"Jatuhkan mobilnya ke jurang sekarang juga!" Dalian mendorong pundak Ayah.
Jalanan licin membuat mobil tergelincir.
"Kyaaa!!!"
Semua orang menjerit saat mobil melaju liar menuju tepi jurang hingga ke dalam.
"Jedderr!! Jedderr!!" Petir menyambar.
Seakan meramalkan malapetaka yang akan datang.
Dan dalam kekacauan itu, terdengar suara di tengah hujan dan petir, suara yang hanya Dalian yang bisa dengar.
"Selamat datang, gadis berambut hitam."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafku untuk Gadis yang Tak Bersalah
Kaya melayang diam di udara, wajahnya yang biasanya tenang tampak muram. Chelsey menyadari perubahan sikap itu dan menatapnya dengan cemas.
"Ada apa, Kaya? Elo terlihat gelisah," tanya Chelsey.
Kaya menghela napas panjang. "Orion telah muncul. Itu di luar rencanaku."
Chelsey mengernyit. "Orion? Siapa dia?"
"Dia sosok yang tidak seharusnya ada di sini, setidaknya bukan sekarang. Kehadirannya membahayakan Dalian dan semua rencana yang telah kususun," jawab Kaya, suaranya lebih berat dari biasanya.
Chelsey menatap Kaya dengan tatapan penuh kecurigaan. Angin malam yang lembut berembus, namun hawa di antara mereka terasa tegang.
Di kejauhan, Dalian masih sibuk berbicara dengan pohon apel besar, tampak mulai tenang setelah melampiaskan kekesalannya.
"Kaya," panggil Chelsey, suaranya lembut namun penuh waspada, "sebenarnya, apa yang elo rencanakan?"
Kaya menoleh, senyum tipis menghiasi wajahnya yang biasanya penuh ketenangan. Namun ada sesuatu yang sulit diuraikan di balik matanya, seperti kabut misteri yang menutupi niat sesungguhnya.
"Aku hanya ingin melindungi Dalian," katanya, suaranya terdengar tulus, tetapi ada nada samar yang membuat Chelsey merasa tak sepenuhnya yakin.
Chelsey masih ragu. "Gimana gue bisa yakin bahwa elo nggak menyembunyikan sesuatu yang berbahaya?"
Kaya menghela napas panjang, melayang turun hingga sejajar dengan Chelsey. "Chelsey, aku tahu kau khawatir. Tapi percayalah, aku tidak berniat menyakitinya. Aku ingin melindungi Dalian dan keluarganya dari bahaya yang tidak kau pahami. Dunia ini penuh dengan keajaiban, tapi juga ancaman."
Chelsey menyipitkan mata. "Ancaman apa? Apakah ini tentang Orion?"
Kaya terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Orion adalah salah satu ancaman, tapi bukan satu-satunya. Ada kekuatan jahat yang lebih besar dari yang kau bayangkan, dan Dalian… dia adalah kunci untuk menyelamatkan seseorang yang sangat penting."
"Siapa?" Chelsey menuntut.
Kaya menggeleng pelan. "Itu bukan sesuatu yang bisa kau ketahui sekarang. Yang perlu kau pahami adalah, aku berada di pihak Dalian. Aku akan selalu melindunginya, seperti yang akan kulakukan untukmu."
Chelsey menggigit bibirnya, masih penuh keraguan. "Gue akan percaya sama lo… untuk sekarang. Tapi, jika elo menyakiti Dalian, gue nggak akan memaafin lo."
Kaya tersenyum samar. "Aku tidak akan pernah menyakitinya. Itu janji."
Mereka berdua terdiam, memandang ke arah Dalian yang kini duduk bersandar di pohon, wajahnya lebih tenang. Meski Chelsey masih menyimpan kecurigaan, dia memutuskan untuk mengawasi Kaya dengan cermat.
Namun, di dalam hatinya, Kaya menyimpan rahasia besar, bahwa Dalian adalah kunci untuk menyelamatkan Malika dan kerajaannya dari pengaruh jahat sahabat lamanya. Rahasia yang tak boleh diketahui siapa pun, termasuk Chelsey.
Ketika menatap Dalian, Chelsey kembali berkata, "Jadi, apa yang akan elo lakukan setelah ini?"
Kaya melirik ke arah Dalian yang masih berbicara dengan pohon besar, sosoknya tampak kecil di bawah cahaya rembulan. "Aku harus mengembalikannya ke dunia nyata. Dia tidak aman di sini, begitu pula kau."
"Mengembalikannya ke dunia nyata? Bukankah elo yang membawanya ke sini?" desak Chelsey, berusaha menembus tirai rahasia yang Kaya pasang.
Kaya mendekat, suaranya melunak. "Chelsey, kau telah melihat bagaimana aku menenangkan Dalian. Kau tahu aku tidak bermaksud buruk. Percayalah padaku, aku ada di sini untuk memastikan dia dan keluarganya aman. Jika aku tidak melakukan ini, dia akan berada dalam bahaya yang jauh lebih besar."
