Anna harus terjebak dengan dua orang laki-laki yang membuatnya harus terpaksa berakhir dengan Maxim yang ternyata adalah teman masa kecilnya dulu.
Ternyata Maxim dan Dexter adalah mantan rekan yang memiliki sifat berbeda jauh.
Akankah Luna menerima cinta Maxim atau malah pergi bersama Dexter.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12
Anna terus saja berdiam diri dan mengurung dirinya dalam kamar. Dia tidak tertarik dengan dunia luar karena saat ini yang dipikirkannya hanya seorang laki-laki bernama Maxim. Laki-laki yang telah menanamkan benihnya di rahimnya.
Sampai tiba-tiba dia mendengar suara mobil dari luar. Entah mengapa Anna berpikir bahwa itu adalah Maxim. Melihat mobil yang masuk ke dalam halaman Mansion mewah ini membuat Anna langsung pergi meninggalkan kamar edan turun ke lantai 1.
Benar dugaannya bawa mobil yang masuk ke dalam mansion ini adalah Maxim. Setelah sekian lama akhirnya dia kembali juga.
Maxim kembali ke mansion hingga membuat Anna langsung berlari kearahnya.
Melihat Anna yang berlari membuat Maxim berteriak karena dia khawatir dengan keadaan wanita itu.
"Anna! jangan berlari!" teriak Maxim hingga membuat semua orang yang berada di rumah kita tersebut ketika mendengar suara yang menggelegar.
Begitu juga dengan Anna, dia juga kaget ketika mendengar suara Maxim yang begitu menggelegar. Tanpa sadar, apa yang Maxim lakukan membuat Anna terpeleset hingga dia terjatuh.
"Anna!"
" Ahk ..." Anna merintih kesakitan saat dia terjatuh, yang terjadi dilantai.
Melihat hal itu membuat Maxim berlari dan menghampirinya. "Anna, apa yang terjadi, Anna!" teriaknya panik ketika melihat wanita yang sudah lama tidak ditemuinya merasa kesakitan.
Wajahnya langsung pucat dan telapak tangannya basah. Anna benar-benar merasa kesakitan. Dia terus saja memegangi perutnya hingga membuat Maxim semakin panik ketika melihat, ada darah yang keluar dari selangkang*n Anna.
"Astaga, Anna!" karena panik Maxim langsung membawa Anna pergi meninggalkan rumah mereka. Dia benar-benar merasa khawatir dengan keadaan wanita itu.
"Sakit ..." rintihannya terdengar begitu menyakitkan hingga membuat Maxim ketakutan.
Dia baru saja kembali setelah sekian lama, tapi apa yang terjadi. Dia malah melihat wanitanya kesakitan seperti ini. Maxim takut jika anak yang ada di kandungan Anna tidak terselamatkan. Apalagi Anna yang terus saja merintih kesakitan sambil memegangi perutnya.
Anna juga meremas tangan Maxim, karena rasanya benar-benar menyakitkan.
"Anna, bertahanlah. Aku disini, aku sudah disini Anna!" ucapnya pada Anna.
Ini adalah pertama kalinya dalam hidup, Maxim merasa ketakutan. Dia sangat takut jika terjadi sesuatu pada Anna dan juga calon anak mereka nantinya.
Tidak! Maxim tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anaknya akan selamat begitu juga dengan ibunya. Ya, Anna akan selamat karena dia tidak akan membiarkan wanita itu merasa kesakitan.
"Anna! jangan tutup matamu Anna. Aku mohon buka matamu! buka matamu Anna!" teriak Maxim saat melihat wanita itu semakin lemah dan wajahnya semakin pucat.
Bahkan dia sampai ingin menutup kedua matanya. Ya, Anna sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakitnya karena darah terus saja keluar dari inti tubuhnya saat ini.
Dia berusaha untuk mempertahankan kesadarannya, tapi rasa sakit itu semakin menyerang dan ada sesuatu yang ingin keluar dari intinya tubuhnya saat ini.
"Anna! no, Anna! no!" teriak Maxim saat melihat Anna semakin lemas. Bahkan kedua matanya pun sudah tertutup sempurna.
Anna pingsan, dia sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakitnya ketika dalam perjalanan ke rumah sakit. Melihat Anna yang pingsan seperti itu membuat Maxim langsung mengumpat anak buahnya saat itu juga.
"Lebih cepat lagi sial*n!" umpatnya dengan kasar karena sudah tidak bisa menunggunya lagi.
Anna harus segera mendapatkan penanganan dari dokter. Pikiran guru mulai menghantuinya saat ini. Maxim benar-benar dikuasai dengan rasa panik. saat Anna tidak sadarkan diri dalam pelukannya.
