NovelToon NovelToon
Jejak Luka Diantara Kita

Jejak Luka Diantara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:708
Nilai: 5
Nama Author: sorekelabu [A]

Alya dan Randy telah bersahabat sejak kecil, namun perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka demi kepentingan bisnis membuat hubungan mereka menjadi rumit. Bagi Alya, Randy hanyalah sahabat, tidak lebih. Sedangkan Randy, yang telah lama menyimpan perasaan untuk Alya, memilih untuk mengalah dan meyakinkan orang tuanya membatalkan perjodohan itu demi kebahagiaan Alya.

Di tengah kebingungannya. Alya bertemu dengan seorang pria misterius di teras cafe. Dingin, keras, dan penuh teka-teki, justru menarik Alya ke dalam pesonanya. Meski tampak acuh, Alya tidak menyerah mendekatinya. Namun, dia tidak tahu bahwa laki-laki itu menyimpan masa lalu kelam yang bisa menghancurkannya.

Sementara itu, Randy yang kini menjadi CEO perusahaan keluarganya, mulai tertarik pada seorang wanita sederhana bernama Nadine, seorang cleaning service di kantornya. Nadine memiliki pesona lembut dan penuh rahasia.

Apakah mereka bisa melawan takdir, atau justru takdir yang akan menghancurkan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 Makan Malam yang Mengikat Luka

Bab 26 – Makan Malam yang Mengikat Luka

Ruangan itu terlalu tenang bagi Alya. Terlalu hening hingga suara denting sendok menyentuh piring terdengar begitu nyaring di telinganya. Di tengah meja makan yang megah dan tertata rapi, Alya duduk dengan punggung tegang, menyembunyikan kegelisahan di balik senyum yang terus dipaksakan.

Di sekeliling meja, duduk dengan keluarga besar Randy—kedua orang tuanya, adik perempuannya, serta Mamanya sendiri, Laras, yang tampak begitu bersemangat malam ini. Mereka semua tampak antusias… kecuali dua orang: Alya dan Randy.

"Alya sayang," suara ibunda Randy memecah keheningan, terdengar lembut namun mengandung maksud terselubung, "Mama sangat bahagia melihat kamu di sini. Rasanya, waktu sudah sangat tepat untuk membicarakan hal yang sejak lama kami harapkan."

Alya menelan ludah. Jemarinya mengepal di atas pangkuan. Dadanya terasa berat, seperti diikat oleh tali tak kasatmata yang menyesakkan napas.

Laras tersenyum lebar. "Aku setuju. Rasanya percuma menunda-nunda lagi. Kalian sudah saling kenal sejak kecil, keluarga kita sudah seperti satu. Jadi kenapa tidak segera dipercepat saja pernikahan ini?"

Alya langsung menoleh ke arah Randy. Tatapan matanya penuh harap. Tolong katakan sesuatu, Randy. Tolong hentikan ini…

Namun Randy hanya diam. Rahangnya mengeras, matanya tertunduk. Tangannya menggenggam erat sendok di sisi piring, hingga kuku-kuku jarinya memutih.

Alya merasa dadanya makin sesak. Ia ingin bicara, ingin berteriak, ingin berkata bahwa semua ini salah. Tapi kata-kata itu seperti terkunci di tenggorokan. Ia tidak ingin membuat Mamanya malu, tidak ingin menghancurkan suasana makan malam yang 'katanya' penuh harapan.

Namun diam juga menyakitkan. Diam juga menjerat jiwanya sendiri.

"Aku rasa... ini terlalu cepat," akhirnya Randy angkat suara, suaranya terdengar serak dan pelan. Ia menatap ibundanya, lalu ayahnya. "Bukannya kami tidak menghargai niat baik ini. Tapi… sebaiknya kita pikirkan kembali soal waktu. Alya sedang fokus kuliah, dan aku pun sedang banyak tanggung jawab di kantor."

Ibunda Randy menoleh padanya dengan tatapan tajam. “Randy, kamu sudah cukup umur. Dan kamu tahu, pernikahan ini bukan hanya tentang kalian berdua. Ini tentang penggabungan dua keluarga besar. Tentang stabilitas bisnis kita ke depan.”

