NovelToon NovelToon
(Boy)Friendzone

(Boy)Friendzone

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rizca Yulianah

Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Men's Pride

Suara derit sofa menggema di ruangan yang sepi di selingi dengan desahan napas yang saling bersaut-sautan itu adalah hasil dari dua manusia yang sedang mencari kenikmatan dunia. Saling menautkan diri dengan intens dan lekat.

Kama yang terus saja mendorong keluar masuk tubuhnya itu sama sekali tidak memperdulikan lawannya yang saat ini mengerang hebat. Tapi bukan erangan kesakitan.

"Kam... Pelan... Pelan... Sayang" Rintih suara wanita yang sedang memunggungi Kama. Namun bukannya melambat, Kama justru semakin mempercepat iramanya dalam mengejar pelepasannya.

"Brengsek" Umpat Kama yang kini sudah mencapai puncaknya. Tubuhnya limbung dan ambruk ke samping di iringi hembusan napasnya yang pendek-pendek.

Wanita yang tadi memunggunginya itu kini sudah bersandar di dada Kama. Kelelahan oleh aktifitas penyatuan tubuh mereka barusan. Sama-sama terengah-engah.

"Kamu kuat banget sih Kam" Ucapnya lirih kehabisan tenaga. "Aku udah nyerah deh, nggak sanggup lagi. Ini udah berapa kali" Lanjutnya sembari mengibaskan tangan ke arah Kama dan kemudian tertidur di dadanya.

Yang di ajak bicara hanya diam menatap langit-langit nanar, pikirannya tidak ada sama sekali pada wanita yang kini sedang menggeliat di pelukannya. Yang baru saja dia sesap kenikmatannya.

Brengsek, brengsek, brengsek

Kepalanya masih saja penuh dengan Hara, gadis yang bahkan baru dia ketahui namanya beberapa hari yang lalu. Gadis kampung angkuh buta yang tidak bisa melihat pesonanya.

Bahkan setelah beberapa kali pelepasan kenikmatan yang membuat tubuhnya sudah sangat kelelahan itu pun tidak lantas juga membuat kinerja otaknya menurun. Masih sangat tajam untuk berfikir.

Hara, bayangan gadis itu masih saja jelas di ingatannya, bahkan setiap perubahan ekspresi wajah Hara yang kini di ingat-ingatnya ulang, masih tetap menimbulkan sensasi menggelitik aneh yang kemudian secara ajaibnya berpengaruh pada irama jantungnya yang tak beraturan. Dan dia tidak suka perasaan itu. Perasaan gagal, terhina, dan terabaikan. Egonya menolak untuk kalah, meski pikirannya sudah berusaha membuang semua tentang Hara ke tempat sampah. Seperti kartu nama miliknya.

Kama mengalihkan Gita, cewek yang sedang tertidur di dadanya, ke tempat yang barusan di dudukinya. Setelah menyangga leher perempuan yang sedang terlelap nyenyak dengan bantal kursi yang tergeletak di bawah kakinya, Kama malas-malasan mengambil celananya dan memakainya, lalu dengan santai melangkahi pakaian-pakaian mereka yang tercecer berantakan di lantai, berjalan menuju dapur apartemennya. Membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin.

Dari arah dapur, dia bisa memandangi gadis tanpa busana yang sedang tertidur lelap itu. Menilik setiap bagian tubuhnya yang sudah pernah dia sesap kenikmatannya berkali-kali. Rasanya tetap sama, aromanya tetap sama, tapi entah kenapa hari ini nafsunya tidak merasakan kepuasan. Pelepasannya barusan seperti tidak ada rasanya, hambar.

Setelah meneguk habis minumannya, dia meremas botol plastik sekali pakai itu hingga remuk tak berbentuk untuk kemudian di lemparnya ke tempat sampah. One shoot!

Dia menyandarkan tubuhnya di kabinet dapur hanya demi mendapati dirinya sendiri tertawa sumbang saat bayangan penolakan Hara kembali muncul.

Sialan.

Semakin di ingat, kemarahannya semakin memuncak. Dia perlu mendinginkan kepalanya.

