NovelToon NovelToon
TEROR PEMBURU KEPALA

TEROR PEMBURU KEPALA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat / Careerlit
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

Teror pemburu kepala semakin merajalela! Beberapa warga kembali ditemukan meninggal dalam kondisi yang sangat mengenaskan.

Setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam, ternyata semuanya berkaitan dengan masalalu yang kelam.

Max, selaku detektif yang bertugas, berusaha menguak segala tabir kebenaran. Bahkan, orang tercintanya turut menjadi korban.

Bersama dengan para tim terpercaya, Max berusaha meringkus pelaku. Semua penuh akan misteri, penuh akan teka-teki.

Dapatkah Max dan para anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku? Atau ... mereka justru malah akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPK24

Clara terpaku di tempatnya, napasnya tercekat. Tangannya gemetar, tapi, ia berusaha membungkam bibirnya agar tak menjerit.

Penemuan mayat Daniel yang mengenaskan, sungguh mengguncang negeri Paman Sam. Seperti biasa, tubuh korban ditemukan dalam kondisi terpisah. Kepala pria tua itu tertancap di besi lampu taman. Sedangkan tubuhnya, tergeletak tak jauh di kantor polisi.

Namun, ada perbedaan kali ini. Jika sebelumnya tubuh para korban dipenuhi memar dan luka tusuk, kali ini berbeda dengan Daniel. Bagian depan tubuh pria tua itu terbelah menjadi dua, sampai-sampai organ dalamnya terekspos.

"Oh, Tuhan. Sungguh kejinya!" Gumam Max dengan kedua tangan mengepal erat.

Clara dan Max mendekati jasad Daniel. Memeriksa apapun yang ada di sekitar pria tua tersebut.

"Bagaimana bisa monster itu melakukan hal sekejam ini?" Clara bertanya, suaranya setengah berbisik, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

Bella yang sedari tadi memperhatikan, melangkah maju dengan santai. Seolah ia sedikitpun tak terganggu dengan pemandangan yang mengerikan. "Kali ini, jauh lebih brutal, ‘ya? Menurut mu kenapa?"

"Kekuasaan?" Clara mencoba menjaga suaranya tetap tegas, tapi hatinya bergetar. Daniel terlihat sangat memprihatinkan.

Bella menyipitkan matanya, tatapannya tajam. "Kau sangat pintar, Clara. Kau benar. Kekuasaan. Dia tengah menunjukkan kekuasaannya. Dia tengah mempertegas bahwa ia sanggup melakukan hal-hal keji lebih dari yang sebelumnya."

Sebelum Clara sempat membalas, ia terlebih dahulu dibuat tertegun dengan kondisi jasad Daniel.

"Lihat ini, Bell—Max! Apa maksud dari semua ini?!" Matanya mengernyit, menatap lurus pada salah satu tangan Daniel yang mengacungkan jari tengahnya. "Oh, God! Damn!"

Max segera duduk bercangkung di depan jasad Daniel. "Bajingan Gila ...!"

Sedangkan Bella, ia mengelilingi jasad Daniel, lalu berdiri di belakang jasad mengenaskan itu. Pandangannya menatap lurus ke arah jari tengah Daniel yang mengacung, lalu mengikuti arah ke mana jari tengah itu menunjuk. "Dia mematahkan jari korban untuk diarahkan ke sana, ke kantor polisi? —Dia tengah menghina hukum? Ah~ Dia tengah menghina ku rupanya."

Clara dan Max saling memandang, mengernyit heran. Namun, mulut mereka tak mengeluarkan sepatah kata.

"Ayo, kita selidiki Haven Home," ucap Bella tiba-tiba.

"Haven Home?" Clara memastikan ia tak salah mendengar.

"Rehabilitasi atau Yayasan anak terlantar?" tanya Max.

Sejenak, Bella terdiam. Ia memikirkan terlebih dahulu. "Yayasan."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Yayasan itu sudah cukup lama ditutup. Mungkin ... sudah lebih dari enam tahun." Jelas Max sambil fokus mengemudi.

