Dena baru saja selesai menamatkan novel romance yang menurutnya memiliki alur yang menarik.
Menceritakan perjalanan cinta Ragas dan Viena yang penuh rintangan, dan mendapatkan gangguan kecil dari rival Ragas yang bernama Ghariel.
Sebenarnya Dena cukup kasihan dengan antagonist itu, Ghariel seorang bos mafia besar, namun tumbuh tanpa peran orang tua dan latar belakang kelam, khas antagonist pada umumnya. Tapi, karena perannya jahat, Dena jelas mendukung pasangan pemeran utama.
Tapi, apa jadinya jika Dena mengetahui sekelam apa kehidupan yang dimiliki Ghariel?
Karena saat terbangun di pagi hari, ia malah berada di tubuh wanita cantik yang telah memiliki anak dan suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 : Pelayan muda?
...****************...
Gevan dan Araya tampak saling bermesraan dengan Gevan yang terus menempelinya. Sampai ketika pintu kamar Gevan ada yang mengetuk dan datang.
"Masuk." ucap Gevan. Pelayan wanita muda bernama Fiona segera masuk dengan senyum mengembang.
Namun, senyumnya memudar ketika melihat ada seorang perempuan cantik dipelukan pria itu. Rasanya, ia ingin berteriak dan menangis melihat hal itu.
Fiona merupakan anak kepala pelayan keluarga Smith. la sudah mengenal dan menyukai Gevan sejak kecil. la pun sering mencoba mendekati Gevan kecil. Tapi, hanya tolakan dan teriakan yang sering ia terima.
Namun, ia tak menyerah sampai di situ. Fiona percaya suatu hari nanti dia pasti bisa memenangkan hati iblis Gevan.
Sampai ketika beranjak remaja, Fiona dipulangkan kembali ke kampungnya karena terlalu nekat menyentuh tubuh Gevan dan membuat pria itu marah besar.
Sampai ketika sekarang, kepala pelayan terus memohan kepada Gevan. Untuk membiarkan anaknya berada di sini dan berjanji akan menjaga anaknya itu agar tak melakukan hal agresif lagi.
Gevan yang tampak acuh tak acuh saat itu. Mengangguk saja dan mengizinkan Fiona kembali. Ia bahkan tak mengingat siapa anak pelayan itu saking tidak pentingnya.
Fiona yang mendengar kabar ia boleh kembali merasa senang. la berniat kembali dan merebut hati Gevan lagi. Karena terlalu lama di kampung membuat Fiona tak tahu menahu tentang kabar hubungan Gevan sekarang.
Ia memang tahu Gevan sudah menikah. Tetapi dulu ibunya bilang hubungan Gevan dengan istrinya buruk. Fiona beranggapan istri Gevan benar-benar tidak tahu di untung, apalagi ibunya mengatakan mereka menikah paksa.
Dari beberapa informasi itu, Fiona bisa menebak jika hubungan Gevan dan istrinya tidak akan bertahan lama. Sehingga ia pasti memiliki kesempatan untuk bersama laki-laki itu.
Tapi kini, Fiona tampak terus diam membisu. Ia melihat ke arah dinding dan terkejut melihat foto pernikahan dalam ukuran yang cukup besar.
la melihat Araya dan menyadari jika perempuan di foto itu sangat mirip dengan gadis di pelukan Gevan. Dengan kata lain, dialah istri Gevan.
"Apa yang kamu lihat, Pelayan? Cepat bawakan makanan itu, istriku sudah menunggu,” Tegur Gevan dingin melihat bagaimana pelayan itu hanya berdiri melamun di dekat pintu.
Araya melihat Fiona dengan alis yang terangkat sebelah. la dapat melihat dengan jelas dari mata Fiona bahwa gadis itu tak menyukai dirinya.
Bahkan Fiona sempat menatap Araya nyalang. Entah mengapa Araya merasa pernah melihat gadis ini.
Tak berselang lama-lama Araya mengingat gadis ini. Ah, dia ingat gadis ini pernah menolak seorang nenek-nenek yang tak sengaja menghalangi jalannya. Padahal nenek itu tampak begitu tua dan kesusahan.
Akibat perbuatan gadis iblis ini, semua bahan belanjaan nenek itu habis terjatuh di jalanan. Araya yang melihat hal itu langsung membantu si nenek. Fiona hanya menampilkan wajah angkuhnya saja melihat hal itu.
Fiona berjalan mendekati Gevan dengan tangan yang bergetar. la bahkan mencium dengan jelas. Kamar ini penuh dengan bau khas hasil percintaan mereka.
Bukankah terakhir kali kepala pelayan bilang hubungan Gevan dan istrinya buruk? Lalu apa yang ia lihat saat ini, pikir Fiona.
Araya menyunggingkan seringainya menatap Fiona. Dari tatapan tak sukanya yang ditunjukkan pada Araya . Ia sudah tahu jika gadis ini pasti menyukai Gevan.
Belum lagi melihat bagaimana pakaian pelayan yang digunakan gadis itu sangat mencetak lekuk tubuhnya. Tak lupa dengan dua kancing atasnya yang disengajakan terbuka. Araya rasanya ingin mual melihat bagaimana gadis itu sengaja memamerkan belahan dadanya.
Gevan mengambil nampan makanan di tangan Fiona. Pria itu ingin menyuapkan makanan masuk ke dalam mulut Araya .
Bukannya menerima suapan dari Gevan, Araya malah dengan sengaja mengambil gelas yang berisi susu dan menuangkannya ke lantai.
"Uppss, sengaja."