Kama kemudian pergi menuju kamar mandi, dia merasa harus menyiram kepalanya dengan air dingin, mungkin dengan begitu bayangan Hara juga akan ikut tersapu lewat air yang mengalir. Hope so!

...****************...

Malam belum larut dan Hara sedang terdiam duduk di meja belajarnya. Di hadapannya terhampar buku jurnalnya. Wajahnya serius, menatapi PR yang perlu dia kerjakan dari seminggu yang lalu. Tentang patah hatinya.

Aku tidak marah

Aku sedih karena tidak bisa mengucapkan perpisahan dengan baik

Aku tidak kecewa

Aku tidak merasa gagal, selama dua tahun, aku sudah memberikan yang terbaik untuk hubungan kita

Setelah-merasa-berhasil menyelesaikan PR tentang mendeskripsikan perasaan, Hara sampai pada kesimpulan bahwa dirinya merasa perlu mengucapkan perpisahan dengan baik kepada Nael.

Dia segera mengambil ponselnya, mencari nama Nael dan kemudian menuliskan pesan untuknya.

Untuk dua tahun kebersamaan kita. Aku tau hubungan kita sudah berakhir, tapi tidak semudah itu mengakhiri perasaan terbiasa yang ada. Aku yang terbiasa dengan kehadiranmu, aku yang terbiasa dengan suaramu, aku yang terbiasa dengan perhatianmu, dan aku yang terbiasa dengan semua tentang kamu dan kita. Jadi, aku mohon biarkan aku mengirim pesan padamu di waktu yang sama setiap harinya, sampai aku benar-benar bisa merelakan mu. Aku tidak berharap balasan dari mu, tolong jangan terbebani. Aku hanya butuh waktu latihan untuk bisa melepaskan mu. Latihan tanpa mu. Perlahan demi perlahan. Aku mendoakan kebahagiaanmu, dengan sungguh-sungguh dan tulus.

Pesan yang terkirim itu pun secepat kilat telah di baca oleh Nael. Hara memandangi profil picture milik Nael di aplikasi pesannya, seorang laki-laki yang tersenyum lebar sembari mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V.

Sejak kapan profil picture miliknya telah berubah dari foto mereka berdua menjadi fotonya sendiri? Dan yang menjadi bagian terburuknya adalah dia tidak menyadari hal itu, tidak menyadari bahwa mungkin saja Nael sudah lama berlatih untuk terbiasa tanpa dirinya.

Hara menelengkupkan wajahnya di kedua lengannya. Dan menangis sejadi-jadinya.

...****************...

"Honey..." Gita yang kini sudah terbangun dari tidurnya sedang berdiri menghadap pintu kayu bercat putih tulang. "Kenapa harus di kunci sih honey?" Tangannya memutar kenop pintu dengan tidak sabaran. Menuntut pemilik kamar itu segera keluar dan menuntaskan rasa penasaran tentang kenapa dia di larang masuk kedalamnya. "Honey, kamu denger nggak sih?!" Suaranya semakin meninggi dengan gerakan tangan yang semakin cepat memutar mutar satu-satunya akses yang menghalanginya.

Brak! Brak! Brak!

Kesabaran yang sedari awal memang tidak pernah ada itupun kini berubah menjadi sebuah gedoran kasar yang memekakkan telinga. Mengejar si empunya kamar untuk segera bertatap muka dengannya.

"Buka nggak?!" Tuntutnya semakin hilang kendali. "Kama ka.." Namun belum tuntas kalimat yang ingin dia keluarkan, orang yang sedari tadi di teriakinya telah membuka pintu. Bertelan jang dada dengan rambut basah yang masih meneteskan air.

"Ada apa?" Tanyanya datar, merangsek maju sembari menutup pintu di belakangnya dengan satu tangan, melewati Gita yang kini sedang melongo demi melihat pemandangan sebidang dada yang tampak berotot liat.

"Aku kenapa sih nggak pernah boleh masuk ke kamar kamu?" Dalam sekejap saja suaranya telah berubah manja, mengekori Kama yang sedang berjalan menuju dapur sambil mengeringkan rambut dengan handuk yang tersampir di pundak.

