Setelah membaca tolong tekan LIKE ya.
Ini sequel dari novel My Husband Is Possessive.
Lebih tepatnya ini cerita Wulan dan Kevin.
Penyesalan karena kehilangan perempuan yang di cintai membuat Kevin berubah menjadi pria dingin tak tersentuh. Tiap hari dia habiskan untuk bekerja dan mencari Wulan.
Bagaimana perjuangan Kevin dalam mencari Wulan yang tiba-tiba kabur dalam keadaan hamil.
Kalau ada yang masih binggung alur ceritanya, baca dulu novelku yang judulnya My Husband Is Possessive.
Cerita ini hanya khayalan author kalau ada kesamaan atau salah mohon maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Eh dari kemarin aku kok tidak lihat bos Kevin ya," kata Rita kepada Vera. Keduanya berada di teras sambil menunggu pembeli yang datang.
"Iya sudah beberapa hari ini bos Kevin tidak kelihatan, atau jangan-jangan dia menyerah terus balik ke kota. Duh bagaimana ini?" Entah kenapa Vera menjadi panik sendiri.
"Eh kamu kok ngarepin bos Kevin sih, atau kamu mendukung Wulan balikan dengan bos Kevin?" Tuding Rita menatap tajam Vera.
"Ya bukan gitu, aku tuh kasihan lihat Wulan beberapa hari ini murung terus," lirih Vera.
"Iya juga sih, kemarin juga aku lihat dia melamun di pintu," kata Rita yang melihat Wulan melamun namun dia tak berani menegur.
"Mungkin Wulan kangen dengan bos Kevin," kata Vera.
"Mungkin," jawab Rita tak yakin.
"Aku kangen pengen pulang," lirih Rita namun dia segera sadar dan menoleh ke ke kanan dan kiri mencari keberadaan Wulan takutnya Wulan tak sengaja mendengar ucapannya saat ini.
Melihat tingkah Rita saat ini, Vera paham apa yang di cari Rita saat ini.
"Tenang saja, Wulan pagi-pagi minta diantar ke klinik Kenan katanya sih mau priksa kandungan," kata Vera bukannya membuat Rita lega namun Rita justru semakin khawatir.
"Apa terjadi sesuatu ya dengan kandungannya?" Tanya Rita khawatir.
"Tadi aku lihat Wulan baik-baik saja, dia bilang ini cek kesehatan bayi rutin setiap bulan," jelas Vera.
"Tetapi biasanya Wulan selalu meminta Kenan kesini dengan alasan malas untuk kesana," kata Rita yang hapal dengan ucapan Wulan tiap kali di suruh periksa kandungan.
"Tadi pas aku anterin dia baik-baik saja kok, mungkin dia bosan di rumah jadi pengen keluar," kata Vera tidak berfikir buruk.
"Iya mungkin aja," lirih Rita mencoba percaya dengan apa yang di katakan oleh Vera.
.
.
"Tumben kamu minta di anterin teman mu kesini," katanya saat melihat Wulan datang ke tempatnya bekerja.
"He he he he he, pengen aja. Di rumah terus bosen," jawab Wulan.
"Ya sudah mana bukunya biar ku lihat," Kenan meminta buku pemeriksa ibu hamil milik Wulan agar bisa tahu kondisi anak yang ada di perut Wulan.
"Em baik, semuanya baik. Sini aku periksa," Kenan meminta Wulan untuk tidur di ranjang. Kenan ingin memeriksa tensi darah Wulan dan detak jantung bayi maupun perut Wulan saat ini.
Wulan segera naik ke ranjang, Kenan langsung memeriksa Wulan.
Setelah selesai pemeriksaan, Wulan masih duduk di kursi di depan Kenan sambil mendengarkan semua penjelasan Kenan.
"Dari hasil pemeriksaan semuanya bagus, ingat vitaminnya jangan lupa di minum," kata Kenan.
Karena sepi tak ada pasien Wulan masih bisa duduk santai di dalam ruangan Kenan.
"Oh ya mana Kevin?" Tanya Kenan karena dia ingat saat pemeriksaan bulan lalu di rumah Wulan atau lebih tepatnya Wulan meminta Kenan datang ke rumah yang dia sewa untuk memeriksa kandungannya rutin, ya seperti biasa dengan alasan malas atau leleh Wulan tak mau datang ke klinik seperti ini.
Mendapat pertanyaan seperti ini, Wulan terdiam sesaat sebelum menjawab, Kenan melihat gelagat Wulan seperti ada yang tak beres.