Anak buah Maxim langsung menginjak pedal gas mobilnya, agar mereka lebih cepat sampai di rumah sakit. Dia juga tau seperti apa keadaan wanita yang bersama bos mereka saat ini. Lagi pula dia masih tetap ingin bernafas dan melihat matahari esok pagi. Jadi sebisa mungkin dia melakukan pekerjaannya dengan baik.
Tak lama, mereka telah sampai di rumah sakit. Maxim langsung turun dari mobil dan membawa Anna masuk ke dalam. Perawat langsung menyambut kedatangan mereka saat melihat Maxim datang membawa seorang wanita di dalam gendongannya.
"Anna, kau akan baik-baik saja, oke. Anak kita akan baik-baik saja!" ucapnya pada Anna saat perawat membawa Anna ke ruang penanganan.
Maxim di larang masuk dan dia mengeri bahwa tim medis sedang berusaha untuk menyelamatkan Anna dan juga calon anak mereka.
Dia melihat kedua telapak tangannya yang basah karena dar*h Anna. Kedua tangannya bergetar melihat dar*h Anna.
"Ahk...!!!" teriak Maxim dengan penuh frustrasi.
Dia sangat frustrasi dengan apa yang dihadapinya saat ini. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Maxim merasa ketakutan dan itu karena Anna.
Tidak pernah sekalipun dia merasa ketakutan, tapi ketika mengenal wanita itu. Kehidupannya benar-benar berubah drastis. Banyak hal yang dia takuti, salah satunya kehilangan sosok wanita yang sedang berada di ruang pemeriksaan saat ini.
"Apa ini Tuhan? apa ini?!" Maxim sampai menjambak rambutnya karena merasa frustrasi.
Dia tidak tahu harus melakukan apalagi saat ini karena yang ada dipikirannya hanya Anna dan juga calon anak mereka. Tidak banyak yang bisa dilakukan, dia berharap bahwa wanita itu akan baik-baik saja bersama calon anak mereka.
"Kenapa kau kembali mengambil sesuatu yang berarti dalam hidupku. Kenapa kau lakukan ini padaku Tuhan? kenapa?!" umpatnya dengan rasa sesak di dalam nadanya.
Maxim berharap bahwa ini hanya mimpi, tapi tidak. Ini bukan mimpi karena apa yang dialaminya benar-benar nyata. Ini semua nyata dan semuanya karena dirinya.
Dia adalah alasan utama dari rasa sakit yang dialami Anna saat ini. Andai saja dia bisa, lebih baik dia menggantikan wanita itu di ruangan sana menahan rasa sakitnya.
"Tidak! kau harus bertahan. Kau harus bertahan Anna. Anak kita akan baik-baik saja, dan aku yakin itu!" ucap Maxim, hingga tak lama setelah dia mengatakan hal itu pintu ruangan pemeriksaan tempat di mana Anna berada terbuka.
Seorang dokter keluar dari ruangannya dan menghampirinya. Dia berharap bahwa berita yang disampaikan dokter itu adalah berita baik. Tapi sayangnya tidak seperti itu, karena dokter menyampaikan bahwa jalan anak mereka tidak bisa diselamatkan.
"Maaf, Tuan. Tapi anak Anda sudah tidak bisa di selamatkan lagi. Istri Anda mengalami keguguran." jelas dokternya membuat Maxim langsung tersulut emosi.
"Katakan bahwa ini tidak benar! katakan bahwa ini tidak benar!!" teriaknya menggelegar hingga membuat dokter tadi ketakutan.
"Kau bohong! mana mungkin calon anakku pergi meninggalkanku! Dia anak yang kuat dan dia anak yang hebat. Dia tidak mungkin pergi meninggalkanku seperti ini. Tidak mungkin! katakan kau bohong, sialan!" umpatnya lagi hingga membuat dokter tadi semakin ketakutan.
"Tapi, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Kenyataannya calon anak Anda tidak bisa diselamatkan saat dalam perjalanan kemari, dan kami hanya membersihkan sisa-sisa janinnya saja di dalam kandungan istri Anda." jelas dokter hingga membuat dunia Maxim tak akan runtuh seketika.
Dia tidak percaya dengan apa yang dialaminya saat ini. Seperti mimpi yang baru saja terjadi bahwa dia akan menjadi seorang ayah. Tapi sedetik kemudian, mimpinya kembali dihancurkan. Dia kembali hancur dengan membuatnya tidak tahu harus melakukan apalagi saat ini.
Bersambung