NovelToon NovelToon
PRIA 2MILIAR DAN SEBUAH HATI

PRIA 2MILIAR DAN SEBUAH HATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Mafia / Balas Dendam / Beda Usia
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Little Fox_wdyrskwt

Liam, seorang DJ tampan di sebuah diskotik mewah, terperangkap dalam lingkaran setan. Ia dipaksa menjadi "pria bayaran" oleh Mr. Ricardo, pemilik diskotik yang kejam. Liam terpaksa menerima tip dari para wanita kaya, meski hatinya menolak. Ia berusaha bebas, namun ancaman Mr. Ricardo dan desakan teman-temannya membuatnya terjebak. Suatu malam, Amanda, seorang wanita muda kaya raya yang sering berkunjung ke diskotik tersebut, tertarik pada Liam. Amanda terbiasa mendapatkan apa saja yang diinginkannya dengan uangnya, namun Liam berbeda. Liam tidak tertarik pada uang Amanda, dan ini justru membuat Amanda semakin tertarik padanya. Amanda menawarkan Liam uang sebesar dua miliar rupiah untuk menjadi miliknya. Tawaran ini menjadi titik balik dalam hidup Liam. Apakah Liam akan menerima tawaran Amanda dan bebas dari jeratan Mr. Ricardo? Atau akan ada konflik yang akan terjadi? Akankah cinta mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

༺ ༻ BAB 19 ༺ ༻

...✧༺♥༻✧...

...✧༺♥༻✧...

Di tengah amukannya, Mr. Ricardo tiba-tiba berucap, suaranya lemah dan terbata-bata."Liam kau lupa..." dengan suara gemetar dan amarah.

"Liam... kau tidak ingat siapa yang membantumu?"

" Yang menolongmu saat kau berusia 15 tahun? Kau tak ingat jasaku?" Liam menghentikan serangannya sejenak.

Ia menatap Ricardo dengan tajam. Ingatan masa lalunya muncul kembali. Ia mengingat sosok Ricardo yang pernah membantunya ketika ia masih kecil dan terlantar. Namun, ingatan itu tidak mengurangi amarahnya.

Liam mengangkat Ricardo, mencengkeram lehernya dengan erat. "Aku ingat," desis Liam, suaranya dingin dan keras.

"Tapi kau terus menyiksaku!" tatapan amarahnya begitu dalam penuh amarah.

"Kau menghancurkan hidupku!"suara semakin keras dan membentak.

Liam membawa Ricardo ke tepi gedung, tepat di pinggir tepi atap. Angin berhembus kencang, membuat tubuh Ricardo bergetar.

"kau takut bukan" ucap liam dengan tatapan dingin.

Ricardo berusaha berpegangan pada tangan Liam, agar tidak jatuh dari ketinggian.

"Kau... takut mati terjatuh dari sini, bukan?" tanya Liam, suaranya penuh dengan dendam.

Mata Liam semakin menyalah, membara dengan api kemarahan dan kebencian. Ia menatap Ricardo dengan tatapan yang sangat mematikan.

Namun Liam tidak menjatuhkan nya melainkan melemparkan Ricardo ke belakang dengan kasar. Tubuh Ricardo terbanting keras didinding gedung dan terjatuh ke lantai, namun ia masih sadar. Liam kemudian berjalan menjauh, meninggalkan Ricardo yang tak berdaya.

"Pria tua sepertimu seharusnya beristirahat, bukan menjerumuskan orang lain," kata Liam, suaranya dingin dan tenang. Amarahnya sudah mereda, diganti oleh rasa kecewa dan sedih.

"Kau memaksaku," lanjut Liam, suaranya sedikit gemetar.

"Kau menghancurkan hidupku. Kau menjadikan aku pria malam yang mengoda wanita kaya dan pria kaya di luar sana. Kau membiarkan aku dipakai sesuka hatimu!" Liam mengingat masa lalu yang pahit.

Masa lalu di mana ia dipaksa untuk melakukan hal-hal yang tidak ia inginkan. Masa lalu di mana ia diperlakukan seperti barang dagangan.

