Devano Hanoraga, pria dingin yang super rich, perfeksionis, berkuasa, dingin, tegas dan tak takut mati yang menjadi pengusaha hebat dan tak kenal ampun selalu menjadi incaran para wanita yang selalu ingin hidup mewah tanpa ingin bekerja keras.
Ia tak sengaja menolong gadis cantik yang bekerja di Bar milik sahabatnya sebagai pelayan untuk membiayai kuliahnya saat dirinya dijual untuk melunasi hutang judi Kakak tirinya.
Yesica Anastasya, gadis cantik yang terpaksa bekerja di Bar untuk membiayai kuliahnya dan juga untuk membiayai Ibu tirinya yang pemalas dan Kakak tirinya yang senang berjudi.
"Jadilah wanitaku maka aku akan melunasi hutang Kakakmu." Devano.
"Aku bersedia menjadi wanitamu asal kau izinkaan aku melanjutkan studyku." Yesica.
"Deal."
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Apakah Devano akan jatuh hati hingga sejatuh-jatuhnya pada sugar Baby yang ia tolong dan selamatkan dari Ibu dan Kakak tirinya?
Follow:
Fb: Isti
Ig: istikomah50651
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti Shaburu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
“Aku.” Devano dengan lantang menjawab teriakan Surya membuat pria gempal yang menyadari siapa pria itu langsung gemetaran.
“Tuan muda, ada apa Tuan muda datang ke ruangan biasa seperti ini? Apakah Anda mencari seseorang?” dengan mengubah ekspresinya Surya bertanya membuat Devano rasanya ingin muntah.
Devano tak menjawabnya, ia berjalan menghampiri Yesica yang duduk tertelungkup memeluk kakinya sambil terisak. Ia melepaskan jasnya dan menutupi tubuh Yesica karena pakaiannya yang sobek ulah Surya.
“Anda mau membawa ke mana wanita ini, Tuan muda? Dia adalah wanita yang diberikan oleh Kakaknya untuk melunasi hutangnya padaku,” cegah Surya yang tak ingin kehilangan wanita cantik yang membuat liurnya terus menetes.
Devano masih belum menjawab, ia mengangkat tubuh mungil tersebut dan menggendongnya ala bridal style. Langkahnya terhenti saat sudah melewati Surya beberapa langkah.
“Dia adalah wanitaku, aku tak tahi dia memiliki Kakak yang bajingan sampai berani menjual wanitaku pada pria miskin sepertimu. Berapa hutang pria yang kau sebut Kakaknya?” tanya Devano seraya menyebutkan jika Yesica adalah wanitanya. Sontak membuat Surya dan juga Angel yang mendengarnya terkejut.
“Maafkan saya yang tak mengetahui kalau gadia kecil itu adalah wanita Anda. Hutang Kakaknya sebesar lima puluh juta, Tuan muda,” sahut Surya.
“Heh, hanya receh ternyata sampai berani menyentuh wanitaku. Kris, berikan seratus juta padanya. Tapi ambil salah satu tangannya yang sudah berani menyentuh wanitaku, lalu bawa pria yang mengaku sebagai Kakaknya dan lempar ke markas.”
“Baik, Tuan muda.”
Devano pergi setelah berucap demikian, sontak membuat Surya langsung ketakutan dan mengejarnya.
“Tidak... jangan lakukan itu, Tuan muda. Saya tak mengetahui kalau gadis itu adalah wanita Anda. Tolong ampuni saya, saya tak menginginkan lagi uangnya, tapi tolong lepaskan saya,” mohon Surya memeluk kaki Devano sehingga langkahnya terhenti.
Devano bukannya luluh, ia malah menendang Surya dengan kaki yang dipeluknya.
“Enyah kau, dasar sampah.”
Seperginya Devano, Kris langsung menyuruh anak buahnya untuk membawa kedua orang yang sudah berani berbuat ulah sehingga membuat Devano murka.
“Kamu sudah aman,” ucap Devano.
Devano membiarkan Yesica untuk duduk di pangkuannya, tubuh gadis itu masih bergetar karena terisak.
“Aku... aku takut... aku takut pria itu memp*r*o*aku, aku sangat takut,” ucapnya dengan lirih dan terbata-bata.
“Kamu tenang saja, kamu sekarang aman denganku. Pria b*eng*ek itu tak akan berani menyentuhmu lagi. Aku akan melindungimu,” ucapnya mencoba menenangkan Yesica, malam ini ia terlihat begitu hangat setelah emosi, entah mengapa ia sangat marah ketika melihat Yesica yang sedang memberontak dalam kungkungan Surya.
Kris datang dan langsung menyalakan mobilnya.
“Kita kembali ke rumah saja,” titahnya yang masih memeluk tubuh Yesica, Kris pun menurutinya.
Sampai di rumah, Devano membawa Yesica ke kamarnya. Ia meletakkan tubuh mungil tersebut di atas tempat tidurnya lalu menyelimutinya. Mata Yesica terpejam, tapi dahi dan alisnya tetap mengerut, ada gurat ketakutan pada wajahnya.
‘Tak biasanya Bos membiarkan tempat tidurnya ditiduri oleh orang lain, biasanya ia akan marah kalau ada yang duduk di kasurnya,’ batin Kris yang merasa aneh.