Mereka bertiga tengah menempuh perjalanan menuju Yayasan Haven Home.

"Ditutup?" Clara yang duduk di kursi samping kemudi menoleh.

Max mengangguk. "Satu-satunya yang masih beroperasi hanya institusi rehabilitasi nya saja," jelasnya lagi.

Bella yang duduk di belakang hanya menyimak pembicaraan mereka dengan tenang. Sesekali, matanya menatap ke luar kaca, malam itu langit tampak hitam pekat. Namun, bukan karena malam yang semakin merayap, melainkan awan gelap nan tebal tengah menunjukkan kode alam bahwa sebentar lagi akan turun hujan.

Mobil mereka akhirnya berhenti di sebuah bangunan tua. Lokasi tersebut lebih mirip reruntuhan daripada bangunan, seperti tempat yang sengaja dilupakan oleh waktu.

Gedung tua Haven Home berdiri dengan dinding yang terkelupas dan penuh lumut. Jendelanya pecah, pintunya miring. Udara malam yang dingin semakin meninggalkan kesan suram.

Mereka bertiga berdiri di depan gerbang besinya yang penuh karat. Memperhatikan sisa-sisa tempat kosong itu dengan tatapan waspada, menatap gedung besar yang gelap dan menyeramkan di depan mereka. Lampu senter kecil di tangan Clara menjadi satu-satunya sumber cahaya yang menerangi malam itu. Dan, malam itu, hujan kembali turun.

“Kalian yakin mau masuk sekarang?” Tanya Clara sambil melirik Max dengan wajah penuh keraguan. “Tempat ini kelihatan kayak bakal runtuh kapan aja.”

Max menghela napas panjang, menggenggam tas ransel di punggungnya lebih erat. “Kita nggak punya pilihan lain, Clara. Mungkin kita akan mendapatkan sedikit petunjuk di dalam sana.”

“Tapi ... tempat ini kayak jebakan, Max. Nggak mungkin mereka ninggalin bukti di dalam sana. Kalaupun ada, mungkin semua hanya jebakan.” Balas Clara, suaranya merendah seiring dengan hujan yang semakin deras. Dia melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada orang lain di sana. “Aku nggak suka perasaan ini. Ada sesuatu yang nggak beres, Max.”

Max menatap Clara sejenak, lalu menepuk pundaknya. “Kalau kamu takut, kamu bisa balik ke mobil. Aku bisa masuk ke dalam sana bareng Bella.”

Clara mendengus, meski matanya masih menyiratkan kekhawatiran. “Kamu kira aku bakal ninggalin kalian gitu aja? Nggak, Max. Aku cuma bilang ... ini gila. Tapi, yaudah, kalau kalian masuk, aku ikut.”

Max tersenyum tipis, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum memanjat pagar yang tingginya hampir dua meter. Besi-besi berkarat itu berdecit pelan di bawah berat tubuhnya, tapi akhirnya dia berhasil melompati pagar. Clara menyusul dengan sedikit ragu, mendarat di sisi lain dengan suara berdebum kecil.

“Kamu berat banget.” Ejek Max sambil menyorotkan senternya ke arah pintu depan gedung.

Bella pun turut memanjat dan turun tanpa meninggalkan sedikitpun suara. Max memandang Clara.

"Dia benar-benar wanita yang mengerikan, gimana bisa pagar itu sedikitpun nggak berderit dibuatnya?" bisik Max di telinga Clara. Membuat wajah gadis cantik itu langsung merona.

Mereka berjalan menuju pintu masuk Haven Home yang sudah hampir roboh. Kayunya lapuk, dan engselnya berkarat, membuat Max harus mendorongnya dengan keras sampai pintu itu terbuka perlahan. Suara derit pintu mengisi kesunyian malam, membuat Clara bergidik.

"Kalian liat pintu ini— Kayaknya lebih tua daripada ayah ku," ucap Bella tiba-tiba.

