Anya terpaksa harus menjadi istri kedua seorang pengusaha kaya raya yang bernama Axello Richandra atas permintaan istrinya, Hellencia yang tidak bisa memiliki anak, alias mandul.
Demi mendapatkan uang biaya perawatan ayahnya yang masih koma di ruang ICU dan menebus kesalahannya yang meraup banyak kerugian, Anya pun menjalankan perannya sebagai istri muda Axello yang selalu acuh dan bersikap dingin terhadapnya.
Bisakah Anya memenuhi permintaan Hellencia untuk mengandung anak dari Axello dengan sikap Axello yang sangat dingin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Percikan Api Rindu
Tepat saat jam makan siang tiba, Axel sudah berada di hotel tempat ia menginap dan bergegas menuju ke kamar. Sayangnya, sesampainya di kamar ia tidak menemukan Anya sama sekali.
Bahkan semuanya tampak kosong dan memperlihatkan bahwa Anya sedang tidak ada di sana. Dengan cekatan Axel pun segera menghubungi Hellen untuk memberi tahukan dimana Anya pergi selepas mendapat pakaian darinya.
Hellen yang kini tengah menemani Cintia bekerja di butiknya pun langsung menjawab panggilan dari Axel.
“Halo, Ada apa Mas?” tanya Hellen di ujung panggilan. Dia memang anti memanggil sayang jika sedang berada di dekat Cintia.
“Kenapa Anya tidak ada di hotel?” tanya Axel dengan ketus.
“Oh, aku memang sedang memberinya kebebasan untuk menjenguk papanya di rumah sakit. Lagi pula dia sedang datang bulang kan?” jawab Hellen membuat Axel mengusap wajahnya kasar.
“Kalau begitu berikan aku nomor ponselnya!” pinta Axel yang entah kenapa sangat ingin menemui istri mudanya itu.
“Untuk apa?”
“Aku hanya ingin menghukumnya karena sudah melalaikan sesuatu. Harusnya dia memasak makan siang untukku karena sudah membakar dapur di restoran!” jawab Axel yang sudah terdengar begitu gusar.
“Ups! Aku lupa untuk menambahkan peraturan itu untuk Anya. Baiklah, sebentar lagi akan aku kirimkan nomor ponsel Anya!” balas Hellen yang langsung mematikan panggilannya secara sepihak.
Setelah mendapatkan nomor ponsel Anya dan informasi dari Hellen dimana papanya tengah dirawat, Axel hanya menimbang-nimbang ponselnya.
“Emmhh, aku telfon atau aku datangi saja ke rumah sakit ya?” gumam Axel yang masih jual mahal untuk menghubungi Anya.
“Jika aku telfon, aku justru mengganggunya yang sedang menunggu papanya di rumah sakit. Hemm, lebih baik aku mencari makan di restoran bawah saja!”
Axel pun kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya dan bergegas meninggalkan kamar.
Kini Axel menikmati makan siangnya di restoran hotel. Namun, ingatannya sama sekali tidak bisa lepas dari Anya. Bayangan Anya kini sudah menjadi sebuah virus yang terus saja mengganggu pikirannya.
Akhirnya Axel memutuskan untuk menghubungi Anya untuk mengetahui sedang apa dia di sana.
💞💞💞
Sedangkan Anya yang saat ini sedang makan siang dengan Dokter Firman, sama sekali tidak mengetahui jika ada panggilan masuk di ponselnya karena memang sengaja tidak diaktifkan nada deringnya.
“Dokter Firman, apa saya boleh tahu siapa tante yang kemarin datang menjenguk papa?” tanya Anya sambil menikmati makan siangnya.
“Emmh, kalau tidak salah Namanya, Hellencia! Tante kamu kan?” jawab Dokter Firman.
“Oooh, itu istri bos saya. Saya biasa memanggilnya dengan sebutan Miss Hellen!” balas Anya. “By the way, terima kasih banyak sudah banyak membantu saya selama ini!”
“Sama-sama Anya! Saya turut merasa gembira melihat perkembangan Kesehatan papa kamu.”
“Oh iya dokter, kira-kira berapa lama lagi papa saya bisa pulang ke rumah?”
Pertanyaan Anya kali ini membuat Dokter Firman bimbang menjawabnya. Hampir dua bulan ia mengenal Anya, ada rasa ketertarikan yang begitu besar terhadap Anya yang sangat Tangguh menghadapi masalah beruntun yang menimpanya.
Awalnya Dokter Firman merasa iba, namun lambat laun rasa iba itu berganti dengan simpati yang besar dan mengagumi kepribadian Anya lebih dalam lagi.
Mulai saat Anya harus kehilangan mamanya, sampai menunggu papanya yang terbaring dalam keadaan koma, dokter Firmanlah yang selalu ada di samping Anya.
Sayangnya karena usia yang terpaut jauh dan statusnya yang kini masih di ambang perceraian membuat Dokter Firman belum bisa mengemukakan perasaannya terhadap Anya.
