Istri Tangguh Duda Dingin

Waktu lima hari terasa begitu cepat bagi Kinara, kini sudah waktunya dia akan mengganti status dari seorang gadis menjadi seorang istri seorang Abidzar. Dari subuh di rumahnya sudah sangat sibuk. Padahal Bu Clara yang sudah menyiapkan semuanya. Termasuk dengan catering dan MUA. Tapi tetap saja Bu Rastanti dan Pak Fauzi merasa snagat bersemangat untuk menyambut besan mereka bersama dengan beberapa tetangga sekitar yang mereka undang. Walau hanya acara sederhana seperti yang di inginkan oleh Kinara, tetap saja mereka merasa bahagia karena apa yang di kirim oleh Bu Clara semuanya adalah catering dari restoran mahal.

"Kamu cantik sekali Nak, Ibu gak nyangka akan melepaskan anak bungsu ibu lebih dulu untuk menikah dan menjalani rumah tangga bersama dengan Abidzar." ujar Bu Rastanti saat masuk kedalam kamar Kinara, dimana dia baru selesai di make up oleh MUA. Dan keluarga Abidzar juga sudah di jalan dan sebentar lagi tiba.

"Nak, ini adalah pernikahan sakral dan juga bukan main-main. Ini adalah pernikahan suci yang di saksikan para malaikat. Ibu minta jangan sampai kamu mendapat murka dari yang kuasa Nak. Ibu tidak tau apa yang kalian sepakati dalam pernikahan ini. Tapi ibu mohon, setelah menjadi istri Abidzar kamu harus berlaku sebagai seorang istri. Menjalankan kewajibanmu sebagai seorang istri Nak." ujar Bu Rastanti yang membuat Kinara mengerutkan keningnya.

"Kita lihat saja nanti perjalanan pernikahan Kinara bagaimana Bu. Karena sebagai seorang istri akan mengikuti kemauan dari imamnya. Dan Nara juga sudah bilang kepada Om Abidzar. Hanya saja saat ini Kinara memang sudah mempersiapkan diri menjadi seorang istri sekaligus menjadi janda Bu." jawab Kinara sambil tersenyum. Hal itu malah membuat Bu Rastanti malah tak kuasa menahan air matanya. Begitu ikhlas dan tegarnya anak bungsunya ini. Yang rela berkorban demi kakak dan keluarganya.

"Jangan menangis Bu." Kinara mengusap air mata ibunya yang berjatuhan di pipi.

"Bu, keluarga calon pengantin pria sudah datang. Kita sambut mereka dulu Bu." ujar Pak Fauzi.

Bu Rastanti bergegas keluar dari dalam kamar Kinara sambil mengusap air matanya. Mereka menyambut kedatangan calon pengantin dan juga keluarganya. Tak banyak yang datang dari keluarga Abidzar. Abidzar masih dengan menggunakan penampilan culunnya. Kumis dan kacamata tebal. Beruntung kali ini rambutnya yang belah tengah di tutupi oleh songkok yang ada si kepalanya.

Semua tetangga menatap bingung kepada calon pengantin laki-laki ini. Dan sekaligus kasihan kepada Kinara, yang baru mereka tau jika dia menggantikan Kakaknya untuk menikah karena Adisty lebih memilih pekerjaannya.

"Pantas saja si Adisty lebih memilih kabur, ternyata calon pengantinnya culun seperti ini. Mana juga dia Duda lagi. Kasihan sekali Kinara, anak itu selama ini selalu saja banyak mengalah kepada Adisty." ucap salah satu tamu undangan yang tak lain adalah tetangga sebelah rumah Pak Fauzi yang sudah tau bagaimana sifat asli Adisty.

"Benar, walau dari penampilan dan mobil terlihat seperti orang kaya dan lihat juga itu makananya juga berlogo restoran mewah. Tapi saat melihat penampilan calon pengantin pria nya gak banget. sepertinya dia sudah berumur. Jauh sekali dengan Kinara." jawab wanita berkonde di sebelahnya.

"Kita do'akan saja untuk kebahagiaan Kinara. Kita tidak tau jika mungkin saja pria itu adalah memang jodoh kinara yang baik nantinya." ujar yang lain.

"Wah si Gian bakal patah hati jika tau Kinara yang menikah. Selama ini kan kita tau dia selalu dekat dengan Kinara." ujar yang lain.

