kehampaan dan kesempurnaan, ada seorang siswa SMP yang hidup dengan perlahan menuju masa depan yang tidak diketahui,"hm, dunia lain?hahaha , Hmm bagaimana kalau membangun sebuah organisasi sendiri, sepertinya menarik, namanya... TCG?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mult Azham, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEKUATAN 2
Penjara TCG
Azam menatap Sipalsu tanpa ekspresi. Ruangan itu sunyi.
Setelah beberapa saat hening, Sipalsu akhirnya berbicara. "Aku akan memberitahumu, namaku yang sebenarnya Arkana Orcean."
"Yang nanya?" Azam bertanya dengan nada datar.
Arkan sedikit mengernyit, jelas tak menyangka jawaban itu. "Kamu… Baiklah, aku akan menanyakan hal yang lebih penting dulu." Ia menarik napas dalam sebelum melanjutkan, "apakah kamu benar-benar akan melepaskan ku?"
"Tergantung," jawab Azam singkat.
Arkan tertawa kecil, tapi ada rasa tersiksa dalam suara itu. "Haha…" Ia menatap Azam tajam. "Kamu tahu kan, manusia di dunia ini berbeda dengan manusia seperti kami?"
Azam tetap diam.
"aku akan memberitahumu sesuatu bahwa segalanya bergantung pada takdir," kata Arkan dengan nada misterius. "Mau tidak mau, kita harus memilih jalan yang telah disediakan takdir. Takdir selalu membiarkan kita memilih jawaban antara A atau B" Arkan terdiam sejenak, membiarkan suasana mencekam mengisi ruang. Lalu, dengan suara lebih rendah, ia melanjutkan,
"Tapi ada satu hal yang tak bisa dipilih."
Ia menatap tajam.
"Kematian."
Arkan melanjutkan, "Itu yang dikatakan orang, tapi aku berbeda. Selain kematian, ada hal lain yang tidak bisa dipilih, kita tidak bisa memilih mau atau tidak untuk dilahirkan. Begitu juga dengan genetik dan keluarga."
Azam tetap diam, mendengarkan tanpa menunjukkan reaksi apa pun.
"Apa yang kukatakan di sini adalah… bahwa kamu bisa saja ditakdirkan untuk tidak bisa memiliki kekuatan. Kau tahu kenapa? Karena genetik," ucap Arkan sambil menatap tajam.
Dalam hati, ia menggerutu, 'Kenapa aku seperti ngomong sendiri di sini?'
Arkan berdeham sebelum melanjutkan, "Jadi, kalau kamu memang tidak memiliki akar energi yang bagus, kamu tidak bisa memaksakan diri."
Sebelum Arkan bisa melanjutkan, Azam menyela, "Aku tahu. Maksudmu, Kamu ingin keluar, terlepas dari apakah aku memiliki akar yang baik atau tidak, bukan?"
Azam menatap Arkan lebih dalam sebelum melanjutkan, "Kalau begitu, kamu bisa mengajarkan anggota yang lain. Jadi…"
Ia terdiam sejenak, menunggu reaksi Arkan sebelum akhirnya berkata dengan nada lebih tegas, "Kamu mau mengajarkan KAMI, kan?"
Arkan terlihat sedikit gugup. "Tentu saja, aku bisa."
"Baik, itu saja yang perlu kudengar," ucap Azam sambil mengulurkan lengannya.
Arkan tampak bingung.
Azam melanjutkan, "Kamu perlu memeriksa Akar energiku kan?"
Arkan tersadar, "O-oh… Tapi, aku harus memeriksanya di area sekitar pusar dulu, baru ke lengan."
"Hm?" Azam menatapnya datar sebelum mulai melepas bajunya.
"Tidak perlu! Tidak perlu!" Arkan buru-buru mengangkat tangannya. "Aku bisa memeriksanya bahkan tanpa melepas pakaian."
Azam mengangkat alisnya bingung. "Baiklah."
......................
"Ini… akar spiritual yang sangat rendah. Mungkin paling tinggi hanya bisa mencapai ranah Mortal Genesis," ucap Arkan, suaranya datar namun jelas.
Azam tidak menunjukkan perubahan ekspresi. Ia hanya mengepalkan tangan kanannya lalu membukanya beberapa kali, sementara tangan kirinya memegang pergelangan tangan kanannya. "Setidaknya aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan kekuatan," balasnya santai.
Setelah beberapa detik hening, Azam melanjutkan, "Aku akan membawa beberapa orang dulu."
"Aku tidak keberatan, tapi… bolehkah ku tahu, aku harus melakukan ini berapa lama?" tanya Arkan ragu.
"Itu tergantung seberapa cepat kamu bisa mengajari mereka. Jika mereka sudah bisa mandiri, setidaknya mereka tak akan membutuhkanmu lagi," jawab Azam tenang.
