Hari-hari Kimeera di kampus yang bertemu Juan si tengil yang selalu punya seribu macam cara untuk membuat Kimeera merasa kesal dan marah padanya.
Apa akan berunjung cinta atau malah sebaliknya.
ikuti kisah Kimeera disini yah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibran Atharrazka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Aurora menatap wajah satu persatu anggota keluarganya yang terlihat muram.
"Hei ada apa dengan kalian?seperti baru ada badai besar saja"kata gadis itu sedikit bergurau.
"Ya badai besar dari masa lalu"jawab Anisa ketus melirik Karim yang duduk di sofa sudut ruangan dengan mata terpejam,namun Anisa tahu lelaki itu tidak sedang tidur.
"Badai masa lalu?astaga bunda itu istilah baru lagi yah?update sekali bundaku ini"kata Aurora yang terlihat lebih bersemangat setelah pulang kembali kerumah.
"Aurora!bunda serius kamu tidak tahu apa yang baru saja terjadi tadi!"sentak Aluna kesal pada adiknya itu.
"Apa yang terjadi?seingatku tadi ada tiga orang tamu yang datang ingin berbicara serius dengan ayah.Memangnya apa yang terjadi?"ucap Aurora dengan wajah bingung.
"Yang datang tadi itu anak dari perempuan yang pernah menjadi istri ayahmu Aurora.Ayahmu sudah pernah menikah sebelum dengan bunda.Dan tadi anaknya datang untuk menghakimi ayah"kata Anisa dengan nada marah.
"Yang mana anak ayah?yang laki-laki atau perempuan?"tanya Aurora membuat Aluna menatapnya bingung.
Kenapa malah Aurora bertanya soal itu,seakan tidak merasa sakit hati sama sekali.
"Yang perempuan"jawab Aluna datar.
"Oh syukurlah,terus yang tampan rupawan itu suaminya atau siapanya?"tanya Aurora lagi membuat Aluna semakin bingung saja.
"Kami tidak tahu,kamu kenapa bersikap biasa saja seperti ini?seharusnya kamu kaget dan marah bukannya bersikap santai seolah ini hal biasa"kata Aluna dengan nada kesal.
"So,saya harus bagaimana kakak?itu semua sudah terjadi.Mau menangis meraung atau mengupdate ke sosial media sekalipun tidak akan merubah itu menjadi seperti yang kita mau.Percuma juga kita mau meratapi toh dia ada bahkan mungkin sebelum kita lahir di dunia.Intinya wajar saja dia marah sama ayah,kan dia anak ayah yang tak pernah ayah ingat"ujar Aurora membuat Karim membuka matanya menatap anak keduanya itu dengan sedikit tersenyum.
"Tapi itu sama saja ayah sudah berbohong sama kita!"sentak Aluna gusar.
"Ya,mungkin itu pilihan ayah"kata Aurora tetap bersikap santai.
"Jadi kamu memaklumi kesalahan ayah?"tanya Aluna tak percaya.
"Setiap orang pasti punya salah,memangnya kamu selalu benar selama hidupmu.Setidaknya kita pernah berbohong bukan?sudahlah tidak perlu menghakimi ayah lagi,toh tadi anaknya pasti sudah memarahi ayah bukan?"kata Aurora sambil tersenyum pada Karim yang hanya diam disana.
"Tapi,itu sangat memalukan?apa kata orang-orang jika mereka tahu kalau ayah sebenarnya sudah punya keluarga sebelum menikah dengan bunda?terus bunda akan di cap sebagai pelakor apa kamu tidak malu jika hal itu terjadi.Kamu tahu sendiri lingkungan kita seperti apa"kata Aluna lagi.
"Astaga kak Aluna sayang,kenapa memikirkan kata orang.Kita hidup bukan dengan kata orang tapi dengan makanan yang kita makan dan itu hasil dari kerja keras kita bukan hasil dengarin apa kata orang.Ah sudahlah saya mau istirahat sudah malam"kata Aurora lantas berlalu menuju kamarnya dengan gaya santai tanpa beban.
"Seharusnya kalian berpikir seperti Aurora,bukan malah marah seperti ini"kata Karim pelan.
"Tidak perlu membela diri,ayah sudah salah"kata Anisa tajam.
"Tapi itu hanya masa lalu"bantah Karim.
"Masa lalu yang membuat saya merasa sebagai perempuan jahat yang merebut kamu dari istrimu,kenapa ayah?kenapa?apa benar semua ucapan anak itu.Kamu mengejarku demi harta bukan karena cinta yang seperti dulu kamu bilang?!"sentak Anisa.
"Bukan seperti itu,saya tidak seperti itu.Saya mencintai kamu dan memang jatuh cinta padamu bukan karena harta atau kenyamanan hidup tapi memang karena hatiku sangat mencintai kamu.Apa belum cukup selama ini bukti rasa cintaku?"ujar Karim membuat Anisa membuang pandangan dengan gusar.