"Bukannya si Gian itu ngecengin Adisty?" Tanya yang lain.

"Eh malah bergosip. Acaranya mau di mulai ini. Mashaallah, lihat itu Kinara cantik sekali. Dia tak pernah berdandan. Sekalinya dandan seperti itu cantiknya keluar sekali." ujar salah satu dari mereka yang berkebaya kuning, membuat semua teman-temannya menatap kagum ke arah Kinara.

Begitupun dengan Abidzar yang duduk di depan penghulu dan Pak Fauzi menatap ke arah kedatangan Kinara yang di aping oleh Bu Rastanti dan Mama Clara.

"Cantik ya Bi?" bisik Papa Bastian membuat Abidzar memalingkan wajahnya dan mendengus kesal karena ke gap menatap ke arah Kinara. Sedangkan Papa Bastian hanya terkekeh melihat tingkah anaknya itu.

Kinara duduk di sebelah Abidzar tanpa melihat ke arah calon suaminya itu. Tatapan Kinara lurus ke depan sedangkan Abidzar mencuri pandang ke arah calon istrinya, yang terlihat sangat berbeda penampilannya.

"Apa masih ada yang di tunggu?" Tanya Pak Penghulu.

"Tidak ada Pak, silahkan di lanjutkan." ujar Pak Fauzi.

Pak Penghulu memulai acara dan tiba saatnya Abidzar menjabat tangan dari Pak Fauzi untuk melaksanakan puncak acara yaitu ijab kabul. walau sedikit gugup Abi akhirnya bisa menguasai diri dan mengucapkan kalimat sakral dalam satu tarikan nafas.

SAAH

SAAAH

Ujar semua yang menyaksikan. Air mata ibu Rastanti dan Pak Fauzi tak bisa di bendung lagi. Haru melepaskan anak bungsunya menikah dengan pria yang mereka jodohkan. Tanpa drama penolakan berlebihan dari Kinara. Bahkan kinara terkesan pasrah dan tegar menerima takdirnya menikah dengan duda culun yang lebih tua darinya.

"Alhamdulillah..." ujar semua orang setelahnya. Terlihat dengan jelas kebahagiaan di wajah Bu Clara dan Pak Bastian melihat anak dudanya menikah dan berharap Kinara bisa membuat Abidzar mencintainya sepenuh hati dan melupakan mantan pacarnya.

"Silahkan di pasangkan cincin pernikahannya setelah itu bisa cium tangan dan cium kening." ujar Pak Penghulu.

Kinara dan Abidzar bergantian memasangkan cincin pernikahan yang sudah di persiapkan oleh Mama Clara untuk mereka. Setelahnya Kinara mengambil tangan Abidzar yang sudah resmi menjadi suaminya dan mencium punggung tangan suaminya itu. Saat bibir Kinara menyentuh kulit tangannya membuat Abidzar merasa hal aneh dalam tubuhnya. Tapi dia berusaha mengabaikannya. Belum cukup keterkejutan Abidzar dengan sensasi dari kecupan di punggung tangan. Kini secara tiba-tiba Kinara malah mencium kening Abidzar membuat pria itu mematung mendapat serangan mendadak dari wanita yang menjadi istrinya. Sedangkan para tamu undangan tertawa melihat apa yang dilakukan oleh Kinara.

Kinara kemudian duduk kembali berhadapan dengan Abidzar yang wajahnya sudah memerah karena serangan mendadak tadi dari Kinara. Sedangkan Kinara malah bingung sendiri. Apa ada yang salah? Tadi kan Pak Penghulu bilang suruh cium tangan dan kening.

"Gak sabaran banget Nara, yang cium kening itu suamimu." kekeh para tetangga. Sedangkan Kinara menggaruk tengkuk sambil tersenyum kaku, merasa malu karena ternyata dia salah.

"Maaf abisnya Nara gak tau." jawab Kinara wajahnya juga kini sudah memerah, dia malu dengan kelakuannya di depan Abi. Pasti pria itu sekarang sedang besar kepala karena dia melakukan kesalahan.

"Tidak apa-apa kita ulang ya. Soalnya kan juga untuk dokumentasi." ujar Pak Penghulu yang juga tadi ikut terkekeh dengan kejadian langka itu. Akhirnya prosesi di ulang dan kali ini berjalan dengan lancar.