Ricardo berbaring tak berdaya di lantai, napasnya tersengal-sengal. Meskipun tubuhnya lemas dan sakit, niat jahat dan dendam masih bersemayam di dalam hatinya.

"Tunggu aku, Liam," gumamnya dengan suara lemah.

"Aku akan berbalas dendam untuk perlakuanmu ini!" Ia batuk keras, darah mengalir dari sudut bibirnya. Ia masih belum bisa berdiri, tubuhnya terlalu lemah dan pingsan.

"cih!... balas dendam" tatapan nya begitu tajam dan dingin meliha ricardo yang terbaring pingsan.

Liam menatap tajam anak buah Ricardo yang telah memukul Amanda. Pria itu mencoba melarikan diri, namun Liam dengan cepat mencengkeram lehernya. Tatapan Liam dingin dan kejam, tidak ada rasa kasihan sedikitpun.

"Tangan kotormu ini memukul kekasihku," desis Liam, suaranya keras dan mengancam.

Liam membawa pria itu ke tepi gedung, tepat di atas jurang yang dalam. "To-tolong... lepaskan aku... aku...aku...menyesal" ucap pria itu dengan ketakutan dan penyesalan.

Liam "Maaf... kau sudah melukainya dengan gampang kau ingin minta maaf.... BRENGSEK!!!!"

Ia menatap pria itu dengan tatapan yang mematikan. Tanpa ragu-ragu, Liam menjatuhkan pria itu ke bawah.

Tubuh pria itu jatuh dengan keras, menghantam tanah dengan suara yang menggelegar. Sebuah besi tua yang runcing menancap di dadanya.

...✧༺♥༻✧...

Liam hanya memandang dingin jenazah pria itu. Tidak ada rasa penyesalan sedikitpun di wajahnya. Ia kemudian kembali ke tempat Amanda terbaring pingsan. ia berlutut dan menangis menatap wajah amanda yang semakin pucat.

"Sayang... Bangun lah" Dengan hati-hati, ia menggendong Amanda dan membawanya keluar dari gedung yang suram itu.

Liam menggendong Amanda dengan hati-hati. "Amanda... bangunlah," bisiknya lirih, suaranya penuh kekhawatiran.

Namun, Amanda masih pingsan, tubuhnya lemas dan dingin. Air mata Liam mengalir di pipinya. Ia menangis karena kecemasan dan kesedihan. Ia tidak mau kehilangan Amanda.

Ia keluar dari gedung, langkahnya cepat dan tegas. Hujan deras turun dengan derasnya, membasahi tubuh Liam dan Amanda.

Angin bertiup kencang, menambah kesuraman suasana malam itu. Namun, Liam tidak peduli. Ia hanya fokus pada Amanda yang sedang pingsan di gendongannya.

"Sayang... kau akan baik-baik saja," gumam Liam, suaranya penuh dengan janji.

"Aku akan menyelamatkanmu." Ia menguncupkan Amanda lebih erat di pelukannya, memberikan rasa hangat dan kenyamanan di tengah hujan deras dan angin yang kencang.

Liam berjalan menuju rumah sakit terdekat, melewati jalan yang sepi dan gelap. Hujan deras terus mengurai, membasahi jalan dan membuat pandangan menjadi kabur.

Namun, Liam tidak menyerah. Ia terus melangkah, dengan tekad yang kuat untuk menyelamatkan Amanda.

...✧༺♥༻✧...

Liam terus melangkah, langkahnya tetap teguh meski hujan deras dan angin kencang terus menerjang. Tubuhnya basah kuyup, namun ia tidak peduli.

Yang penting adalah Amanda yang sedang pingsan di gendongannya. Ia berharap semoga Amanda bisa bertahan hingga ia sampai di rumah sakit.

Sesekali, ia menoleh ke bawah, melihat kondisi Amanda. Wajah Amanda pucat, bibirnya kering, dan napasnya terlihat sesak. Liam menguncupkan Amanda lebih erat di pelukannya, memberikan hangat dan rasa aman.

