NovelToon NovelToon
Bencana Gaun Pengantin

Bencana Gaun Pengantin

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Nikahmuda / Nikah Kontrak / Pengantin Pengganti Konglomerat / Pelakor jahat
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Eouny Jeje

Anna tidak pernah membayangkan bahwa sebuah gaun pengantin akan menjadi awal dari kehancurannya. Di satu malam yang penuh badai, ia terjebak dalam situasi yang mustahil—kecelakaan yang membuatnya dituduh sebagai penabrak maut. Bukannya mendapat keadilan, ia justru dijerat sebagai "istri palsu" seorang pria kaya yang tak sadarkan diri di rumah sakit.

Antara berusaha menyelamatkan nyawanya sendiri dan bertahan dari tuduhan yang terus menghimpitnya, Anna mendapati dirinya kehilangan segalanya—uang, kebebasan, bahkan harga diri. Hujan yang turun malam itu seakan menjadi saksi bisu dari kesialan yang menimpanya.

Apakah benar takdir yang mempermainkannya? Ataukah ada seseorang yang sengaja menjebaknya? Satu hal yang pasti, gaun pengantin yang seharusnya melambangkan kebahagiaan kini malah membawa petaka yang tak berkesudahan.

Lalu, apakah Anna akan menemukan jalan keluar? Ataukah gaun ini akan terus menyeretnya ke dalam bencana yang lebih besar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eouny Jeje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hukuman dari Ethan

Dalam sekejap, tangannya terangkat, jari-jarinya mencengkeram dagu Anna, mengangkat wajahnya ke arah bibirnya.

Seolah ia bisa mencuri semua perlawanan dari Anna hanya dengan sebuah ciuman.

Tapi Anna menolak.

Kepalanya berbalik cepat, berusaha melepaskan diri dari genggaman Ethan.

Dan itu membuat pria itu tertawa kecil—bukan tawa bahagia, tetapi tawa penuh penghinaan.

"Kau menolakku karena aku cacat."

Suaranya rendah, tajam, dan penuh perhitungan.

"Kau juga tak ingin pria cacat di sampingmu."

Anna membeku.

Ia ingin menyangkal.

Tetapi pikiran itu memang sempat terlintas.

Malam itu, gaun pengantin memang bencana yang mengubah hidup Anna.

Gaun yang berubah warna karena darah Ethan.

Malam itu, seharusnya ada lamaran ke seorang wanita.

Dan setelah kecelakaan itu, sepertinya pernikahan itu batal.

Sungguh ironis, bukan?

Seseorang yang telah dipersiapkan untuk pernikahan harus kehilangan semuanya dalam satu tabrakan.

Termasuk kakinya.

Ethan menarik napas dalam, lalu menatap Anna lurus-lurus.

Dan kata-kata berikutnya jatuh seperti palu godam yang menghancurkan segalanya.

"Jika kau tidak menjual tubuhmu... kau boleh memilih patahkan kakimu saat ini juga."

Jantung Anna berdegup kencang.

Matanya membesar.

Tawaran itu…

Bukan sekadar ancaman.

Ethan bersungguh-sungguh.

"Kau ingin apa?" suara Anna bergetar. "Kau butuh uang? Aku akan mencicil. Tetapi, jika aku mematahkan kakiku… itu akan membuatku gila."

Mematahkan kaki.

Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.

Dan detik berikutnya, ia sadar.

Sadar betapa pahitnya kalimat itu terdengar bagi Ethan.

Sadar bahwa ia baru saja menginjak luka yang paling dalam.

Keheningan di antara mereka terasa lebih menyesakkan daripada jeruji besi di penjara.

Anna mencoba menarik kata-katanya kembali, mencoba mengucapkan maaf.

Tetapi Ethan sudah lebih dulu berbicara.

"Aku tak perlu uangmu."

Suaranya terdengar lebih gelap.

Lebih dingin.

Anna menelan ludah, tubuhnya semakin menegang.

"Aku perlu tubuhmu."

Kata-kata itu menusuk lebih dalam.

"Aku perlu kakimu berjalan untukku."

Mata Anna melebar.

Ethan tidak sedang bermain-main.

Tangan pria itu naik lebih tinggi, mencubit dagunya, memaksa Anna menatap lurus ke matanya.

Dan di sana, di mata itu, Anna melihat sesuatu yang lebih mengerikan dari sekadar dendam.

Ethan ingin mengurungnya.

Ethan ingin mengikatnya.

Dan saat bibir pria itu terbuka kembali, suaranya terdengar lebih dingin daripada malam yang membawa mereka ke neraka ini.

"Menikahlah denganku!"

Anna mendongak, matanya membelalak tak percaya.

Lamaran?

Tidak.

Ini hukuman.

Ethan tidak sedang meminta. Ia sedang menuntut.

Ia baru saja keluar dari jeruji besi, dan kini pria ini ingin mengurungnya kembali dalam penjara lain—penjara yang bernama pernikahan.

"Kau melamarku... atau ingin membunuhku perlahan?"

Anna bersiap mundur, tetapi tangan Ethan lebih cepat.

Jari-jari pria itu mencengkeram dagunya—keras, menuntut, mendominasi—lalu bibirnya jatuh ke atas bibir Anna.

Ciuman itu bukan kasih.

Bukan kelembutan yang biasa ditemukan dalam lamaran sungguhan.

Tidak.

Ciuman itu adalah perintah.

Anna melonjak, memberontak sekuat tenaga.

Tangannya menghantam dada Ethan, tetapi pria itu nyaris tak bergeming.