Max dan Clara terkekeh pelan, tapi mereka tetap fokus ke dalam gedung yang gelap gulita. Bau apek dan debu langsung menyergap mereka begitu masuk, membuat Clara menutup hidungnya dengan lengan baju.

Mereka berjalan melewati aula utama, yang dulunya mungkin tempat anak-anak bermain. Sekarang, lantainya dipenuhi serpihan kaca dan kayu, sementara jendela-jendela besar di sisi ruangan sudah pecah, membiarkan angin malam masuk.

"Ini terlalu lama, bagaimana kalau kita berpencar?" Bella menatap Clara dan Max. "Clara, kau menguasai bela diri?"

Clara menggeleng, "tapi, aku mahir menggunakan senjata api."

Bella menggigit ujung bibirnya, berpikir sejenak. "Kita berpencar, kalian berdua ke arah sana. Dan, aku ke arah sana."

"Kau sendirian? —Tidak, Bell. Ini terlalu bahaya," tolak Max.

"Tenanglah, percaya pada ku." Sebelum Max menjawab, Bella sudah melangkah lebih dahulu meninggalkan keduanya.

Max hanya mampu mendengus, tapi dia tetap melanjutkan penyelidikan. Clara mengekor di belakangnya, mengikuti Max ke koridor di sisi kanan aula. Mereka mencari-cari sesuatu yang mencurigakan, membuka setiap pintu yang mereka temui. Sebagian besar ruangan kosong, hanya berisi meja-meja tua dan kursi-kursi yang sudah rusak. Tapi, ketika mereka sampai di ujung koridor, Max berhenti di depan sebuah pintu yang terlihat lebih kokoh daripada yang lain.

“Ini aneh.” Kata Max sambil menyentuh pintu itu. “Pintunya beda sama yang lain. Kayak lebih ... baru.”

Clara melangkah mendekat, memeriksa pintu itu dengan senternya. “Menurutmu, ini ruangan rahasia?”

“Cuma ada satu cara buat tau.” Jawab Max sambil mencoba memutar gagangnya. Tapi pintu itu terkunci. “Tentu aja,” gumamnya dengan nada kesal.

Clara membuka ranselnya, mengeluarkan linggis kecil yang sudah dia siapkan. “Aku bawa ini, siapa tau perlu.”

Max menatap linggis itu dengan alis terangkat. “Aku nggak tau harus bangga atau khawatir sama kamu, Cla.”

Clara hanya menyeringai sebelum mulai mencongkel pintu itu. Setelah beberapa menit berusaha, pintu itu akhirnya terbuka dengan bunyi keras, memperlihatkan ruangan gelap di baliknya.

Max menyalakan senternya dan melangkah masuk. Ruangan itu kecil, tapi penuh dengan rak-rak kayu yang dipenuhi dokumen dan kotak-kotak berdebu. Di tengah ruangan, ada meja besar dengan beberapa foto yang berserakan di atasnya.

“Ini dia.” Gumam Max sambil mendekati meja itu. Dia mengambil salah satu foto dan memeriksanya. “Clara, kamu harus liat ini.”

Clara mendekat, melihat foto yang dipegang Max. Foto itu memperlihatkan Liam berdiri di samping seorang pria yang berbeda usia dengan mereka. Di belakang mereka, ada logo Haven Home yang jelas terlihat.

“Liam ...?” bisik Clara. Matanya membelalak. “Siapa pria di samping nya? Wajahnya tampak familiar.”

"Nathan," desis Max.

"Nathan? Seorang pengusaha yang namanya sempat muncul dalam penyelidikan kita?" Clara memastikan.

Max mengangguk. "Waktu itu, aku dan Jessie yang bertemu Nathan di restoran. Pria ini sempat membahas tentang sebuah proyek. —Mungkinkah proyek itu proyek Hydra yang sempat Bella informasikan ke kita? —Mungkinkah, Nathan orangnya? Tapi ... apa hubungan Nathan dan Liam?"

