pernahkah kamu berpikir untuk lari dari penikahan yang tidak ada dalam daftar rencanamu?! Hal itulah yang kini ada dalam pikiran Arinda Anindira, terbesit pikirannya untuk kabur dari pernikahannya bersama Daniel Arsenio.
Bagaimanakah cara Daniel seorang CEO yang sangat dingin meluluhkan dan mendapatkan cinta Arinda?
ikuti terus kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacasakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 25
Keesokan harinya, pagi ini Arinda telah bersiap berangkat ke tempat kerjanya, dengan memakai blouse berlengan pendek berwarna biru dengan pita kecil menjadi hiasannya. Di padukan dengan blazer hitam dan celana kulot hitam membuat Arinda tampil rapi dan elegan, Seperti biasa rambut indahnya di kuncir rapi menambah kecantikannya.
Dia berangkat dengan terburu-buru saat melihat langit yang sengaja menyembunyikan mentari pagi di balik awan yang telah menurunkan rinai air yang membasahi bumi.
Hujan....aduuuh lupa lagi bawa payung, kalo balik bakal telat...tempuh aja deh dari pada telat gumannya dalam hati seraya berlari kecil menuju halte bus terdekat dengan tempat kos Arinda.
Berkali kali Arinda menatap jam tangan murah di pergelangan tangannya, berharap bus yang melewati tempat kerjanya segera datang. Arinda memasang earphone miliknya sambil mendengar lagu kesukaannya.
Tak lama bus datang dengan penuh penumpang ada yang berdiri dan ada yang duduk. Pemandangan yang hampir tiap hari Arinda lihat, dengan berdesak-desakan Arinda menaiki bus yang sudah penuh. Arinda berdiri di samping jendela dengan berpegangan pada tiang besi yang ada.
Walaupun berpenampilan elegan Arinda tak malu berdesak-desakan di atas bus yang aroma telah bercampur baur.
Mata cantik di hiasi bulu mata yang lentik menatap pemandangan jalan yang tiap hari di lewatinya di temani dengan lagu lagu yang berdendang ria di telinganya.
“Dek...silahkan duduk” seorang pria muda menawarkan tempat duduknya tersenyum ramah. Arinda hanya diam tidak memperdulikan.
Pria itu melihat telinga Arinda yang terpasang earphone dan mengangguk paham jika Arinda tak menggubrisnya.
Pria itu menepuk lengan Arinda hingga dirinya melihat pria yang menyapanya. Segera Arinda melepas earphonenya,
“Iya mas ada apa?”
“Silahkan adek duduk, saya sudah hampir dekat dengan tujuan saya” tawar pria itu.
“Makasih mas” Arinda yang akan duduk di tempat duduk pria itu mengurungkan niatnya saat melihat seorang ibu muda sedang menggandeng putranya berdiri.
“Mbak, duduk di sini saja. Kasihan adeknya udah kecapekan berdiri” kata Arinda yang menawarkan tempat duduk dari pria itu. Niat baik Arinda di sambut baik oleh ibu muda itu.
“Makasih banyak ya mbak” ujar ibu muda itu sambil memangku anaknya untuk duduk di tempat duduk Arinda.
Arinda tersenyum manis pada ibu muda dan anaknya itu.
Pria yang menawarkan tempat duduk tadi memberengut tidak senang. Pria itu bermaksud berkenalan dengan Arinda sehingga ia menyerahkan tempat duduknya untuk Arinda.
S**l maksud hati mau kenalan ama cewek cantik malah gagal gara-gara ni ibu ma bocah guman pria itu dalam pikirannya.
Anak kecil di pangkuan sang ibu hanya menatap bingung kepada pria itu, tanpa mempedulikan pria itu Arinda kembali berdiri dan memasang earphonenya sambil mendengar lagu-lagu kesukaannya.
Bus berhenti di halte seberang kantor Pearl Star Wo&Eo tempat Arinda bekerja. sebelum turun dari bus Arinda memasukkan mp3 player dan earphone kedalam tas punggung miliknya. Hujan masih membasahi bumi, Arinda yang memakai sepatu high hells terpaksa berlari-lari kecil menyeberang menuju kantornya.
“Pagi mbak Arin” sapa seorang satpam yang membantu Arinda membuka pintu loby.
“Pagi juga pak Usep” sapanya ramah seraya membersihkan sisa air hujan di blazer hitam dengan tangannya.
“Nggak bawa payung mbak?”
“Nggak sempat pak, udah telat. Mbak Cantika udah datang pak”
“Udah, mbak”
Mendengar bosnya sudah datang, Arinda bergegas masuk ke loby kantor berlantai tiga dengan desain minimalis yang sedap di pandang mata.
“Pagi mbak” sapa seorang perempuan di meja Resepsionis.