Begitu kuat. Begitu kokoh.

Putus asa, Anna melakukan satu-satunya cara yang tersisa.

Ia menggigit bibir Ethan—keras, hingga darah merembes keluar.

Ethan tersentak, melepasnya dengan mata menyala.

Darah segar menetes dari bibirnya, tetapi ia tidak marah.

Justru ia tersenyum miring, seakan menikmati perlawanan itu.

"Kau sialan sekali."

Anna mengumpat, bersiap pergi, tetapi suara Ethan menghentikannya.

Suara rendah itu mengunci langkahnya lebih erat daripada rantai besi mana pun.

"Pergi saja."

Nada suaranya terlalu tenang. Terlalu dingin.

"Dan lihat bagaimana hidupmu akan berubah lebih buruk daripada yang pernah kau bayangkan."

Anna menegang.

"Kau pikir setelah ini kau bisa hidup tenang? Kau pikir dunia akan membiarkanmu berjalan bebas setelah menabrakku?"

Ethan menyandarkan punggungnya, matanya berkilat tajam.

"Aku tak akan melepaskanmu, Anna. Tapi aku belum memaafkanmu."

Anna menelan ludah.

Tetapi ia bukan wanita yang akan tunduk hanya karena ancaman.

Ia berbalik, matanya menyala dengan keberanian terakhir yang ia miliki.

Dan sebelum bisa menghentikan dirinya sendiri, tamparannya jatuh keras di pipi Ethan.

Suara benturan itu menggema di antara mereka.

Bukan hanya tangan Anna yang bergetar setelahnya, tetapi juga hatinya.

"Lebih baik aku di sana," Anna berdesis penuh kebencian, "daripada menjadi pelacur di bawah tubuhmu."

Keheningan jatuh seketika.

Lalu, Ethan tertawa.

Bukan tawa bahagia, bukan tawa yang menyenangkan.

Tetapi tawa dingin, tawa seseorang yang baru saja kehilangan seluruh sisa harapannya pada dunia.

Tawa yang lebih terdengar seperti patah hati.

Dan saat suaranya kembali terdengar, nada itu lebih menyeramkan daripada kemarahan.

"Jangan kau sebut pelacur!"

Mata Ethan berkilat tajam.

"Jika kau menikah denganku, kau akan memiliki kehormatan!"

Anna tertawa sinis, matanya berkilat marah.

"Kehormatan?"

Ia menggeleng, memandang Ethan dengan penuh penghinaan.

"Kehormatan macam apa yang bisa diberikan oleh pria yang cacat—bukan hanya pada kakinya, tetapi juga pada mentalnya?"

Ethan menyipitkan mata, bibirnya melengkung dalam seringai tipis.

"Kau benar."

Ia mendekat, menekan tubuhnya lebih dekat hingga Anna terdesak di kursinya.

"Aku memang cacat."

Nadanya begitu rendah, begitu penuh ancaman.

"Tapi jangan lupa, Anna—pria cacat pun masih bisa menyeret seseorang ke dalam neraka bersamanya."

Anna menggigil.

Bukan karena takut.

Bukan hanya karena ancaman itu.

Tetapi karena ia tahu Ethan tidak main-main.

Dan ia juga tahu—ia sudah masuk dalam perangkapnya.

Anna berdiri di depan pintu, jantungnya berdegup seperti genderang perang.

Tangannya hampir menyentuh gagang pintu ketika suara Ethan menggelegar di belakangnya—gelap, penuh nada permainan yang mengerikan.

Tawa.

Tawa yang bukan sekadar ejekan.

Tawa yang terdengar seperti seseorang yang menikmati kehancuran orang lain.

Suara Ethan memenuhi ruangan, bergema di antara dinding, menciptakan perasaan seolah-olah Anna telah melangkah ke dalam perangkap yang lebih buruk daripada penjara mana pun.

"Apakah kau tahu syarat agar pintu itu terbuka?"

Anna menegang.

Ethan masih duduk di kursinya, senyumnya melebar dalam seringai penuh kesenangan sakit.

Ia mengamati Anna seperti pemangsa yang sabar menunggu mangsanya menyerah.

Anna menoleh setengah, suaranya terdengar tajam.

"Aku tidak peduli. Aku tidak akan bermain dalam permainan gilamu."

Ethan mendengus, senyumnya semakin melebar.

"Syaratnya sederhana, Anna."

Tangannya terangkat, menelusuri sandaran kursi rodanya dengan santai.

"Jika kau menolak menikah denganku…"

Ia berhenti sebentar, membiarkan ketegangan menggantung di udara.

"Aku akan pastikan kau tahu bagaimana rasanya menjadi aku."

Dunia seakan berhenti.

Anna menahan napas, jari-jarinya menegang di sisi tubuhnya.

Ethan menyandarkan kepalanya ke kursi, menatapnya dengan tatapan puas.

"Aku akan memastikan kau tidak bisa lagi berlari ke mana pun. Aku akan selalu menuntut harga atas perbuatanmu."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Taris
bagus
Taris
bacanya sambil deg2an, tarik nafas, tegang n ngos2an /Gosh/
Serenarara
Susan, yg kamu lakukan ke Ethan itu...jahattt! /Panic/
IamEsthe
jangan birahi dong. seolah seperti hewan. bisa diganti katanya /Sweat/.
IamEsthe
Saran, ini di font Bold aja.
IamEsthe
kata 'Fashion House' dan 'clover clothes' gunakan font italic sebagai bahasa asing/daerah.


Fashion House bukan sama dengan Rumah Mode dalam bahasa?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!