"Kamar ku berantakan" Alasan yang terkesan di paksakan itu di lontarkan Kama dengan asal-asalan.

"Nggak papa kok Kam, toh kalau kamar kamu rapi nanti juga berantakan lagi pas kita..." Gita yang sekarang sudah memposisikan diri di hadapan Kama, mengerling padanya, jari telunjuknya menyusuri dada bidang berotot liat yang masih basah oleh butiran-butiran air. Penuh nafsu menggoda.

Kama tertawa sumbang. Memilih mengabaikan godaan Gita yang di lihatnya tanpa sehelai pun benang menutupi.

"Boleh ya? Ya?" Gita memberengut dengan manja. "Aku capek tiap kali main harus di sofa. Nggak nyaman tau" Gerutunya sembari menyilangkan kedua tangannya di dada. Dengan sengaja agar membuat kedua asset-nya terlihat lebih mon tok dan menggoda.

"Di sofa juga enak kok" Balas Kama tak peduli, membuka kulkas dan mengambil sebotol lagi minuman dingin tanpa menawari Gita. Sikap yang sangat tidak gentle.

"Kamu kok gitu sih" Gita semakin memberengut kesal, demi melihat sikap Kama yang selalu cuek padanya.

Bukannya tidak pernah menyadari hal itu. Tapi Gita terlalu larut dalam ketampanan wajah dan kepiawaian Kama setiap kali mereka menyatukan diri. Membuatnya selalu mabuk kepayang dan memberikan sensasi candu yang membuat logikanya mandek.

Kama sudah mendudukkan dirinya di sofa, membuka segel botol minumannya untuk kemudian memutar tutup botolnya lalu meminum isinya hingga berkurang setengah.

"Kamu tuh cuek banget tau nggak sih. Sebel!" Kama hanya memandangi Gita yang sedang berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki menuju ke arahnya dan kemudian segera merobohkan diri ke pelukannya. Meringkuk sembari menari-narikan jari telunjuknya di dada Kama.

"Kamu kenapa sih cuek banget? Aku masuk kamar nggak boleh, tiap aku ajak jalan nggak bisa, tapi giliran butuh beginian aja kamu baru hubungin aku. Kamu tuh cinta nggak sih sebenernya sama aku?" Omelnya kesal dengan nada manja.

"Terus kenapa mau?"

"Ya karena aku cinta lah sama kamu"

Kama terbahak-bahak demi mendengar kata cinta keluar dari perempuan yang saat ini sedang bergelayut manja di lengannya. "Cinta?" Ulangnya dengan sedikit meremehkan.

Gita menatapnya heran. Apa yang salah dengan jawabannya? Mereka telah cukup lama saling mengenal dan bersama, melakukan ini dan itu, bahkan hingga batas yang seharusnya tidak boleh di langgar. Lalu kalau bukan cinta, apa yang mendasari semua ini?

"Terus Anton nggak lo anggep?" Kini Kama telah berhenti dari tawanya dan kembali ke ekspresi semula, datar tak peduli.

"Aku pasti putusin dia kok, tinggal tunggu waktu aja" Gita sedikit menghela napas lega. Ternyata masalahnya Anton. Kekasihnya.

"Kalau aku sudah putus dari Anton, kita udah nggak punya penghalang lagi" Gita kembali masuk kedalam pelukan Kama, menyandarkan kepala di dadanya. Mengamati lamat-lamat detak jantung Kama yang tenang dan teratur.

"Tapi sorry gue nggak ada niat untuk memperpanjang kita tuh" Jawaban Kama kali ini berhasil mengusik akal sehatnya, membuatnya sedikit berkerja dan mengantarkan gelombang perasaan marah yang membuatnya segera mendongak untuk menatap Kama. Mencari ekspresi kesedihan, kekecewaan atau apa saja yang sekiranya mendorong Kama mengucapkan menyakitkan itu. Tapi nihil. Kama masih saja santai tanpa ekspresi.

"Maksudnya?" Gita mengerutkan keningnya, menatap lekat wajah yang kini hanya berjarak kurang dari 30 cm dari matanya. "Kamu pengen kita udahan?" Kali ini suaranya tidak lagi manja menggoda, tapi berubah menjadi cicit kebingungan.

