One Piece Raja Bajak Laut Dengan System Kapten

Andi terdiam, Matanya terpaku pada layar sistem yang muncul tiba-tiba di hadapannya, suara peringatan berputar dalam benaknya, dan jantungnya berdegup semakin cepat, Rasanya seperti dunia berhenti sejenak, memberi waktu untuk memikirkan setiap detik yang akan datang.

Pilihan yang ada di hadapannya bukan sekadar pilihan biasa. Ini adalah penentu arah hidupnya sebuah keputusan yang bisa mengubah segalanya.

"Apakah ini yang dikatakan sistem? Pilihan yang akan menentukan masa depanku?" bisik Andi dalam hati.

merasa terjebak di antara dua dunia yang berbeda, Keputusan ini bukan hanya tentang kekuatan, tetapi juga tentang siapa dirinya kelak.

Di hadapannya, muncul tiga kemampuan yang tersedia. Semua pilihan itu tampak menggoda, penuh potensi luar biasa, namun Andi tahu bahwa dia hanya bisa memilih satu.

Tidak ada jalan kembali, Tidak ada pilihan lain, Hanya satu kemampuan yang bisa ia ambil, dan itu akan menentukan bagaimana ia akan bertarung dan bertahan hidup di dunia one piece yang penuh bahaya ini.

Pilihan pertama adalah Memotong Besi, Andi teringat akan kisah Zoro kru topi jerami yang mengalahkan Daz Bones di alabasta, seorang pria dengan tubuh baja. Kemampuan itu memungkinkan pemiliknya untuk memotong besi dengan mudah, sekuat apapun itu.

Namun, Andi sadar bahwa meski teknik ini luar biasa, dia bukanlah seorang pendekar pedang berpengalaman seperti Zoro yang sudah melampaui banyak tantangan sebelum mencapai level itu, sedangkan Andi, di sisi lain, masih seorang pemula, dan meskipun pedang itu menarik, rasanya masih terlalu jauh untuknya.

Kemudian matanya beralih ke pilihan kedua, Tebasan Terbang. Kemampuan yang sangat mengesankan—serangan jarak jauh yang sangat kuat, mampu memotong gunung, bahkan pulau sekalipun. Jika Andi memilih ini, dia akan memiliki kemampuan untuk menyerang dari jarak jauh dengan kecepatan luar biasa. Namun, setelah merenung sejenak, ia tahu ini bukan jalan yang tepat untuknya. Serangan jarak jauh tidak berguna jika musuhnya bisa bergerak lebih cepat. Andi bukanlah seorang penembak jitu, dan untuk saat ini, ia merasa bahwa kemampuan ini tidak akan banyak membantunya dalam pertempuran nyata.

Lalu, matanya tertuju pada pilihan ketiga : Kecepatan Tuhan. Dalam sekejap, hati Andi berdegup lebih cepat. Kecepatan. Kecepatan adalah kunci untuk bertahan hidup di dunia ini. Kecepatan lebih dari sekadar kemampuan fisik. Ini adalah kemampuan untuk mengendalikan waktu, untuk berada selangkah lebih maju daripada lawan. Andi tahu bahwa dalam dunia yang penuh dengan kekuatan luar biasa ini, kecepatan bisa menjadi pembeda antara hidup dan mati. Tanpa senjata berat atau kemampuan fisik yang menonjol, kecepatan adalah kemampuan yang tak ternilai.

Andi menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Seiring dengan suara peringatan dalam pikirannya, ia merenung.

"Aku tidak membutuhkan kekuatan fisik yang lebih besar sekarang. Musuhku bukanlah orang yang mengandalkan senjata berat atau kekuatan fisik luar biasa. Kecepatan adalah jawabannya."

Keputusan itu, meskipun terasa berat, datang begitu jelas. Ia tahu bahwa kecepatan adalah yang paling dibutuhkannya.

Dengan tekad yang semakin bulat, Andi menekan pilihan itu Kecepatan Tuhan, Begitu keputusan itu diambil, tubuhnya terasa panas, sangat panas. Suhu yang meningkat dengan cepat menyelimuti kulitnya, membuatnya merasa seperti dibakar oleh api yang tak terlihat. Namun, rasa panas itu bukanlah rasa sakit, Itu adalah tanda perubahan besar yang sedang terjadi.

Otot-ototnya meregang dan mengencang, tubuhnya tumbuh lebih ramping dan lebih kuat. Ia bisa merasakan kekuatan mengalir ke setiap inci tubuhnya, seolah-olah tubuhnya sedang dibentuk ulang.

Seiring dengan perubahan itu, suhu tubuhnya mulai kembali normal.

Andi membuka matanya, dan dunia di sekitarnya terasa berbeda. Sesuatu yang aneh terjadi—waktu seperti melambat. Daun-daun yang berguguran di kejauhan bergerak begitu lambat, seakan-akan segala sesuatu yang ada di sekitar sangat terdistorsi oleh kecepatan persepsi barunya. Ia bisa melihat setiap detail yang sebelumnya terlewatkan.

Gerakan ombak di lautan, bahkan suara angin yang sepertinya berbisik di telinganya, terasa begitu jelas. Bahkan seekor nyamuk yang melayang di depannya tampak bergerak dalam waktu yang sangat lambat. Sayapnya yang bergetar tampak seperti gerakan yang terekam dalam gerak lambat.

"Bukan dunia yang melambat, tapi persepsiku yang semakin tajam," bisik Andi, terkejut oleh perubahan yang terjadi pada dirinya.

Setiap detik terasa begitu penuh makna, setiap gerakan terlihat lebih jelas. Ia merasa seolah-olah bisa mengendalikan waktu, meski itu hanya untuk sekejap.

Tanpa berpikir panjang, Andi mengeluarkan pedangnya. Gerakannya begitu cepat, hampir tak terlihat oleh mata biasa. Dalam sekejap, nyamuk yang melayang di depannya terbelah dua. Tubuhnya jatuh ke tanah, sayapnya patah dan tertiup angin.

Andi terdiam, menatap pedangnya yang masih terhunus. Ia tak bisa percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Kecepatan itu—begitu luar biasa.

"Ini… terlalu cepat. Aku bahkan tidak menyadari pergerakan tubuhku sendiri," gumamnya pelan. Seolah-olah segala sesuatu yang terjadi begitu instan, begitu sempurna, Semua perhitungan yang sebelumnya terasa rumit kini tampak begitu jelas.

Kemudian, tanpa ragu, Andi melemparkan batu kecil ke udara. Dalam sekejap, batu itu pecah menjadi puluhan keping kecil yang sangat halus, seperti serpihan kaca yang tajam. Andi memandangi hasil kerjanya dengan perasaan yang campur aduk. Kecepatan itu, tidak hanya untuk membunuh musuh, tetapi untuk mengendalikan dunia sekelilingnya.

"Kecepatan ini… sudah seperti senapan ringan," pikir Andi,

Semangatnya semakin berkobar. "Dengan kecepatan ini, aku bisa menghadapi siapapun yang ada di hadapanku!"

Namun, di balik semangat itu, ada satu perasaan yang terus menghantui—apakah ini semua? Apakah tubuhnya sudah mencapai batasnya?

Meski tubuhnya sudah berubah drastis, Andi merasa ada lebih banyak yang bisa ia raih. Potensi tubuhnya masih belum digali sepenuhnya. Kecepatan ini hanya permulaan.

Ia merasa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang menunggu di depan. Dengan keyakinan yang semakin kuat, ia menatap ke masa depan. "Kecepatan ini… hanya permulaan untuk Aku akan menjadi lebih cepat lagi."

*Bersambung*