“Pagi Tina” sapa ramah Arinda pada perempuan bernama Tina yang bekerja sebagai resepsionis di Pearl Star Wo&Eo, Arinda bergegas menuju tangga.
“Mbak Arin” panggil Tina
Arinda menghentikan langkahnya melihat ke arah Tina.
“iya tin!!”
“Mbak bisa minta tolong nggak, ngasihin surat-surat punya mbak Cantika dan kak Maya?” sambil menyerahkan beberapa amplop pada Arinda.
“Oke” kata Arinda yang berlalu pergi.
“Makasih ya mbak”
“yaaaa”
Arinda menaiki tangga menuju lantai dua dan meletakkan tas di atas meja kerjanya.
“Pagi say” sapa maya baru saja datang dari mengambil bahan kain untuk membuat gaun baru.
“Pagi juga” sapa Arinda yang membuka laptopnya, menyalin beberapa file dari laptop kedalam flash disk.
“O ya nih, ada surat buat lo may” katanya sambil menyerahkan beberapa lembar amplop pada Maya.
“wah lu udah ganti profesi sekarang jadi tukang pos?” sindir Sinta yang duduk di mejanya menatap sinis.
Arinda hanya diam tidak menanggapi.
“Dari pada lo kerjanya Cuma sirik ma orang, udah lo slesain tu tugas dari Cantika?” maya membalas menyindir Sinta.
Paras cantik Sinta langsung berubah kesal mendengar sindiran dari Maya. Tidak hanya cantik, sinta juga memiliki tubuh yang sexy dan selalu di balut dengan pakaian kerja yang sexy.
Namun sikapnya sangat kurang baik pada Arinda, dia selalu menganggap Arinda saingan terberatnya. Di setiap kali ada kesempatan tak ayal Sinta selalu menyindir dan merendahkan Arinda.
Arinda hanya menanggapi cuek sikap Sinta dan tidak memedulikannya, selama Sinta tidak mengganggu pekerjaannya.
Namun, tidak dengan Maya yang selalu membalas menyindir balik. Maya sangat setia kawan, dia sangat tidak suka jika temannya di rendahkan. Dia akan membalas berkali-kali lipat dengan lidahnya yang tajam bagai pisau.
“Udahlah may, biarin aja” bisik Arinda
“aduuh say orang kayak gitu jangan lu biarin. Yang ada makin ngelunjak dianya” Maya sengaja mengeraskan suaranya agar terdengar oleh Sinta.
“Udahlah may, gue di sini pengen kerja. Lu tau aja Sinta orangnya gimana? Makin lu ladenin makin nggak slesai tu kerjaan lu. Udah ah, gue mau ke ruangan mbak Cantika dulu” kata Arinda pelan agar Sinta tidak tersinggung dengan ucapannya.
“Akika juga ikut ya say, males berduaan ama mak lampir” sindir Maya pada Sinta
“Apa lu bilang ben**ng?” hardik Sinta yang begitu kesal.
“May....” kini Arinda mengeraskan suaranya agar Maya berhenti menyindir Sinta.
Arinda menyeret tangan Maya menuju lantai tiga, ruang kerja Cantika. Dia merasa tidak enak hati pada Sinta karena Maya yang tidak habis-habisnya menyinggung Sinta.
Awas lu Arin, tunggu pembalasan gue umpat Sinta dalam hati menatap tajam kearah Sinta dan Maya yang telah berlalu pergi.
Sinta berdiri dari tempat duduknya berjalan ke arah pantry untuk membuat secangkir kopi.
*g*ue akan ngasih pelajaran buat lu ben**ng guman Sinta sambil mengaduk-aduk kopi di tangannya.
Sinta kembali ke meja kerjanya dan sengaja meletakkan cangkir kopi di meja Maya. Sinta sengaja meletakkan cangkir kopi tepat di atas gambar desain gaun milik Maya.
Pas banget, emang keberuntungan gue buat ngerjain tu ben**ng guman Sinta saat melihat seorang OB membersihkan tempat sampah di samping meja kerja Maya.
praaang....
OB tidak sengaja menyenggol cangkir kopi di atas meja Maya, menumpahkan isinya mengenai satu gambar desain Maya.
"aduuh....gimana ini" OB itu terlihat sangat cemas dan ketakutan, berusaha membersihkan tumpahan kopi dengan kain lap yang selalu di bawanya.
Pecahan cangkir segera di bersihkannya dan di masukkan kedalam sampah yang di angkutnya. Wajah OB itu memucat saat melihat gambar Desain Maya sudah rusak.
"aduuuuh kamu gimana sih, nggak bisa kerja apa?" hardik Sinta pada OB yang ketakutan.
***************
jangan lupa like, vote dan tipnya.....😊😊😊
( Π_Π )