Fiona yang melihat hal itu langsung menatap Araya nyalang. Araya hanya menatap Fiona dengan seringai cantiknya.
"Araya? Apa yang kamu lakukan, sayang? itu air minummu.” Tanya Gevan yang masih tak memahami istrinya yang tengah melawan halus bibit-bibit pelakor ini, “Kamu gak suka minum air susu?"
Araya tak mengindahkan tatapannya pada Gevan. la tetap menatap Fiona tajam. Fiona pun sama menatap Araya tajam.
"Apa yang kamu lihat pelayan? Cepat bersihkan lantai itu!" Araya berucap dengan sedikit membentak.
Nafas Fiona terasa menggebu gebu. Rasanya ia sangat ingin menarik rambut perempuan di depannya ini.
Fiona mengira, jika Araya pasti seorang jalang, yang menggoda Gevan. Ia tetap yakin pada persepsinya jika Gevan menikahi Araya karena terpaksa.
Tidak tahu saja gadis itu siapa yang terpaksa dalam pernikahan majikannya ini.
"Berani sekali menatap istriku seperti itu? Kamu tidak dengar perintahnya?"
Tubuh Fiona bergetar mendengar ucapan membela yang keluar dari mulut Gevan.
la segera berlutut mengelap dan membersihkan lantai yang penuh dengan air susu.
Araya masih merasa tak puas. Saat serasa lantai sudah kering dan bersih. Araya kembali menuangkan air susu di lantai itu. Fiona melotot melihat tingkah Araya .
Araya menarik sudut bibirnya "Apa yang kamu lihat? Cepat bersihkan. Aku adalah Nyonya besar di rumah ini. Jadi, kamu harus terbiasa menuruti ucapanku."
Fiona menarik nafasnya, ia kembali membersihkan lantai. Dalam hati ia tak kan pernah membiarkan Araya memiliki posisi itu lebih lama. Karena posisi itu, hanyalah miliknya.
Araya terus menuangkan susu di gelas itu sampai habis tak bersisa, la bahkan dengan sengaja. Menuangkan sedikit susu itu di kepala Fiona.
Sampai rambut gadis itu, putih dan basah. Fiona memekik mendapatkan perlakuan dari Araya.
Gevan yang tak mengerti dengan sikap Araya hanya bisa tersenyum senang. Sungguh, ia sangat suka melihat Araya berbuat seperti itu kepada orang lain yang tampak ingin menindasnya. Dalam diam Gevan menyeringai menatap Fiona.
Tak hanya menuangkan susu. Araya bahkan mencampakkan sedikit demi sedikit makanannya ke lantai.
Mata Fiona sudah memerah marah. Tapi, apa daya ia tak bisa berbuat apa-apa. Jadilah ia yang hanya terdiam membersihkan lantai yang terus dibuat kotor oleh Araya.
Araya bahkan berjalan merangkak duduk ke pangkuan Gevan. Selain ingin membuat Fiona marah ia juga berniat membuat Fiona cemburu.
Ia bersandar pada dada bidang Gevan dan menyilangkan tangannya di dada, “Aku mau makan menu lain,” ujarnya.
“Dan biar Bi Laksmi yang mengantar kemari,” tambahnya, tak ingin kembali melihat wajah Fiona ini.
Gevan menatap pelayan yang sudah selesai membersihkan lantai itu, “kembalilah ke dapur dan lakukan sesuai keinginan istriku, Pelayan.” Ujarnya.
“Ba-baik, Tuan.” Jawab Fiona dan segera keluar dari kamar pasangan itu.
Araya bertaruh dalam hati jika pelayan muda itu pasti benar-benar menahan kekesalan padanya sekarang.
Gevan melingkarkan tangannya di pinggang sang istri, “Aku tidak tahu kalau istri aku bisa berbuat jahat seperti itu,” ujarnya bercanda.
Jangankan hari ini, tujuh tahun di mansion ini Gevan sama sekali tak pernah mempermasalahkan Araya yang memperlakukan pelayan dengan seenaknya. Jangankan pada pelayan, Araya bersikap buruk pada putranya saja tidak pernah sekalipun Gevan berikan teguran.
Bagi Gevan, selagi ia dapat melihat Araya berkeliaran di mansion ini setiap hari, kenapa tidak?
Araya sedikit mengerucutkan bibirnya, “Aku nggak jahat. Itu karena dia kelihatan jelas suka sama kamu.”
Gevan bahkan tidak tahu harus berekspresi apa mengetahui hubungannya dan Araya sudah di tahap gadis itu mencemburuinya.
“Kalau kamu gak suka pelayan itu, bisa aku singkirin, Araya.”
Araya langsung menatapnya horor, “Aku gak suka bukan berarti benci, Gevan. Cuman kesel aja,” Ujar Araya mengklarifikasi.
Gevan hanya bergumam menanggapi sembari mengecupi bahu polos Araya di hadapannya, “Aku suka posisi ini,”
Belum lagi Araya merasakan tangan laki-laki itu yang mengusap-usap perutnya di bawah sana. Araya menatapnya dengan senyum tak enak, ia tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
“Ini udah jam berapa sih? Kamu gak kerja?”
“Aku bosnya, gak perlu mikirin itu.” Jawab Gevan dengan suara rendahnya, “lebih baik kita lanjutkan kegiatan tadi malam, Araya.”
...****************...
semangat terus ya buat ceritanya Thor
ga smua laki2 bs kek dy
bner2 kasih istri tahta tertinggi di hatinya
anak aja nmr 2
cb di konoha
istri mah media produksi anak aje
semangat terus ya buat ceritanya Thor