"Jika kamu ingin melihat pelangi, kamu harus belajar melihat hujan."
Pernikahan Mario dan Karina sudah berjalan selama delapan tahun, dikaruniai buah hati tentulah hal yang didambakan oleh Mario dan Karina.
Didalam penantian itu, Mario datang dengan membawa seorang anak perempuan bernama Aluna, yang dia adopsi, Karina yang sudah lama mendambakan buah hati menyayangi Aluna dengan setulus hatinya.
Tapi semua harus berubah, saat Karina menyadari ada sikap berbeda dari Mario ke anak angkat mereka, sampai akhirnya Karina mengetahui bahwa Aluna adalah anak haram Mario dengan wanita lain, akankah pernikahan delapan tahun itu kandas karena hubungan gelap Mario dibelakang Karina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sebelas
Karina berdiri setelah menyuapi Aluna. Dia ingin ke kamar mandi. Mario masih menyantap makanan yang istrinya bawa, tanpa sadar jika wanita itu berdiri dan berjalan menuju toilet, tempat dia menyimpan beberapa foto yang biasanya terpasang di dinding ruangan ini.
Karina melihat di dekat sudut ruangan ada beberapa tumpukan bingkai foto. Dia mendekati dan meraihnya. Ternyata itu foto Mario dan Aluna. Saat masih kecil, kira-kira usia dua tahun. Dadanya terasa nyeri melihat kenyataan itu. Dia semakin yakin jika Nuna adalah putri kandung suaminya. Hanya saja dia belum ada bukti jika Zoya adalah selingkuh serta ibu dari Aluna.
Dadanya terasa sesak. Air mata tak bisa dia bendung lagi. Tangis Karina akhirnya pecah. Tak tahu harus bagaimana menghadapi Mario nantinya. Apakah masih bisa berpura-pura tak mengetahui segalanya.
"Apakah aku harus melakukan tes DNA, untuk membuktikan jika Aluna adalah darah daging Mario?" tanya Karina dalam hatinya.
Karina membasuh wajahnya agar tak terlihat sembab dan menangis. Dia lalu keluar dari kamar mandi
"Mas, aku harus segera pulang. Takut mengganggu kerjamu," ucap Karina.
"Aku tak merasa terganggu. Di sini saja hingga sore," jawab Mario. Sepertinya dia belum sadar jika Karina baru dari kamar mandi. Terlalu asyik dengan makanan dan becanda dengan putrinya Aluna.
"Aku merasa bosan di sini. Lebih baik di rumah," balas Karina lagi.
"Aku ikut Bunda," ujar Aluna.
Mario memandangi wajah Aluna. Mungkin dia ragu melepaskan bocah itu bersama istrinya. Takut jika kebohongannya terbongkar.
"Apakah tak akan berbahaya jika aku membiarkan Aluna bersama Karina? Aku takut bocah itu akan bicara tentang Zoya. Belum saatnya Karina mengetahui semuanya. Aku akan menunggu waktu yang tepat dulu," gumam Mario dalam hatinya.
"Nuna dengan papi saja di sini," ucap Mario pelan. Dia takut jika istrinya curiga jika terlalu menahan bocah itu.
"Nuna mau sama Bunda," balas Aluna.
Karina hanya diam. Memandangi drama yang sedang suaminya perankan. Selama ini dia membodohi dirinya, dan akan tetap berpura-pura bodoh terus agar suaminya tak curiga, hingga tiba waktunya semua dia ambil kembali.
"Biar Nuna denganku saja, Mas. Bukankah kamu harus bekerja. Tadi saja dia kamu titipkan dengan karyawan'mu. Apakah kamu tak percaya jika aku bisa menjaga Nuna?" tanya Karina dengan nada lembut agar Mario percaya jika semua keinginannya tak ada maksud apa pun.
"Aku hanya tak mau kamu repot, Karin!" seru Mario.
"Kalau aku merasa repot, bagaimana nanti seandainya benar-benar memiliki anak dari rahimku. Aku harus bisa belajar, Mas," ucap Karina seperti memelas.
"Baiklah, Sayang. Jika Nuna merepotkan kamu, segera hubungi aku."
Mario lalu mengizinkan Karina membawa Aluna pulang. Dalam perjalanan kembali ke rumah, bocah itu bercerita sepanjang jalan. Bertanya apa saja yang dia lihat. Karina tak mengungkit lagi tentang Zoya. Takut nanti anak itu mengatakan pada suaminya. Besok saja dia akan bertanya lagi.