Arkan mengangguk. "Baiklah. Jadi, siapa yang akan kamu ajak?"
Azam mengambil ponselnya dari saku, lalu menelepon seseorang.
"Ke sini, Farel, Jangan lupa ajak yang lain..." ucapnya. "Ke penjara TCG."
"Ooh, baik, Abah. Aku akan segera ke sana bersama yang lain," jawab Farel dari seberang telepon.
...----------------...
Yorde, Wakil, beberapa Guardian, dan Tetua berkunjung ke penjara. Arkan memeriksa mereka satu per satu, akar energi mereka—ada yang unggul, sedang, dan rendah. Setidaknya, semua orang di ruangan itu, kecuali Azam, mampu melewati Alam Mortal Genesis.
Hasil pemeriksaan menunjukkan:
Farel (Wakil) memiliki akar sedikit unggul atau menengah(sedang) atas.
Dua Tetua dan satu Guardian memiliki akar unggul.
Yorde memiliki akar sangat unggul.
Yang lain memiliki akar sedikit rendah atau menengah bawah.
Setelah pemeriksaan selesai, Azam memutuskan untuk pulang bersama mereka yang memiliki akar energi di bawah tingkat sedang.
Azam meninggalkan Yorde, Farel, dua Tetua, dan satu Guardian pada Arkan. Sementara itu, posisi mereka digantikan oleh beberapa orang untuk sementara waktu.
Di sisi lain, keluarga Arkan akhirnya berhenti membuat keributan setelah mengetahui bahwa Arkan baik-baik saja.
Azam juga menyediakan tanah lapang khusus untuk mereka berlatih. Lokasinya sedikit jauh dari penjara, dikelilingi sungai yang mengalir, menjadikannya tempat yang sempurna untuk memperkuat tubuh dan meningkatkan kemampuan.
...****************...
2042
Satu tahun telah berlalu sejak saat itu.
Azam dan beberapa anggota rombongannya pergi mengunjungi Yorde dan yang lainnya. Saat melihat mereka, Azam sedikit tertegun—mereka benar-benar terlihat berbeda. Wajah mereka tampak lebih muda, dan aura mereka terasa jauh lebih berlimpah. Ada perasaan bangga dalam diri Azam, seperti seorang ayah yang melihat anak-anaknya tumbuh.
Yorde telah mencapai Mortal Genesis Puncak, atau lebih tepatnya Sixth Mortal Genesis High.
Sedangkan yang lainnya:
Nama: Farel
Jabatan: Wakil TCG
Umur: 25 tahun
Ranah: Fourth Mortal Genesis High
___
Nama: Kamajaya
Jabatan: Guardian TCG
Umur: 27 tahun
Ranah: Fifth Mortal Genesis Medium
___
Nama: Basupati
Jabatan: Tetua
Umur: 27 tahun
Ranah: Fifth Mortal Genesis Medium
Nama: Pradipto
___
Jabatan: Tetua
Umur: 30 tahun
Ranah: Fifth Mortal Genesis Low
Arkan menatap Azam dengan penuh harap. "Baiklah, tugasku di sini sudah selesai. Bisakah aku bebas sekarang?"
Azam tetap diam, ekspresinya sulit ditebak.
"Ke-kenapa? Bukankah kamu sudah berjanji? Kamu tidak boleh mengingkari janji itu!" Nada suara Arkan terdengar sedikit panik.
Azam akhirnya membuka mulut. "Bukan itu masalahnya. Bukankah mereka selalu membutuhkan bimbingan?"
Arkan menggelengkan kepalanya. "Sebenarnya, itu tidak diperlukan. Aku bisa saja memberikan mereka buku panduan, tapi buku itu tersimpan di keluargaku. Waktu itu, aku ragu apakah kamu akan membiarkanku pergi. Lagipula, aku tidak menyangka mereka akan tumbuh secepat ini."
Arkan melanjutkan, "Jadi... aku perlu mengambilnya."
Azam menyipitkan mata, menatap Arkan tajam. "Apa jaminan kalau kamu tidak akan melarikan diri?"
Arkan tersenyum tipis. "Tapi kamu tidak punya pilihan lain. Seseorang harus memilih jalurnya sendiri sebelum mencapai Ascended Mortal. Kalau tidak, mereka bisa saja menyesal memilih jalur yang salah." Ia berhenti sejenak sebelum menambahkan, "Aku juga sudah menulis apa yang perlu mereka lakukan setelah ini."
Azam sebenarnya sudah tahu hal itu. Namun, kepercayaannya terhadap Arkan masih terlalu kecil. Tapi di sisi lain… ia memang tidak punya pilihan lain.
"Baiklah," akhirnya Azam setuju.
