Kirana kembali ke kampung halamannya dengan tekad bulat—menuntut balas atas kematian ibunya yang tragis. Kampung yang dulunya penuh kenangan kini telah dikuasai oleh orang-orang yang mengabdi pada kekuatan gelap, para penyembah jin yang melakukan ritual mengerikan. Ibunya, yang menjadi tumbal bagi kepercayaan jahat mereka, meninggalkan luka mendalam di hati Kirana.
Apakah Kirana akan berhasil membalaskan dendam ibunya, ataukah ia akan terjerat dalam kutukan yang lebih dalam? Bagaimana ia menghadapi rintangan yang menghadang niat balas dendamnya? Temukan jawaban dari pertanyaan ini dalam perjalanan penuh ketegangan, misteri, dan kekuatan gelap yang tak terduga.
Apakah Kirana akan keluar sebagai pemenang, atau malah menjadi bagian dari kegelapan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"Hah?, kalian ingin kembali lagi ke kampung itu??, kalian yakin?, kampung itu sangat berbahaya apa lagi bagi gadis seperti kalian Kirana, Nisa!" pak Rahmat terkejut mendengar tujuan kedatangan mereka.
"Kami bisa menjaga diri, bapak tidak usah khawatir, kami sudah mempersiapkan ini dengan matang, lagi pula ibu saya juga pernah menjadi korban mereka, saya memiliki urusan yang belum selesai si sana pak." Ucap Kirana.
"Baiklah, saya tidak bisa melarang kalian, tapi jika tidak memungkinkan, sebaik nya kalian segera pergi dari sana."
"Baiklah kalau begitu kami permisi sebentar, kami hendak menemui pak Imran, pak" kata Rizal meminta izin untuk permisi.
"Iya kalian hati hati ya kalau ada apa apa hubungi bapak ya."
Rizal, Kirana, Nisa, dan Azka pun permisi, mereka tidak ingin lama lama karena ingin menemui pak Imran, mereka pun melajukan motornya ke pekarangan rumah pak Imran.
Tiba di rumah itu, rumah itu terlihat sepi,
Tok.. Tok..tok!!! "Assalamu'alaikum pak." Kirana mengetuk pintu pak Imran.
"Walaikum salam," sahut suara wanita dari dalam, tak lama pintu di buka istri pak Imran.
"Buk pak Imran nya ada" tanya Kirana sopan.
"Owalah nak Kirana, silahkan masuk,"
Mereka pun masuk, wajah istri pak Imran terlihat cemas, beberapa kali gerak tubuh nya terlihat gelisah,
"Pak Imran nya ada buk?" Tanya Kirana sekali lagi
"Suami saya jarang pulang ke rumah, semenjak Hapsa menghilang, beliau terus mencari nya, ke kampung itu," jelas wanita itu gelisah.
"Saya turut prihatin buk, saya sudah dengar berita tentang Hapsa, ibu yang sabar ya saya do'akan Hapsa bisa ditemukan secepat nya."
Ratih turut prihatin dengan kabar hilang nya Hapsa,
"Tolong saya nak, tolong bawa kembali pak Imran, saya tidak ingin kehilangan suami saya, saya tidak ingin kehilangan lagi" istri pak Imran tak dapat membendung air mata nya, dia bersimpuh memohon, sepertinya dia sudah sangat kehilangan,
"Iya iya ibu, tenang ya, kami akan membantu pak Imran, do'akan semua baik baik saja" ucap Nisa sambil mengelus punggung wanita itu, Azka dan Rizal hanya bisa diam menyaksikan peristiwa itu, mereka tak bisa berkata apa apa, mereka turut prihatin dengan keadaan kampung ini sekarang, siapa sangka, kampung Jahanam itu mencari tumbal sampai ke desa desa tetangga nya, ya korban korban yang hilang itu pasti bukan hanya di desa ini saja, pasti mereka terus mencari di luar luar korban untuk dijadikan tumbal.
Tak berlama lama mereka pamit pergi, sudah tidak ada waktu untuk bersantai santai lagi, mereka harus menyelidiki apa yang sebenar nya yang ada di kampung itu,
Motor mereka terus melaju, memecah jalan berbatu dan hutan hutan kecil di kiri kanan jalan. Hari sudah menjelang siang, rencana nya mereka akan ke rumah lama Kirana, kedatangan mereka tidak boleh terlihat mencurigakan,
Kirana sudah mempersiapkan alasan agar mereka bisa tinggal di kampung itu,
Tiga puluh menit berkendara, tibalah mereka di gapura kampung itu, tampak gapura itu sudah kusam, memasuki kampung itu, sejenak bulu kuduk merinding, aura nya langsung berubah, bau kembang melati tercium, sesekali bau dupa juga semerbak, rumah rumah di sana terlihat menaruh beberapa dupa di dinding rumah mereka.
"Astagfirullahalazim, kok jadi seperti ini kampung ini" batin Kirana.
"Kak!!! Awass!!!! "pekik Nisa,
Ccriiieeeettt...!! Kirana mengerem mendadak, mereka di hadang sesosok nenek nenek yang berdiri ditengah jalan,
yang semangat dong yang semangat dong
aku penasaran nih
semangat terus pokoknya author saya tunggu lanjutan eps nya👍🔥🔥🔥