NovelToon NovelToon
Takdir Dunia Lain

Takdir Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Isekai / Barat
Popularitas:392
Nilai: 5
Nama Author: The rull 2

Rull adalah seorang pemuda yang kehidupannya diwarnai oleh tragedi, kehilangan, dan pencarian jati diri. Ditinggal mati oleh ibunya yang merupakan satu-satunya keluarga yang ia miliki, Rull tumbuh dengan hati yang penuh luka. Kehilangan itu membuatnya jatuh dalam keputusasaan, meragukan tujuan hidupnya dan merasa terasing dari dunia di sekitarnya.

Namun, segalanya berubah ketika ia menemukan dirinya di dunia asing setelah sebuah peristiwa aneh. Dunia baru ini, penuh dengan keajaiban dan bahaya, memaksa Rull untuk menghadapi ketakutan terbesarnya dan menggali kekuatan yang tersembunyi dalam dirinya. Rull mulai memahami bahwa dirinya memiliki peran besar dalam menentukan takdir dunia ini, dan mencari kebenaran diambang kebohongan.

Note :

Cerita ini merupakan revisi novel "Reincarnation In A Fantasy World" Aku tidak bisa melanjutkan novel itu Dikarenakan akun tersebut (The rull) hilang karena hilangnya hp aku beserta akun-akun nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The rull 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arc Irdlia Bab 16 : Harga Sebuah Kebebasan

Perlahan-lahan, es mulai menjalar di tangan Arendelle.

"Hah? Tidak… Ibu, tanganmu!" seru Tsaritsa panik

Arendelle tersenyum lemah, meski rasa sakit mulai menjalar dari jemarinya ke lengan.

"Tidak apa-apa... Yang penting, aku bisa menyentuh wajah putriku yang lembut ini..."

Namun, sebelum ia bisa mengatakan lebih banyak, tubuhnya melemah. Matanya perlahan tertutup, dan ia terjatuh ke lantai.

"Ibu! Ibu!!"

Tsaritsa berteriak panik, tangannya gemetar.

"Pelayan! Tolong!!"

Pintu kamar terbuka dengan cepat. Seorang pelayan masuk dan terkejut melihat kondisi Arendelle yang tergeletak tak sadarkan diri, dengan tangan yang sebagian membeku.

"Astaga... Yang Mulia Ratu!"

"Tolong bantu Ibu! Dia terluka dan tangannya membeku!"

Pelayan segera mendekati Arendelle dan memeriksa kondisinya.

"Kami akan membawa Yang Mulia Ratu ke ruang perawatan, Tuan Putri. Mohon tetap berada di sini."

Sebelum Tsaritsa bisa protes, pelayan lain masuk dan dengan sigap mengangkat tubuh Arendelle, membawanya keluar dari kamar.

"Tunggu! Aku ingin melihat kondisi Ibu!"

Namun, pelayan menutup dan mengunci pintu kamar Tsaritsa dari luar.

"Tolong, izinkan aku melihat Ibu!"

Tsaritsa menghampiri pintu dan mengetuknya dengan cemas. Tapi tak ada jawaban.

Ruangan kembali sunyi.

Dengan langkah gontai, Tsaritsa berjalan ke tempat tidurnya. Ia duduk di sana, memeluk lututnya sendiri.

Sekali lagi, ia dikelilingi oleh kesepian.

Ia hanya bisa menunggu… menunggu kabar tentang kondisi ibunya

...----------------...

1 Minggu Kemudian

Rull terus berlatih tanpa henti dari pagi hingga malam selama seminggu. Selama itu, ia berhasil menguasai beberapa teknik dasar bertarung dan cara menggunakan pedang dengan benar.

"Oke, latihannya cukup sampai sini. Bagaimana, Rull? Apa kau sudah mulai terbiasa?" tanya Blade

"Ya, aku sudah banyak menebas batang kayu. Tapi... apakah itu cukup?"

"Baiklah, ayo kita pulang. Hari sudah larut."

"Kau duluan saja, Blade. Aku ingin menikmati pemandangan senja ini sebentar lagi."

"Terserah. Jangan lama-lama."

Ia pun berjalan menjauh meninggalkan Rull sendirian.

Rull menatap langit yang mulai berubah warna menjadi oranye keemasan.

"Apakah latihan pedang ini cukup...? Melihat kekuatan pendekar pedang sejati, apa aku benar-benar bisa melakukannya? Mengeluarkan elemen angin... seperti saat Ajax menyerangku..." gumamnya

Tiba-tiba, suara seseorang terdengar dari sampingnya.

"Kau sudah selesai berlatih?"

"Hah? HAAA!!" Kau mengejutkanku!"

Di sampingnya, Arlecchino berdiri dengan ekspresi datar, menatap matahari yang hampir tenggelam.

"Lihatlah pemandangan itu, Apakah suatu hari nanti kita bisa melihat pemandangan yang sama lagi?"

"Apa maksudmu?"

"Saat Yang Mulia Ratu jatuh sakit, istana menerima surat misterius."

"Apa...? Ratu sakit? Bagaimana bisa terjadi?"

"Karena beliau memaksa diri untuk menyentuh Putri Tsaritsa. Tangannya sebagian membeku... dan denyut jantungnya melemah."

Rull terdiam, hatinya mencelos. Ia langsung teringat perkataan Ratu Arendelle tentang keinginannya untuk merawat Tsaritsa dengan penuh kasih sayang, tanpa ada batasan di antara mereka.

Arlecchino menatap Rull dengan serius.

"Surat itu bukan surat biasa. Ini peringatan... atau lebih tepatnya ancaman dari Demous, dia akan kembali dan mengutuk tempat ini."

