Ketika cinta hanya sebatas saling menguntungkan, apa masih bisa di sebut sebuah cinta?
Yulita, terpaksa menerima pernikahan dimana dia menjadi wanita kedua bagi suaminya, pernikahan yang hanya berlangsung hingga dia bisa memberikan keturunan untuk pasangan Chirs dan Corline.
Ingin menolak, tapi dia seolah di jual oleh Ayahnya sendiri. Ketika dengan suka rela sang Ayah menyerahkannya pada seorang pria beristri untuk menjadi wanita kedua.
Pernikahan tidak akan berjalan begitu sulit, jika saja Yulita tidak menyimpan harapan terlalu besar pada suaminya. Dia yang berharap bisa mendapatkan sedikit saja rasa peduli dan cinta dari suaminya.
Namun, pada akhirnya semuanya hanya angan semu yang tak akan pernah bisa terwujud. Selamanya dia hanya wanita kedua.
"Aku rela mengandung dan melahirkan anakmu, tapi apa tidak bisa sedikit saja kau peduli padaku?" -Yulita-
"Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu!" -Chris-
Dan ternyata, mencintai tetap menjadi luka bagi Yulita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Berkhianat Dan Berbohong
Tidak ada perempuan yang benar-benar kuat, mereka hanya berusaha menutupi agar tidak terlihat lemah.
Saat malam ini terpaksa makan malam bersama, Yulita hanya kembali melihat kemesraaan pasangan suami istri yang saling mencintai itu.
"Aku akan pergi satu minggu ke luar kota untuk pemotretan produk baru" ucap Corline dengan menyebutkan nama salah satu Perusahaan yang menjadikan dia model untuk produk baru dari Perusahaannya.
Chris berdehem pelan, seolah dia tidak ingin menanggapi ucapan istrinya itu. Padahal sebenarnya dia hanya kesal karena Corline yang terus sibuk akan pekerjaannya.
"Minggu ini adalah jadwal makan malam di Rumah Papa. Paman dan Bibi akan datang" ucap Chris.
"Ya aku tidak bisa hadir, aku tidak bisa mengundur pekerjaan ini"
Chris hanya menghela nafas kesal, setiap satu atau dua bulan sekali maka selalu ada acara makan malam keluarga seperti ini di rumah keluarga Demitri.
"Sudah dua kali kau tidak datang dia acara keluarga"
Corline langsung merangkul tangan suaminya. "Honey, aku minta maaf. Aku tidak bisa membatalkan pekerjaan ini. Kamu bisa pergi dengan Yulita saja"
"Hah?" Yulita yang hanya diam dan menikmati makanannya, meski masih mendengar perdebatan itu, langsung mendongak dengan bingung. "Aku tidak bisa datang, posisi aku dan Nona berbeda"
Aku hanya wanita kedua, dan tidak semua orang tahu tentang pernikahan ini. Jadi, seharusnya tidak harus aku yang datang.
"Iya juga ya, kan tidak semua keluarga Demitri tahu tentang pernikahan kalian" ucap Corline.
Yulita hanya mengangguk saja, lagian dia tidak mau jika harus pergi. Akan terasa begitu canggung.
"Baiklah, aku akan pergi dengannya"
Uhuk ... uhuk.. Yulita langsung tersedak makanannya, dia segera mengambil minum untuk meredakan. Menatap suaminya yang baru saja berbicara dengan mata terbelalak kaget.
"Aku tidak bisa"
"Kenapa tidak bisa? Kau hanya datang mendampingiku. Lagian Kakek ku juga akan menceritakan tentang kamu pada semua keluarga. Karena mereka akan aneh jika aku tiba-tiba punya anak"
Yulita hanya mengerjap pelan, ini aneh. Kenapa Chris seolah ingin membongkar tentang pernikahan rahasia ini. Padahal sudah jelas ini hanya pernikahan yang diketahui orang-orang tertentu saja. Tapi, sekarang dia malah ingin memberitahu pada anggota keluarga Demitri yang lain.
"Sudahlah, kau hanya perlu bersiap dan pergi denganku" ucap Chris yang langsung berdiri dan berlalu dari sana, seolah tidak ingin mendengar bantahan dari Yulita.
"Tapi, Chris..." teriakan Corline bahkan dia abaikan, membuatnya kesal. Corine beralih menata Yulita sekarang. "Meskipun kau hadir di acara makan malam keluarga, kau tetap harus ingat ya Yuli, jika kau hanya wanita kedua yang tidak akan pernah bisa mendapatkan posisi pertama"
Yulita hanya terdiam dengan tersenyum miris, terlihat jelas jika Corline juga takut tersaingi olehnya. "Tenang saja Nonan, Tuan Chris sudah bilang jika dia tidak akan pernah jatuh cinta padaku. Jadi, Nona akan tetap menjadi wanita pertama dan satu-satunya dalam hatinya"
Yulita tersenyum miris pada dirinya sendiri, dirinya yang terluka akan ucapannya sendiri. Padahal seharusnya dia semakin sadar, jika memang yang dia ucapkan adalah benar. Tapi, dia harus menahan sakit yang entah kenapa semakin terasa dihatinya.