**
Karina berjalan pelan ke kamar Aluna, hatinya berdebar, dia ingin membuktikan kecurigaannya. Dia ingin membuktikan apakah Aluna benar-benar anak Mario. Dia mengambil rambut Aluna yang terjatuh di bantal, kemudian memasukkannya ke dalam kantong plastik kecil.
Aluna yang melihat Karina memasukan rambut, menjadi heran. Dia mendekati wanita itu.
"Untuk apa rambut itu dikumpulkan, Bunda?" Aluna bertanya dengan polos. Dia menghentikan kegiatannya bermain game di tablet yang dipegangnya.
"Tidak apa-apa, Sayang. Bunda hanya ingin menyimpan rambutmu agar bantalnya jadi bersih." Karina menjawab dengan senyuman.
"Oh, gitu ya, Bunda." Aluna kembali bermain dengan tablet di tangannya
Setelah itu, Karina berjalan ke kamar mandi mereka, mencari sesuatu yang bisa membuktikan kebenaran. Dia menemukan sisir Mario dan mengambil beberapa helai rambut yang masih menempel. Dia memasukkan rambut itu ke dalam kantong plastik lain. Mereka memiliki sisir masing-masing sehingga tak sulit baginya memastikan jika itu rambut milik sang suami.
"Kenapa kamu melakukan ini, Karina?" kata hati Karina. "Apakah kamu sudah tidak percaya pada Mario?"
Tapi, Karina harus tahu kebenaran. Dia seperti berperang dengan hatinya. Rasa percayanya sudah hampir pudar. Kemarin saja dia tampak begitu acuh, Mario sempat menanyakan perubahan sikapnya. Wanita itu beralasan karena sedang datang bulan.
Dengan alasan tersebut, dia juga tak harus melayani suaminya di ranjang. Karina malas berhubungan karena membayangkan tubuh suaminya juga untuk wanita lain.
Karina menyimpan rambut mereka setelah menandainya. Dia menarik napas dalam. Dadanya kembali terasa sesak membayangkan jika semua yang dia pikirkan adalah kebenaran
**
Keesokan harinya, Karina pergi ke laboratorium tes DNA tanpa memberitahu Mario. Dia menyerahkan sampel rambut Aluna dan Mario.
Tadi dia mengatakan pada suaminya jika ingin keluar dan membiarkan Mario kembali membawa Aluna. Dia tak mau mengorek keterangan pada bocah itu sebelum mendapatkan hasil tes DNA.
Setelah satu jam perjalanan, akhirnya Karin sampai di rumah sakit yang dia tuju. Dia langsung memarkirkan mobilnya.
Setelah mendaftar dan menunggu beberapa saat, akhirnya nama Karina di panggil. Di ruang dokter dia bertanya tentang semua mengenai tes DNA.
"Dokter, berapa lama hasilnya keluar?" Karina bertanya setelah mendengar penjelasan dari dokter tersebut.
"Sekitar 3-5 hari kerja, Ibu," dokter menjawab dengan ramah.
"Baiklah, Dok. Terima kasih atas bantuannya."
Karina menyalami dokter sebelum keluar dari ruang dokter itu. Dia berjalan dengan perasaan yang tak bisa dijabarkan. Merasakan sakit hati yang teramat sangat.
Karina pulang, hatinya berdebur dengan kecemasan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Menunggu hasil DNA itu bagai menunggu bom waktu meledak.
Saat makan malam, Mario kembali melihat perubahan sikap dari istrinya. Sejak dia datang dari kantornya, wanita tampak lebih pendiam.
"Karina, kamu terlihat sedih. Apa ada yang kamu pikirkan? Sudah dua hari kamu lebih banyak diam," tanya Mario dengan suara pelan dan hati-hati.
Karina tersenyum menutupi kebohongannya. "Tidak ada, Mas. Aku hanya merasa sedikit lelah."
Tapi, Mario melihat kecurigaan di mata Karina. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Istrinya itu seperti memendam sesuatu. Delapan tahun hidup bersama, belum pernah istrinya bersikap acuh begini.
"Karina, apa sebenarnya yang terjadi? Apa kamu tak mau bicara jujur pada'ku?" Mario bertanya lagi.
"Tak ada yang harus aku katakan. Aku tak pernah berbohong denganmu, Mas. Atau kamu yang ingin berkata jujur? Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?" Karina balik bertanya.
Dan semoga dgn kabar ini kan mempererat hubungan Karina dan Mario.
laaah lalu anak siapa ayah biologis dari Aluna. Berarti Mario korban dari Zoya