Pada hari itu, Arkana Orcean dibebaskan dan kembali ke keluarganya. Namun, yang terjadi selanjutnya di luar dugaan. Karena keluarga serta orang-orang yang mengikuti Arkan, mulai menarik perhatian dunia, Beberapa pihak mulai mendirikan guild dengan tujuan merekrut mereka.
Azam tidak tahu pasti motif di balik pembentukan guild ini, tapi dalam pikirannya, mungkin mereka hanya kebanyakan membaca novel dan komik.
Namun, yang lebih mengejutkan, guild ini benar-benar berhasil merekrut banyak pengikut Arkan. Mungkin karena mereka juga membutuhkan uang untuk bertahan hidup. Azam menyadari hal ini, karena Arkan sendiri dulu mencari uang dengan mengatasnamakan organisasinya.
Itulah sebabnya, dulu Azam sempat menebak bahwa Arkan peduli terhadap manusia di dunia ini.
Jika Arkan menginginkan, dia dan kelompoknya bisa saja menggunakan kekuatan mereka untuk memenuhi keinginan pribadi. Tapi mereka tidak melakukannya.
walaupun begitu, masih ada pertanyaan di benak Azam, sebenarnya siapa Arkan ini?, dia bisa membuat orang-orangnya begitu patuh
Kesampingkan itu, beberapa guild ini mulai memonopoli pasar.
Dengan adanya guild-guild ini, pemerintah melihat potensi ekonomi baru. Mereka tak peduli pada para pengusaha kecil yang terdampak, selama stabilitas tetap terjaga dan keuntungan terus mengalir ke pihak yang tepat.
Guild-guild ini kadang memaksa para pemilik toko untuk menjual usaha mereka dengan harga murah. tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena mereka hanyalah bisnis kecil jika dibandingkan dengan kekuatan guild, selalu ada cara bagi guild untuk membuat mereka patuh.
Namun, terlepas dari semua itu, TCG telah berkembang pesat. Kini, pengaruhnya telah tersebar di hampir seluruh benua Asia, dan jumlah anggotanya meningkat drastis.
...****************...
Negara Korea
Tok tok tok—ketukan terdengar di pintu sebuah toko peralatan.
Kriiit—pintu terbuka perlahan.
Seorang pria paruh baya berdiri di ambang pintu, menatap dua pria berbadan tegap yang mengenakan jas hitam.
"Siapa kalian?" tanyanya waspada.
Salah satu pria itu tersenyum tipis. "Kami dari guild. Kami ingin membeli toko Anda."
Pemilik toko menggeleng. "Maaf, saya tidak menjual toko ini. Lagipula, ini juga bukan sepenuhnya milik saya."
"Oh?" Salah satu pria mencondongkan tubuhnya sedikit. "Ada pemilik lain? Kami akan menawarkan $100.000." Ucapannya terdengar ringan, seolah harga itu sudah lebih dari cukup.
Pemilik toko mengernyit. "Kalian bercanda? Toko ini saja bernilai lebih dari $400.000, dan kalian menawarnya hanya segitu?"
ia mendorong pintu dengan keras dan menguncinya dari dalam.
...****************...
MARKAS GUILD BLUE
"Sepertinya dia hanya punya satu investor."
Seorang pria duduk di kursinya, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme lambat. "Hanya satu investor? Bukankah itu lebih mudah? Cukup ancam dia."
Bawahan di hadapannya tampak ragu. "Itu masalahnya, bos…."
Pria itu menyipitkan mata. "Maksudmu?"
Bawahan itu menelan ludah sebelum menjawab, "Organisasi, bos. Nama mereka… TCG."
Hening.
Mata pria itu menyala dengan ketertarikan. "TCG? Aku memang pernah mendengar mereka… tapi mereka belum ada di negara ini. Bisa saja seseorang cuma menggunakan nama mereka."
Bawahannya mengangguk ragu. "Emm… aku juga pernah dengar, Bos, katanya, nama TCG bukan sesuatu yang bisa digunakan sembarangan.jadi.. Menurutku, tanpa kita ikut campur, mereka mungkin akan tersingkir dengan sendirinya."
Pria itu menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Begitu, ya?"
Namun, seketika itu juga, ekspresinya mengeras. Matanya menyipit, memancarkan tekad yang jauh lebih serius daripada sebelumnya.
"Walaupun begitu, kita tidak boleh membiarkan mereka masuk ke negara ini. Bisa saja keberadaan TCG KW ini menjadi alasan bagi TCG yang asli untuk membangun organisasi mereka di sini. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi."
Bawahannya menelan ludah. "Kalau begitu… kita harus bagaimana, Bos?"
Pria itu mengetuk meja perlahan, lalu berkata dengan nada santai, namun penuh ancaman.
"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Ancam dan bubarkan mereka sebelum jadi masalah di masa depan."