“Dokter!” panggil Anya membuyarkan lamunan Dokter Firman. “Apa papa masih harus dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama?” Anya kembali mengulangi pertanyaannya.
“Emm, semua tergantung bagaimana kondisinya, Anya! Jika berangsur-angsur baik dan pulih, bisa jadi tidak sampai dua minggu, ia sudah bisa pulang ke rumah!” jelas Dokter Firman.
“Syukurlah! Sekali terima kasih banyak bantuannya dokter!” ucap Anya dengan raut wajah yang sangat gembira.
“Oh. Iya, apa ponselmu sedang dalam mode dering? Sejak tadi aku merasa ada yang bergetar di dalam tasmu!” tanya Dokter Firman.
Anya pun langsung meletakkan sendoknya dan mengambil ponsel yang tersimpan di dalam tasnya. Benar, ada 12 panggilan tidak terjawab yang terpampang di layar ponselnya.
“Iya, ada telfon tapi dari nomor yang tidak dikenal!” gumam Anya sambil meletakkan kembali ponselnya di atas meja.
Tak lama kemudian ponselnya kembali bergetar dan Anya langsung menjawab panggilan yang masuk ke dalam ponselnya.
“Halo, selamat siang!” sapa Anya dengan suara yang sangat lembut.
“Kamu dimana, hah?!” gertak Axel dengan suaranya yang begitu memekakkan telinga Anya.
Anya yang sangat terkejut langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya. “Aku telfon sampai udah puluhan kali baru kamu angkat!”
“Emm, dokter Firman, saya pamit angkat telfon sebentar yaa!” ucap Anya sambil mencari tempat yang sedikit sepi untuk menjawab pertanyaan Axel.
Sedangkan Axel yang mendengar Anya menyebut nama Dokter Firman pun seketika hatinya langsung memanas.
“Halo Pak Axel, bapak baru telfon saya sebanyak tiga belas kali loh. Mana mungkin bisa dikatakan puluhan kali!” jawab Anya yang sudah menepi di taman yang ada di dekat kantin.
“Saya dapat izin dari Miss Hellen untuk menjenguk Papa di Rumah Sakit!” lanjut Anya lagi.
“Aku sudah tahu dan itu bukan jawaban yang aku inginkan. Sekarang katakan kamu sedang berada dimana bersama dokter Firman?”
“Lagi di kantin, pak! Makan siang!” jawab Anya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
“Bisa-bisanya kamu makan siang dengan laki-laki lain dan membiarkan aku kelaparan. Apa kau tidak memiliki rasa bertanggung jawab sedikit pun karena kebakaran dapur restoran, Anya! Gara-gara kamu, jadwal makan siangku jadi berantakan!” Hardik Axel yang sudah sangat terbakar emosi.
“Ups! Maafkan saya, pak. Saya benar-benar minta maaf. Saya berjanji akan membuatkan menu spesial untuk makan siang anda besok!” ucap Anya yang mulai merasa bersalah.
“Karena kelalaian mu kali ini, kau harus membuatkan makan siang selama satu tahun. Tidak ada penolakan!” titah Axel yang langsung mematikan panggilannya.
“Huft! Dasar bos aneh! Kalo Cuma sekedar makan siang kan masih bisa delivery ke kantor. Ribet amat jadi orang!” gerutu Anya kesal sambil menyimpan kembali ponselnya dan menuju ke meja makan yang tadi ia tinggalkan.
Tampak Dokter Firman masih setia duduk di sana dan menunggunya.
“Maaf ya dokter, jadi nunggu lama. Dokter kalo mau balik kerja silahkan aja. Nanti makan siangnya biar saya yang bayar!” ucap Anya yang merasa tidak enak dengan Dokter Firman.
“Tidak masalah, Anya. Lagi pula saya juga sudah meluangkan waktu siang ini khusus untuk menemani kamu!” ucap Dokter Firman.
“Wah, saya jadi terbang nih. Untung aja dokter udah nikah. Kalo belum, sayap saya bisa ngacir kemana-mana!” balas Anya membuat dokter Firman terkekeh pelan.
“Bisa aja kamu! Memangnya kalo saya single kamu bakal mau jadi pacar saya?” tanya Dokter Firman sambil kembali menikmati makan siangnya.
“Yaelah dokter, hanya Wanita bodoh yang menolak pesona ketampanan Dokter Firman!” balas Anya membuat Dokter Firman mengulum senyumannya.
“Kalo saya duda gimana?” lanjut dokter Firman lagi.
“Jadi duda keren dong, ngalahin perjaka!” balas Anya lagi dan mereka pun akhirnya tertawa bersama-sama.
‘Kalau begitu, aku harus segera mengurus perceraian dengan istriku. Jika tidak, aku akan kehilangan Anya selamanya!’ gumam Dokter Firman dalam hati.