Setelah berjalan lama di tengah hujan deras, akhirnya Liam sampai di rumah sakit. Ia segera masuk dan meminta bantuan kepada para perawat. Para perawat dengan cepat membawa Amanda ke ruangan emergency.

"TOLONG.... KUMOHON....SELAMATKAN DIA" ia gelisah, tatapan nya kosong saat perawat membawa amanda keruangan.

ia merasa frustasi ia takut akan kehilangan amanda. ia takut akan keselamatan amanda. Liam menunggu dengan gelisah di ruangan tunggu.

Ia duduk di kursi yang basah dan dingin, menatap lantai dengan tatapan kosong. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan terburuk. Ia takut kehilangan Amanda.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya seorang dokter datang menemui Liam. Dokter itu menjelaskan kondisi Amanda.

Amanda mengalami luka di kepala dan kehilangan banyak darah. Namun, berkat perawatan yang cepat, kondisi Amanda sudah stabil.

Dokter itu kembali, wajahnya serius. Ia mengatakan sesuatu yang membuat hati Liam hancur.

"Berita buruknya, Nona Amanda koma." Kata-kata itu bergema di telinga Liam, membuat dunianya seakan runtuh.

Ia terpaku di tempat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia menatap dokter itu dengan tatapan kosong, otaknya berputar cepat mencari jalan keluar dari situasi ini.

Liam menunduk, air matanya mengalir deras membasahi wajahnya. Ia merasa dunianya gelap gulita. Ia merasakan rasa sakit yang menyiksa di hatinya. Ia tidak mau kehilangan Amanda. Ia mencintai Amanda lebih dari apapun.

Ia memegang tangan dokter itu dengan erat, suaranya gemetar ketika bertanya, "Apakah... apakah ada kemungkinan ia akan bangun?"

Dokter itu menjawab dengan nada lembut, "Kami akan melakukan yang terbaik. Namun, kami tidak bisa menjamin apapun. Kita harus bersabar dan berdoa."

Liam mengangguk lemah, matanya masih tertutup karena air mata. Ia duduk di kursi tunggu, menatap lantai dengan tatapan kosong.

Ia merasa lelah, badan dan hatinya sama-sama lelah. Ia hanya bisa berharap dan berdoa agar Amanda bisa bangun dari komanya.

...✧༺♥༻✧...

Di sisi lain, Mr. Ricardo terbaring lemah di sebuah tempat persembunyian. Luka-lukanya masih terasa perih. Anak buahnya, yang masih tersisa beberapa orang, dengan sigap membalut luka-luka Ricardo dengan kain dan perban.

Wajah Ricardo pucat pasi, napasnya tersengal-sengal. Ia merasa sakit di seluruh tubuhnya. Kekalahan yang dialaminya dari Liam memberikan rasa malu dan marah yang mendalam.

Meskipun luka-lukanya perih, mata Ricardo memancarkan api dendam. Ia tidak akan melepaskan Liam begitu saja.

Ia akan membalas dendam atas perlakuan Liam yang telah menghinanya. Ia berjanji akan membuat Liam menyesal atas semua yang telah ia lakukan.

"Siapkan segalanya," perintah Ricardo kepada anak buahnya, suaranya lemah tapi tegas.

"Kita akan membuat Liam menyesal. Kita akan membalas dendam!" Ia mengepalkan tangannya erat-erat, menahan rasa sakit yang menyiksa di tubuhnya. Api dendam di matanya semakin membara.

...✧༺♥༻✧...

...Bersambung.......

1
Iris
seruu lanjutkan author !!

terima kasih sudah mampir karyaku yaaa
Little Fox🦊_wdyrskwt
iyaa... padat penduduk disana wkwkwk kumuh bagi mereka yang tinggal disana
lilirina: mangat
total 1 replies
Nysa Yvonne
Ini mah nggak perkampungan kumuh kak, aku aja suka pemandangan nya, wkwkwk.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!