"Saya permisi dulu, Nona"
Yulita berlalu ke kamarnya, dia tiduran di atas tempat tidur dengan ponsel yang menempel ditelinganya. Saat ini sedang menelepon dengan Ririn. Gadis itu sedang bercerita jika ada seseorang yang sedang dia suka saat ini.
"Kalau memang kamu suka, katakan saja. Jangan sampai dia diambil orang lain"
"Tapi aku takut Yuli, takut dia tidak merasakan hal yang sama denganku"
"Jangan dulu banyak berpikir, ya kamu harus bisa menerima apapun jawabannya. Kamu harus si-"
"Kau menelepon siapa?"
Yulita terlonjak kaget, dia langsung bangun dan menutup telepon. Tapi, pastinya Ririn sudah mendengar suara Chris. Yulita menatap Chris.
Chris berjalan mendekat padanya, merangkak naik ke atas tempat tidur dan mengukung tubuh Yulita. Tatapannya begitu tajam. Membuat Yulita mencengkram seprei dengan gugup dan takut.
"Jadi, siapa yang kau telepon?"
"Em, i-itu Ririn. Temanku di Kantor"
Kening Chris sedikit berkerut, dia menatap lekat mata Yulita. Hanya memastikan jika wanita ini tidak berbohong padanya. "Dia perempuan? Kau tidak berbohong padaku? Karena berani saja kau berbohong padaku, maka kau tidak akan sanggup menahan amarahku!"
Yulita menggeleng pelan, tentu dia juga tahu hal itu. Saat dia tidak sengaja bersama Jon saja, Chris sudah begitu menakutkan dalam kemarahannya.
"Ya, dia perempuan. Aku berteman dengannya, ketika pindah kesini saat Kuliah"
Tangan Chris terangkat, membuat Yulita langsung memejamkan mata ketakutan. Dia berpikir Chris akan memukulnya. Tapi, ternyata dia hanya merapikan rambut Yulita yang sedikit menutupi matanya. Yulita kembali membuka mata, dan dia terkejut melihat wajah suaminya yang begitu dekat dengannya.
"Bagus, karena meski kau hanya wanita kedua. Tapi selama kau masih terikat dengaku, maka jangan pernah berpikir untuk berkhianat atau berbohong"
"Ya"
Malam ini untuk kesekian kalinya, Chris mencumbu tubuh wanita keduanya. Yang sebenarnya terlalu membuatnya candu, meski dia tidak berani mengatakan. Apalagi Yulita yang tidak pernah sekalipun menolak.
*
Pagi ini Yulita menggeliat pelan di bawah selimut tebal yang semalam menghangatkan tubuhnya. Ketika dia mulai bangun, seluruh tubuhnya terasa sakit, apalagi di bagian perutnya. Yulita beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi.
"Ah, pantas sakit. Ternyata aku datang bulan ya. Memang sudah waktunya"
Ada perasaan gundah dan cemas dalam dirinya, hampir satu bulan pernikahan, dan dia malah datang bulan, itu artinya dia belum hamil. Yulita hanya takut ini akan menjadi sebuah boomerang lagi untuk dirinya.
Selesai bersiap dan keluar dari kamar, Yulita pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Dan di ruang makan sudah ada pasangan suami istri yang sedang sarapan.
"Yul, ayo sarapan dulu"
"Iya Nona"
Mau tidak mau, Yulita tetap bergabung dengan mereka untuk sarapan pagi ini sebelum berangkat kerja. Meski moodnya sudah hancur sejak dia melihat suaminya dan Corline di ruang makan berduaan. Mungkin efek dari datang bulan juga.
"Kamu pucat sekali, kenapa?" tanya Corline.
"Em, sedang datang bulan. Sudah biasa seperti ini"
Perutnya yang kram dan sakit, membuat Yulita memang tidak pernah nyaman ketika kedatangan tamu bulanan. Belum lagi moodnya yang selalu tiba-tiba berantakan.
"Ah sayang sekali, padahal aku sudah berharap kamu segera hamil bulan ini. Tapi tak apa, mungkin setelah datang bulan kali ini, kamu akan segera hamil" ucap Corline dengan tersenyum pada Yulita.
Yulita hanya mengangguk saja, tidak terlalu menanggapi ucapan Corline. Karena sebenarnya dia juga ingin segera hamil, agar dia bisa segera bebas dari pernikahan ini, sebelum hatinya lebih dalam terjatuh pada pesona suaminya.
"Tidak usah pergi bekerja, istirahat saja di rumah"
Yulita langsung mendongak ketika mendengar ucapan Chris barusan. Melihatnya yang menatap ke arah Yulita ... dan apa dia salah lihat? Chris menatapnya penuh khawatir. Ah, tapi itu tidak mungkin.
"Aku baik-baik saja, setelah minum obat pereda nyeri, pasti sembuh kram dan sakit di perut aku"
Bersambung
Kudu yak Yulita manggil sayang , sementara perasaan yng ada blm terungkap kan eeeaaaa 🤭🤭
Mungkin juga perasaan mu bersambut