Aluna yang ada disana tampak salah tingkah.Itu adalah pertengkaran ayah dan bundanya.Dengan cepat Aluna bergegas pergi.
Biarlah mereka menyelesaikan hal itu berdua.Sebagai anak,Aluna cukup tahu batasan mana yang bisa ia campuri dan tidak.
"Lihat,Aluna merasa sangat syok mengetahui bahwa gadis itu anak kamu juga,mereka berdua pasti tidak akan siap jika harus berbagi kasih sayang dengan anak lain selain mereka"kata Anisa terdengar egois.
"Ya saya tahu,jadi apa masalahnya?Saya bahkan tidak pernah menemui anak itu sama sekali,bahkan jika dia tidak datang kemari apa saya pernah berpikir untuk menemuinya,jawabannya tidak Anisa.Saya sangat mencintai kamu dan anak-anak.Bukan dia atau ibunya"ucap Karim lantang.
"Saya tidak mau bertengkar,anggap saja anak itu tidak pernah datang kemari dan semua akan baik-baik saja seperti biasanya"sambung Karim lagi.
"Entahlah,saya mau sendiri dulu"kata Anisa berlalu pergi menuju kamar tidurnya.Wanita itu lantas masuk dan mengunci pintunya dari dalam agar Karim tidak masuk dan malah membuat perasaannya semakin berantakan saja.
Sementara Karim malah duduk termenung memikirkan ucapan Kim padanya.Tak bisa di pungkiri jika ucapan gadis itu mencubit hati.
"Khumaira"bisik Karim pelan membayangkan wajah dari wanita yang pernah sangat ia cintai.
Benar,dulu Karim dan Khumaira saling mencintai hingga memutuskan untuk menikah.Awal-awal pernikahan berjalan dengan begitu indah,sampai akhirnya Karim menerima tawaran pekerjaan di luar kota,yang mengharuskan dirinya jauh dari Khumaira sang istri.Lambat laun jarak menjadi pemisah dan parahnya kala itu Karim bertemu dengan Anisa anak dari bos tempat ia bekerja dan malah jatuh hati padanya.
Hari itu,Karim pulang namun bukan dengan tujuan untuk melepaskan rindu pada Khumaira yang tengah hamil muda namun malah meminta ijin untuk pergi bekerja dengan waktu yang lama.Awalnya Karim masih mengirim kabar namun seiring waktu ia menghilang begitu saja tanpa jejak,yang ternyata saat itu dia sudah berhasil menikahi Anisa yang juga jatuh cinta padanya.
Karim memejamkan matanya,Khumaira adalah perempuan yang lembut dan penurut,entah bagaimana bisa ia bangkit seperti sekarang ini yang jelas ada sedikit rasa sesal di hati Karim meninggalkan Khumaira,dan gadis dengan wajah marah padanya tadi adalah putrinya,darah daging yang tak pernah ia sentuh,lihat atau sekedar menanyakan kabarnya.
Karim bahkan tak sadar telah tertidur disana tanpa ada satupun yang menyadarinya.
Pagi menjelang...
Aurora keluar dengan penampilan yang sudah rapi,siap ke sekolah.
"Astaga Ayah kenapa tidur disini sih?"ucap Aurora melihat Karim masih di tempat yang sama ketika tadi malam Aurora tinggalkan.
"Bunda!"panggilnya membuat Anisa bergegas menghampiri gadis itu.
"Ada apa?kalau mau sarapan itu sudah ada di atas meja"kata Anisa dengan nada jengkel.
"Itu bisa saya lakukan sendiri bunda.Tapi kenapa bunda tidak meminta ayah pindah tidurnya.Walaupun ayah dan bunda sedang berselisih setidaknya biarkan ayah tidur dengan nyaman"kata Aurora.
"Jangan ikut campur Aurora,cepat kamu sarapan lalu pergi ke sekolah.Jangan membantah!"ucap Anisa tegas membuat Aurora bergegas pergi menuju meja makan sambil bersungut-sungut.
Anisa menoleh dan mendapati Karim sedang mengerjabkan matanya,terbangun dari tidurnya.
Mata keduanya saling bertatapan,namun dengan cepat Anisa melengos dan pergi dari sana.
Di meja makan Aluna dan Aurora sarapan dalam diam.Padahal biasanya mereka saling bertukar canda dan tawa,namun pagi ini terasa berbeda.
Karim datang dan ikut duduk sarapan.Mengabaikan wajah masam Anisa dan Aluna.
"Ayah,apa boleh sebentar setelah pulang sekolah saya pergi jalan-jalan ke kota?kalau ayah bersedia ayo kita pergi bersama-sama"kata Aurora sambil memasang senyum terbaiknya.
"Bisa daripada dirumah malah tidak di anggap sama sekali"sindir Karim membuat Anisa dan Aluna melotot tajam.
"Jangan marah,memang benarkan yang ayah bilang"kata Aurora membuat Anisa semakin kesal.