Laras menimpali, “Kami hanya ingin yang terbaik. Apalagi Alya tidak pernah mempermasalahkan hal ini, bukan?”

Alya tersentak. Kepalanya menoleh cepat ke arah Mamanya. Apa maksud Mama? Kapan aku pernah menyetujui ini?

"Ma…" gumam Alya pelan, tapi Laras hanya tersenyum dan meremas tangannya.

“Jangan malu, sayang. Kalian sudah cocok. Ini tinggal selangkah lagi.”

Alya menarik tangannya perlahan. Dadanya mulai panas. Lidahnya kering. Emosi menumpuk seperti air mendidih dalam dada.

Tatapannya kembali menumbuk wajah Randy. Kali ini, ia tidak hanya berharap—ia memohon dalam diam. Lakukan sesuatu. Tolong aku…

Namun Randy hanya menunduk.

Ia telah mencoba berkali-kali membujuk Mamanya. Bahkan sempat memohon agar perjodohan ini dibatalkan. Tapi semua usahanya gagal. Ia tidak punya kuasa sebesar itu untuk menolak kehendak orang tua yang menjadikan pernikahan ini sebagai alat menyelamatkan bisnis keluarga mereka yang sedang goyah.

Randy tahu, ia gagal melindungi Alya.

Sama seperti dulu, ketika Alya dibully di sekolah dasar, Randy yang kecil selalu berdiri paling depan membela. Tapi kali ini, dalam konflik sebesar ini, ia justru terjebak dalam sistem yang sama-sama membuat mereka terluka.

Alya menunduk, rahangnya mengeras. Ia tak bisa lagi menahan luapan rasa sakit di dadanya.

“Mungkin kalian tidak pernah sadar,” ucap Alya tiba-tiba, suaranya bergetar, “bahwa pernikahan yang dipaksakan, hanya akan menyakiti dua orang yang kalian sebut ‘cocok’. Kami bukan alat untuk menyelamatkan bisnis.”

Suasana meja makan mendadak membeku.

Laras menatapnya dengan tatapan tak percaya. Ibunda Randy tersenyum kaku, menahan amarah.

“Alya, jangan bicara seperti itu,” tegur Laras pelan, memberi kode dengan kakinya di bawah meja.

Tapi Alya tidak berhenti. Ia merasa dadanya sudah terlalu sesak untuk terus diam.

"Aku ingin menentukan hidupku sendiri. Aku tidak ingin menikah hanya karena kalian butuh stabilitas bisnis atau nama baik keluarga."

Air mata menggantung di pelupuk matanya. Ia menahan agar tidak jatuh. Tapi suara hatinya sudah cukup lantang terdengar oleh semua yang hadir.

“Alya…” suara Randy akhirnya terdengar lagi, pelan dan penuh luka. Ia tahu, ini bukan tempat yang tepat untuk membongkar semua, tapi ia juga sadar bahwa Alya telah mencapai batasnya.

Alya berdiri perlahan, menyeka sudut matanya. “Maaf, aku tidak bisa meneruskan makan malam ini.”

Tanpa menunggu tanggapan siapa pun, Alya melangkah pergi. Sepatu haknya berdetak pelan menyusuri lantai marmer mewah rumah itu, meninggalkan aroma luka dan kenyataan pahit yang menggantung di udara.

Randy hanya bisa menatap punggung sahabat masa kecilnya yang kini memudar dari pandangan. Dan ia tahu, untuk pertama kalinya dalam hidup, Alya tidak hanya ingin lari. Dia ingin bebas.

Tapi apakah dunia akan membiarkannya bebas… atau justru akan mengikatnya lebih kuat lagi?

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
Cicih Sutiasih
mampir juga di ceritaku, jika berkenan😊
sorekelabu: siap ka
total 1 replies
Cicih Sutiasih
aku sudah mampir, semangat😊
Cicih Sutiasih: jika berkenan, mampir juga di ceritaku
"Tergoda Cinta Mantan", 😊
sorekelabu: terimakasih ka😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!