Selagi mereka dipenuhi tanda tanya, di ruangan yang berbeda Bella tampak sibuk memeriksa setiap ruangan yang terbengkalai.

Ia sangat fokus, terlalu fokus, sampai-sampai ia tak menyadari ada bahaya yang tengah mengintai di belakangnya.

Seseorang yang mengenakan kostum topeng, menggenggam erat jarum suntik berisikan obat bius. Ia berjalan dengan pelan, sedikitpun tak meninggalkan jejak suara. Sosok di balik topeng itu menyeringai ketika berdiri tepat di belakang Bella. Dengan gerakan cepat, ia mengarahkan jarum suntik itu ke leher Bella.

JLEB!

Bella seketika tak sadarkan diri.

*

*

*

Readers, Author ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan kalian sampai sejauh ini🥰

Alhamdulillah, Puji Tuhan Yang Maha Esa, Karya ini berhasil lolos kontrak dan memenuhi syarat untuk mendapatkan 20bab terbaik. Sekali lagi, ini semua berkat pembaca yang telah mendukung dengan caranya yang sempurna.

Tak banyak yang dapat Author lakukan selain berusaha sebaik mungkin menyajikan karya yang InshaAllah Menarik.

Sehat-sehat untuk kalian para pembaca setia ku 🥰 Semoga Tuhan memudahkan segala urusan kalian 🥰

Saranghae 🫰

1
Yuli a
aamiin...yra...
kembali kasih Kaka...🥰🥰
Sugem
Alhamdulillah. Selamat yea. karya ini memang layak mendapatkannya
Sugem
spediermen pun kalah dibbuat bela haha
Sugem
biadab emg pelakunya
vj'z tri
🫰🫰🫰🫰🫰🫰 l lope u full Thor🫰🫰🫰🫰
Tini Ratnadilla
Alhamdulilah sukses selalu buatmu thorr...
kapaloleng
Selamat untuk kontraknya 🥰tetap semangat dan sehat selalu
Anonim
Selamat Author karyamu memang/Good//Good/.


w a d uuuuuuhhhhh Bellaaaaa....
⚔️⃠🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱
Amiiinnnnnnn 😇🤲️🙏
⚔️⃠🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱
Yeee, Slmt, De, Puji Tuhan 🥳🥳🥳
⚔️⃠🧸🍁𝐘𝐖❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱
OMG, Guardian Angel aka Devil ny Bella, manaaa ini 🙈🙈🙈
kirana
Selamat othorr.. memang bagus kok karyamu .

jadi inspirasi kalau di dunia nyata besok ada yg jahat² lagi mulutnya, siapkan jarum bius😅🤣😂.

tapi sayangku aku takut jarum suntik😅
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
Alhamdulillah selamat dan semoga smkin semangat berkarya, crtanya bgs bgt yo g bosenin n alure apik rapi, cm pgne up tiap hari atau double bab hehe
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
weh nathan juga
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
kakek Harun apakah lg jg cucu2 nya? krn ortunya lg d Amrik
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
pdhl udh mak2 ya tp msih jd wonder women..berguru clara sp tau km bs sprti bella
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
bnr2 gila..apa smua psikopat g bs puas dg mlht korbannya hanya mati ya tp hrs melakukan hal sekeji mungkin n yg nggilani, kyne msh mending mutilasi🤭 itu bagi warga sdh ekstrim p lg smpe d belah2 smpe klhtn orgam dlme😭 pak tua kl kita lht aja sdh kasian dg fisiknya g smpe hati mencelakai😬kecuali ky dirham lha g d ampun
Tini Ratnadilla
Kasian kamu jess cinta bertepuk sebelah tangan..
Dae_Hwa💎: /Cry/
total 1 replies
Tini Ratnadilla
Gk bisa nebak siapa pembunuh nya...
Dae_Hwa💎: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Tini Ratnadilla
mampir thorr
Dae_Hwa💎: Terimakasih sudah berkenan haddir di karya sederhana ini kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!