"Udahan?" Kama menoleh ke arahnya. "Memangnya kita punya hubungan apa?" Satu deret kalimat yang meluncur dari mulut Kama berhasil membulatkan mata Gita, merubahnya menjadi ekspresi ngeri bercampur kemarahan.

"Hubungan apa kamu bilang?" Intonasinya mulai merangkak naik satu oktaf, di susul dengan hentakan jantung yang bertalu-talu buah dari kemarahan yang semakin memuncak.

"Kita udah sejauh ini dan kamu tanya kita punya hubungan apa?!?" Teriakan Gita kini membahana di ruangan yang sepi, yang kemudian di susul dengan "Kamu serius?!?"

Namun dengan kerasnya suara Gita yang memekkan telinga itupun nyatanya tak membuat ekspresi Kama berubah, dia tetap saja santai tak peduli.

"Lo..." Kini suara Gita tercekat di tenggorokan. "Lo bener-bener baji ngan" Dengan membabi buta tangannya mulai berayun memukul lengan, dada atau apapun yang ada di hadapannya. Keinginan kuatnya untuk melampiaskan segala bentuk emosi yang kini tak terbendung lagi.

Namun bukan Kama namanya jika dia diam saja, Kama bukan orang romantis melankolis yang akan luluh dengan yang namanya tangisan dari makhluk bernama wanita. Dengan cepat dia segera menahan pukulan Gita yang membabi buta.

"Wowowo...Easy girl" Selorohnya. "Jangan sampai kena asset gue" Dia malah mengerlingkan matanya ke wajah yang sudah kusut masai akibat marah, tanpa rasa bersalah.

Gita yang kini hanya bisa melolong demi mendapati reaksi santai Kama itupun terdiam. Berhenti melancarkan serangan membabi butanya berganti dengan isak tangis.

"Dasar brengsek baji ngan" Desisnya di sela gemeretak giginya. Kini otaknya sudah sepenuhnya dapat di gunakan. Dia bukan wanita bodoh yang tidak memiliki logika berpikir, hanya saja logika itu mandek tatkala harus berhubungan dengan semua hal tentang Kama.

Selama ini memang Kama tidak pernah mengikrarkan apapun terkait mereka berdua. Berkenalan, kemudian saling berkirim pesan, dekat, lalu berkembang jalan berdua, dan terjadilah apa yang baru saja mereka lakukan. Semua tanpa adanya ikrar mengikat.

"See?" Tanya Kama sembari menaikkan alisnya, karena yakin bahwa gadis yang sedang syok di hadapannya saat ini sudah sadar tentang bagaimana mereka.

"Tapi kenapa lo juga mau gue panggil sayang?" Tuntut Gita dengan suara melemah. Demi mengingat semua bayangan yang kini tengah di putar flashback di ingatannya. Kama yang tidak pernah marah saat dia bilang akan jalan bersama Anton kekasihnya, Kama yang tidak pernah perhatian, Kama yang bahkan tidak pernah lebih dulu mengiriminya pesan. Ternyata dia hanya kecintaan sendiri.

Kama terbahak mendengar pertanyaan Gita.

"Kucing garong di kasih ikan, mana mungkin nolak. Pamali nolak rezeki" Lanjutnya masih dengan tawa.

"Dasar baji ngan gila" Desis Gita. "Gue sumpahin lo kena karmanya" Kini dia beranjak dari duduknya, dengan kasar memunguti helai demi helai pakaiannya dan mengenakannya langsung di depan Kama. "Suatu saat lo akan ngerasain gimana rasanya terjebak di friendzone yang lo buat sendiri, setengah mati tersiksanya" Berbalik untuk segera pergi dari tempat yang menyesakkan itu.

Namun langkahnya terhenti saat suara Kama memanggil.

"Nih barang lo ketinggalan" Kama menunjuk dengan dagunya kotak kecil berwarna merah dengan tulisan strawberry di bagian tengah, terbuka dan menampakkan dua deret sachet kecil bungkusan alumunium foil yang terletak di meja samping sofa. "Lumayan masih bisa dua ronde sama Anton".