Chelsey terkejut. "Tapi, gimana dengan semua yang sudah terjadi? Gimana dengan Dalian?"
Kaya menunduk sejenak, lalu menatap Chelsey dengan penuh keyakinan. "Keselamatan Dalian lebih penting. Dunia ini bukan tempatnya. Dia memiliki kehidupan yang harus dijalani di dunianya sendiri."
Chelsey ingin membantah, tetapi dia tahu Kaya tidak akan mengambil keputusan ini jika tidak benar-benar perlu. "Baiklah," katanya akhirnya. "Tapi tolong jaga dia sampai akhir."
Kaya mengangguk, kemudian memejamkan mata sejenak, mengumpulkan energinya. Angin berembus lembut, membawa aroma bunga yang menenangkan, tetapi ada kegetiran di udara.
Dalian masih duduk bersandar di batang pohon besar, merasakan ketenangan yang tak biasa. Pohon itu tampak hidup, seperti denyut kehidupan perlahan mengalir di bawah permukaannya.
Tiba-tiba, cahaya keemasan muncul dari celah-celah batang pohon, memancar lembut namun semakin terang.
Chelsey yang masih bersama Kaya melihat kilauan itu. "Apa itu?" tanya Chelsey dengan nada cemas.
Kaya memandang pohon tersebut dengan mata melebar, sorot matanya berubah penuh kekhawatiran. "Tidak… ini tidak seharusnya terjadi."
Sebelum Chelsey bisa bertanya lebih jauh, cahaya itu menyelimuti Dalian, menarik tubuhnya seperti magnet yang tak terhindarkan.
Dalian memekik, matanya membelalak panik saat tubuhnya mulai diserap ke dalam batang pohon. "Chelsey! Kaya!" serunya dengan suara bergetar.
"Dalian!" Chelsey berlari ke arah Dalian, tetapi langkahnya terhenti oleh cahaya yang semakin kuat.
Kaya, yang biasanya tenang, kini tampak dilanda panik. "Tidak! Ini terlalu cepat!" Dia mengangkat tangannya, mencoba menghentikan cahaya, tetapi gagal. Melihat Dalian semakin terserap, Kaya mengambil keputusan nekat.
Tanpa sadar, tubuh Kaya mulai berubah. Sayap-sayapnya lenyap, bulunya menghilang, dan dalam sekejap dia berubah menjadi sosok manusia. Tinggi, dengan rambut hitam berkilau dan mata yang bersinar lembut.
Dengan kecepatan kilat, dia meraih Dalian, menariknya keluar dari cahaya itu. Cahaya tersebut tiba-tiba lenyap, seolah ditelan kegelapan, meninggalkan mereka dalam keheningan.
Dalian memandang Kaya, atau lebih tepatnya, wujud manusia Kaya—yang kini menggendongnya. Mata hitamnya berkilauan seperti malam yang penuh bintang, dan wajahnya yang tajam namun lembut memancarkan kehangatan yang aneh.
Sesuatu di dalam dada Dalian bergetar, seperti ada pintu yang terbuka tiba-tiba. Nafasnya tercekat, bukan karena cemas, tapi karena kekaguman yang tak terduga.
Ada keindahan tak terjelaskan pada sosok di depannya, seakan dunia berhenti sejenak hanya untuk mereka. Tanpa sadar, Dalian merasakan perasaan yang asing. Campuran antara rasa lega, terpesona, dan perasaan yang lebih dalam, yang belum berani dia akui.
"Apa elo, Kaya?" Tanya Dalian.
Sosok itu hanya tersenyum miring. Dan disaat itu, sosok itu melepas Dalian hingga Dalian terjatuh ke dasar yang tak berujung.
"Maafkan aku untuk semua ini. Aku akan menghapus semua ingatan kalian dan segera memulangkanmu, Dalian." Ucap Kaya.
Kembali ke dunia nyata...
Dalian terbangun dengan napas tersengal di tempat tidurnya. Kamar yang familiar menyambutnya. Poster-poster di dinding, lampu meja yang berkelap-kelip lembut, dan bantal yang basah oleh keringat dinginnya.
Dia terduduk, memegangi kepalanya yang pening. "Mimpi?" gumamnya, masih merasakan denyut aneh di dadanya.
Namun, ada yang berbeda. Di meja samping tempat tidurnya, tergeletak bunga kecil yang tampak seperti berasal dari dunia lain, bercahaya lembut.
Bunga kecil itu memberi maksud, "Terima kasih dan maaf atas kesalahanku" -Kaya-
Dalian mengerutkan kening, "Mimpi?" bingung dan bertanya-tanya apakah semua yang dialaminya benar-benar hanya mimpi
aku sudah mampir yah kak "Fight or Flight"