak!!" Balas Lolita dengan suaranya yang lantang.
"Siapa yang nyindir? Saya kan ngomong langsung di depan Istri saya, dan apa yang saya katakan itu seratus persen benar! Jadi salahnya dimana?"
"Salahnya karena Pak Wira jadi suami saya!!" Kesal Lolita, dia benar-benar sudah tak peduli jika Wira adalah Dosennya saat ini.
"LOLITA!!" Seru seorang wanita dari ambang pintu. Wanita sudah menatap Lolita dengan tajam hingga membuat Lolita gugup karena pasti ucapannya tadi didengar oleh wanita itu.
Hati2 Wira jaga Lolita dari Gina si playing victim karena Gina gak akan puas sebelum Lolita pisah dari Wira.
Ya meskipun Wira dan Lolita nikah karena insiden, bukan berarti Gina bisa bersikap seenaknya gitu sama Wira, masih menganggap Wira kekasihnya
klo yg menjebak Lolita blm ketemu clue 😌