Rull tetap diam, tatapannya masih terpaku pada matahari yang hampir tenggelam di ufuk barat. Angin sore berhembus pelan, menggoyangkan dedaunan pohon beringin di belakang mereka.

Melihat Rull tak bereaksi, Arlecchino perlahan melangkah pergi. Namun, sebelum ia benar-benar menjauh, suara Rull tiba-tiba terdengar.

"Lihatlah burung itu," ucapnya, menunjuk seekor burung yang terbang di langit senja.

Arlecchino menghentikan langkahnya dan mengikuti arah pandangan Rull.

"Burung itu terbang bebas seperti angin. Tapi di balik kebebasan itu, ada rintangan yang harus ia hadapi. Ia harus mencari makan, menemukan tempat tinggal, dan berlindung dari pemangsa. Sama seperti kita. Jika ingin kebebasan, kita harus melewati berbagai rintangan. Kebebasan itu tidak diberikan begitu saja—kita harus memperjuangkannya."

Arlecchino terdiam. Kata-kata itu...

Ia teringat kembali ucapan Jenderal Martiz:

"Hiduplah seperti api dan angin, maka kau akan mendapatkan semua jawabannya."

Kini, ia menyadari maknanya. Jawaban itu ada di depan matanya.

Untuk pertama kalinya, Arlecchino menatap Rull dengan penuh ketertarikan.

Rull menatap langit yang mulai gelap, angin malam berhembus pelan, membawa ketenangan di tengah pikirannya yang dipenuhi tekad dan keraguan.

"Bagaimana kau akan melewati semua masalah ini?" tanya Arlecchino

"Dengan tekad yang kuat. Aku berjanji kepada diriku sendiri untuk mencari kebenaran dalam hidupku, bahkan jika aku harus melewati berbagai rintangan berat sekalipun. Aku tidak tahu bagaimana atau kapan, tapi aku akan terus maju."

"Apa kau benar-benar bisa melindungi tempat ini?"

Rull terdiam sejenak. Ia merasa dikelilingi oleh begitu banyak kebingungan—tentang dirinya, tentang tujuannya, tentang nasib Clathria dan Irdlia. Namun, untuk pertama kalinya, ia merasa ada satu jawaban yang jelas di dalam hatinya.

"Sudah terjawab alasan aku ditakdirkan datang ke tanah ini... Untuk membawa harapan."

Arlecchino terdiam. Kata-kata itu membuatnya merenung.

Setelah beberapa saat, ia bangkit dan membalikkan badan.

"Kalau begitu, mohon kerja samanya untuk melindungi tanah air ini." ucapnya singkat sebelum berjalan pergi

Rull pulang dan kembali ke kamarnya setelah seharian penuh latihan. Ia duduk di tepi ranjang, menatap Black Iron.

"Hanya ini kekuatan yang aku miliki... Apakah aku benar-benar bisa melindungi tempat ini hanya dengan ini saja?" gumamnya pelan

Kebimbangan masih menyelimuti pikirannya. Namun, kelelahan akhirnya membuatnya terlelap.

...----------------...

Tiba-tiba, Rull terbangun dalam kegelapan.

"Hah...? Di mana aku?"

Di sekelilingnya hanya ada kehampaan. Tidak ada tanah di bawah kakinya, tidak ada langit di atasnya—hanya kegelapan tanpa batas.

"Ini mimpi?"

Namun, sebelum ia sempat memahami situasinya, sesosok bayangan berzirah muncul dari kegelapan, perlahan berjalan menghampirinya.

"Siapa kau? Apa kau Demous? Jangan mendekat!" Rull mundur dengan waspada

Bayangan itu berhenti, lalu berbisik dengan suara yang berat dan bergema.

"Tuanku... Shadow Army..."

Seketika, Rull tersentak bangun. Napasnya tersengal.

"Hah... hah... hah... Mimpi apa itu barusan?"

Ia menatap sekeliling kamarnya, memastikan bahwa ia sudah kembali ke dunia nyata.

Pagi telah tiba. Namun sebelum ia bisa menenangkan pikirannya, terdengar suara keributan dari luar.

...****************...

"Maaf telah mengganggu anda, nona muda. Apa benar pemuda berjaket merah tinggal di sini?"

Suara tegas seorang prajurit terdengar dari depan rumah.

Lisa, yang sedang membersihkan meja, menatap mereka dengan tajam.

"Kalau iya, memangnya kenapa? Kalian ini tidak sopan masuk rumah orang sembarangan!"

Rull keluar dari kamar dan menghampiri mereka.

"Lisa, ada apa?"

Salah satu prajurit menatapnya dan berkata dengan hormat.

"Pemuda berjaket merah, Anda diminta untuk menghadap ke Ratu. Beliau ingin berbicara penting dengan Anda."

"Ratu Arendelle...? Jadi beliau sudah membaik?"

Tanpa berpikir panjang, ia menoleh ke Lisa.

"Lisa, maaf, aku harus pergi."

Lisa hanya bisa melihat Rull pergi bersama para prajurit.

"Hah... Sejak kapan Rull berurusan dengan Ratu?" gumamnya bingung

......................

Rull mendapatkan sebuah bisikan misterius yang memintanya untuk membangkitkan Shadow Army.

Jika ada kesalahan typo atau sulit dimengerti silahkan komentar saja.

Terimakasih sudah membaca 🙏

1
Alexo. ID
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Lia_Vicuña
Wah, kepala otakmu pasti kreatif banget, thor!
Gió mùa hạ
pembukaannya seru banget, bikin gue langsung tertarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!