Yah, tak ada yang boleh masuk ke dalam kamar Devano selain Kris, bahkan asisten rumah tangga pun yang beralasan ingin membersihkan kamar tak diperbolehkannya, alhasil Krislah yang bertugas membersihkan kamar Devano. Kamar Kris berada di sebelah kamar Devano, karena jika Devano memerlukan sesuatu ia akan dengan mudah menghampirinya mengingat Devano adalah orang yang tak kenal kata nanti.
“Kris, cari tahu semua tentangnya, termasuk keluarganya dan kelakuan mereka padanya,” titah Devano masih memandangi wajah ayu Yesica.
“Baik, Tuan muda. Esok kabar tersebut sudah bisa Anda terima. Saya permisi dulu, jika butuh sesuatu panggil saja saya.” Kris keluar setelah berpamitan.
Yesica tertidur dengan lelap karena lelah setelah menangis, wajah polosnya bagaikan bayi yang menenangkan bagi Devano, entah sadar atau tidak Devano tersenyum kala mengusap kepala gadis kecil nan ayu tersebut.
“Wajahmu menyimpan kesedihan yang begitu dalam, terlihat sangat tertekan dan ingin memberontak tapi tak bisa kau lakukan, mungkin kau sedang melindungi sesuatu,” gumamnya menebak apa yang dirasakan oleh Yesica.
Setelah puas memandang wajah Yesica dan menebak apa yang dirasakan oleh gadis itu, Devano menuju kamar mandinya untuk membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket. Begitu segar kembali, ia memutuskan untuk segera beristirahat, ia merebahkan tubuhnya di samping Yesica kemudian terlelap.
Pagi hari, Yesica membuka matanya, ia mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali karena merasa ada yang aneh. Ia melihat sesosok pria tampan yang selalu ditemaninya minum sedang terlelap di hadapannya saat ini, ia berpikir ini adalah mimpi jadi Yesica hanya tersenyum saja karena memang raganya belum sepenuhnya sadar.
“Apakah sudah puas memandangnya?” seketika Yesica terkejut saat sadar kalau itu bukanlah mimpi, ia langsung bangun dari pembaringannya dan melihat sekelilingnya.
“Di mana aku?” tanyanya pada diri sendiri.
“Dikamarku.” Devano sengaja menjawab pertanyaan yang sebenarnya bukan untuknya.
“AH, MESUM!” pekik Yesika yang langsung menutup wajahnya kala Devano bangun tanpa menggunakan pakaian atas dan hanya menggunakan celana kolor saja, Devano hanya tersenyum tipis melihat tingkah gadis kecil yang menutupi wajahnya dengan kedua tangannya tapi masih mencuri lihat.
Di saat Yesica memekik kebetulan Kris sudah berada di depan pintu, ia langsung masuk untuk mengetahui apa yang terjadi.
“Jika ingin terus melihat, lihat saja tak perlu kau tutupi, karena percuma juga kau tutupi tapi kau mengintip juga. Buka saja tanganmu itu lebih baik,” ucapnya yang dengan santai berjalan menuju kamar mandi. Yesica yang ketahuan mengintip langsung menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya membuat Devano terkekeh saat ia sudah berada di depan pintu kamar mandi, tapi Kris menyadari hal itu.
‘Ternyata Anda sangat suka menggodanya, Tuan. Apakah Anda mulai tertarik pada gadis kecil ini? Jika ia maka saya akan membantu Anda untuk mencari tahu semua tentangnya, bahkan hal terkecil sekalipun akan saya dapatkan info tentang gadis kecil ini,’ batin Kris yang melihat tingkah aneh pada Bosnya pagi ini. Kris berjalan menuju walk in closet untuk menyiapkan pakaian untuk Bosnya.
Selesai mandi, Devano langsung mengenakan pakaiannya dibantu oleh Kris, sudah menjadi kebiasaan bagi Kris untuk membantu segala hal yang dilakukan oleh Devano.
“Mau sampai kapan kau terus bergumul dalam selimut? Apakah kau tak akan mandi?” tanya Devano yang sudah selesai dengan berpakaiannya.
Davina membuka selimutnya dan melihat pada Devano yang sudah rapi, terlihat begitu tampan, berkarismatik, cool dan juga bermartabat, wanita yang mendapatkannya pasti akan sangat beruntung, pikir Yesica.
“Apakah belum puas juga memandangiku?” lagi-lagi ucapan Devano membuat dirinya gugup dan salah tingkah.
“Ah maaf, Tuan muda. Saya akan segera bangun dan membereskan tempat tidur Anda.” Yesica bangun dan berniat membereskan tempat tidur milik Devano.
“Tak perlu, Kris akan melakukannya nanti,” cegah Devano.
“Tapi, Tuan.”
“Lebih baik kau mandi, setelah itu turun ke bawah, aku akan menunggumu di meja makan.” Devano pergi setelah berkata demikian.
Yesica bergegas pergi ke kamar mandi, ia membersihkan tubuhnya yang memang sangat lengket.
“Astaga, aku harus pakai apa?” Yesica menepuk dahinya karena bingung memakai pakaian apa.
3 sahabat yang sudah menemukan kebahagiaan nya.