Gita berbalik, mengumpulkan sisa-sisa harga dirinya yang telah terbakar nafsu sesaat yang kemudian merubahnya menjadi abu halus, terbang dan menghilang tertiup angin kenyataan.

"Cuih" Hanya ludahan kecil yang dia berikan sebagai salam perpisahan kepada laki-laki yang masih saja duduk menyilangkan kaki sembari menatapnya datar. Untuk kemudian pergi dari tempat yang baginya terlaknat itu sembari membanting pintu.

"Nambah-nambahin sampah aja" Kama menghela napas panjang, bukan karena merasa bersalah telah menyakiti satu lagi hati perempuan entah untuk yang keberapa kalinya, atau karena telah menyesali sikapnya yang kurang ajar dan bejat. Melainkan karena melihat lantai yang berantakan, sisa plastik pelindung yang bercecer di lantai, serta botol-botol minuman bekas yang tergelatak di sembarang tempat. Bukti keliaran mereka semalam.

Kama beranjak dari duduknya, memunguti satu per satu sampah-sampah yang tertinggal, mengumpulkannya dalam satu kantong kresek untuk di buang di tempat sampah yang ada di pojok ruangan.

Brengsek

Makinya saat dia melihat tiga lembar kertas merah serta satu kertas putih mengkilap yang telah kusut tak berbentuk yang tadi di lemparkannya. Harga dirinya.

1
ArianiDesy
Buat Neil jgn balikan lagi sama Hara deh,kan kamu yg buang Hara,,,
kasih kesempatan sama Kama dong,buat taklukkin Hara😁😁
ArianiDesy
O.o.... apakah bakalan bucin duluan ini pak Kama😁😁😁😁
ArianiDesy
ohhh,ini toh tugas negara nya😁😁😁...
menjaga pujaan hati jangan sampai di bawa lari cowok lain🤣🤣🤣
ArianiDesy
wkwkwkwkwk.....
Nggak kuat aku lihat Kama tersiksa sama Hara🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
ArianiDesy
Pengen ngakak deh sama Kama,pinter bener ngakalin Hara...
aku bakalan nungguin kamu yang bucin duluan sama Hara😁😁😁
ArianiDesy
Aku dukung deh pak Kama,gaass kan ngedeketin Hara 😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Jangan kan Kama,aku saja ngga sabar nunggu besok mereka ketemuan😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Emang belum sih,tapi Otw punya cowok Hara nya,Nael😁😁😁😁😁
ArianiDesy
wkwkwkwkwk....
tiba-tiba banget Pak Polici kirim buket bunga pagi' 😁😁😁😁😁
ArianiDesy
pengen ngakak lihat kelakuan Kaman sama Hara ini🤣🤣🤣
ArianiDesy
Kasihan juga sih ya sama Kama,gimana dia ngelawan rasa trauma nya bikin ikutan sakit😔...
tapi kenapa tiba-tiba Hara telp ya????
ArianiDesy
Hara emng dari kampung tapi tidak kampungan loh,termasuk berada apa nggak menyesal itu Kama ngejudge Hara sampai segitunya🙄🙄🙄
ArianiDesy
Masih dendam aja kamu,Kama🙄🙄
ArianiDesy
Hara baik banget maw ngajarin anak' belajar 🥰🥰🥰🥰
ArianiDesy
Emng harus perang urat dulu ya baru mereka dekat, Thor 😁😁
Rizca Yulianah: sabar bestiiii, gak tau kenapa skr pikiran ku kalau ceritanya ujuk2 jatuh cinta terus sama2 jadi kayak aneh, gak relate sama isi kepala yang udah banyak pikiran 😂
total 1 replies
ArianiDesy
Thor,,,nggak pingin double up gitu 😁😁, sebenarnya nggak terlalu suka sama yang on going tapi aku dah terlalu cinta sama ni novel😍😍😍😍
Risa Amanta
TK aamiini Git
Risa Amanta
serius kama ini seorang polisi...???
Risa Amanta
pesona laki2 tukang celup buat apa..hhiiii.. ngeriii
Risa Amanta
sabar Hara..laki2 masih banyak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!