"Dia pergi..." Hanya kata itu yang mampu Wulan ucapkan, nada suaranya seperti Wulan tengah kecewa.
"Pergi...." Ulang Kevin dan diangguki oleh Wulan.
"Ya dia pergi tanpa pamit dengan ku. Mungkin dia sudah bosan meyakinkan aku," lirih Wulan.
Kenan mendesah pelan tak tahu harus bilang apa. Dia hanya bisa menghibur Wulan saja.
"Mungkin dia ada pekerjaan mendadak," Kenan mencoba berfikir positif, dia tak tahu alasan kepergian Kevin karena Kenan yakin selama ini yang dia bisa lihat Kevin bersungguh-sungguh ingin meminta maaf dari wajahnya Kenan bisa lihat ada raut wajah penyesalan yang mendalam.
"Semoga saja," Wulan tak tahu harus bilang apa namun dari hati kecilnya Wulan masih berharap suaminya itu kembali. Entah akhir-akhir ini Wulan merasa kesepian.
"Kamu mau ku antar pulang atau duduk di sini sambil menunggu Rita datang?'' Tanya Kenan.
"Aku malas jalan, aku duduk saja disini," jawab Wulan.
Untung ruangan Kenan cukup luas jadi wulan masih bisa duduk bersantai.
Kenan bersiap pergi keluar. "Ini sudah waktunya makan siang, mau aku pesenin sekalian," tawar Kenan.
"Boleh deh, aku mau ayam goreng sama bakso tetapi ayamnya harus bagian paha dan ayam itu harus perempuan ya," pinta Wulan membuat Kenan menganga tak percaya.
"Hah?" Kenan sampai melongo mendengar permintaan bumil yang satu ini.
"Sabar sabar, untung teman kalau tidak sudah ku lempar ke sawah," batin Kenan mencoba bersabar.
"Ok tunggu aku jangan kemana-mana...." Kenan mengangguk sebelum pergi.
"Iya in aja lah, mana mungkin dia tahu ayam nya itu kanan atau kiri," batin Kenan.
.
.
"Eh kamu kok masih santai begini sih," tegur Vera.
"Lha emang aku harus ngapain," kata Rita binggung.
"Astaghfirullah kamu kan tadi bilang biar nanti kamu yang jemput Wulan pulang," kata Vera dengan gemas.
"Hah iya ya, kok aku lupa," Rita berlari binggung menuju kamarnya segera berganti pakaian.
"Nih kuncinya," Vera melemparkan kunci itu ke arah Rita dan dengan sigap Rita dapat menangkapnya.
"Aku berangkat dulu," kata Rita dengan cepat takut Wulan menunggu terlalu lama.
"Nih pesanan kamu, oh ya aku belikan air putih saja sebagai minumnya," kata Kenan memberikan nasi dan minuman yang dia beli.
"Terimakasih om Kenan yang baik hati," kata Wulan menirukan suara anak Kevin.
"Ayo makan keburu dingin," kata Kenan yang sudah duduk di depan Wulan sambil membuka nasi bungkus miliknya dengan antusias.
"Mungkin dia lapar," batin Wulan tersenyum lucu melihat Kenan yang makan dengan lahap.
Wulan pun segera membuka nasi yang di belikan oleh Kenan. "Wah sepertinya enak nih," kata Wulan berbinar saat melihat isi di dalamnya.
Wulan pun makan dengan senang dan lahap. "Hmmm enak, wah kamu pintar banget Ari tempat makan enak begini," kata Wulan dengan senang.
"Oh ya ini ayam perempuan kan?" Tanya Wulan tiba-tiba membuat Kenan yang masih makan tersedak.
Uhuk uhuk uhuk uhuk....
"Hei pelan-pelan makan nya," Wulan menyodorkan minuman dan menepuk punggung Kenan.
"Ck siapa yang buat ku begini," batin Kenan.
"Ya mana ku tahu, tadi ku tanya pemilik warung malah ketawa dan bilang tidak tahu karena dia sudah menerima ayam dalam bentuk potongan paha dari pemasok," jelas Kenan. Wulan mendengar nya pun mengangguk paham.
Brakkk..... Pintu terbuka dengan kencang menimbulkan suara keras, ternyata itu Rita.
"Kalian di sini malah asyik-asyiknya makan," protes Rita.
"Mau juga kamu, nih masih ada kok ayamnya,"kata Wulan namun dengan cepat Rita mengelengkan kepalanya.
"Kamu saja yang makan, setelah itu ayo pulang," ajak Rita.
Bersambung...