Ninja'S Storm

Aku tidak yakin kematian Yukio sudah lewat. Biasanya di novel lain saat tokoh utama merasa telah menang disaat itulah dia kalah. Apalagi pertarungan tadi tidak terasa terlalu mudah.

Ren sangat takut. Takut Yukio akan mati saat dirinya menurunkan pertahanan. Keberadaan gadis itu sangat penting untuk Ren Ren karena dia adalah first love-nya.

Namun di balik kekhawatiran itu, ada pula kelegaan karena Yukio saat ini berada di rumahnya, "Tapi harusnya Yukio aman sekarang. Tidak ada yang bisa menyentuhnya di markas besar keluarga Yuki. Aku harus tenang. Jangan panik. Raja iblis dan pasukan roh pendosa bahkan belum sampai di kaki pegunungan. Masih ada waktu," gumam Ren untuk menenangkan diri.

Bagaimana pun caranya aku harus melindungi Yukio. Meskipun dengan bertaruh nyawa! Aku sudah mengambil banyak hal dari Ren Ren meskipun itu tidak disengaja. Aku tidak boleh serakah, aku tidak boleh mengambil keuntungan dengan menggunakan identitas Ren Ren, apalagi merebut cinta pertamanya.

Ren tidak sadar kalau sedari tadi monolognya didengar oleh seorang penguntit yang punya jutsu unik pembaca pikiran.

Ninja nomor satu di akademi dan di angkatan 39 tampaknya ada hati dengan putri tunggal keluarga Yuki. Ini gosip yang sangat menarik untuk dibicarakan. Ucap penguntit itu sambil mengepalkan tangan penuh kemenangan.

Tidak lama kemudian, Ren sampai di depan kediaman Ketua Klan Naga Badai dan reflek melindungi matanya. Ren tidak pernah menyukai kilau yang dipantulkan dinding emas rumah itu ke matanya. Karena setiap kali disini mata Ren disorot cahaya—muncul warna asli dari pupil mata Ren.

"Akhh! Ini perasaanku saja, atau dinding logam mulia ini lebih cemerlang dari biasanya? Akan kuhancurkan dinding mengerikan ini sampai tidak berbentuk!"

Disaat yang sama, di balik dinding emas yang akan dihancurkan Ren—seorang siswi akademi ninja sedang menyusup untuk mencuri gulungan berharga dari perpustakaan pribadi ketua klan. Siswi/gadis ini bernama Zenin, dan dia suka sekali membuat onar. Bersama-sama mereka menjadi 'duo pembuat kekacauan' di akademi.

"Mumpung Ren tidak ada disini, aku bebas bermesraan dengan gulungan Ninjutsu yang ada. Duh duh, aku juga harus berterima kasih kepada nona Sakura, karena kemahirannya di kamar membuat Ketua Klan hampir tidak pernah datang ke perpustakaan lagi," gumam Zenin yang tersenyum centil.

Saat Zenin hampir berhasil meraih sebuah gulungan, muncul gulungan angin yang sangat kuat yang merobohkan tembok emas di hadapannya.

Zenin yang terkejut pun tidak sempat menghindar dan tertimpa tembok yang roboh, "KYAAAAAA! Serangan musuh! Serangan musuh!!"

Kaki Zenin terjepit reruntuhan tembok, sambil menjerit sekuat tenaga dia memanggil-manggil nama sahabat karibnya. "Ren! Ren! Dimana kau saat aku membutuhkanmu? Aku sangat—membutuhkanmu sekarang... "

"Aku ... Sebenarnya aku ... "

TUK

Ren menjitak dahi kecil Zenin. Gadis itu lalu menatap Ren dengan terkejut, "Ren ... Doaku terkabul," katanya dengan mata berkaca-kaca.

"Iya. Pas sekali aku sedang lewat di sekitar sini. Tapi aku tidak melihat orang yang meruntuhkan dinding dan menyakiti sahabat karibku," Tutur Ren dengan sandiwara yang mahir, "Tapi kau sedang apa disini Zenin? Kau tahu kan, ini kediaman ketua Klan. Kau akan dijadikan makanan anjing jika tertangkap. Aku tidak ingin melihatmu menderita," sambungnya dengan menambahkan rayuan maut.

Zenin, meskipun nakal dia tetaplah seorang wanita, dan wanita lemah terhadap pria tampan, begitupun sebaliknya, pria tidak akan kuat berhadapan dengan wanita cantik, Hehehe, kira-kira bagaimana reaksi Zenin saat tahu akulah yang menjatuhkan tembok ini. Dia pasti marah sekali. Zenin yang malang, kakinya sampai patah begitu.

Zenin meminta agar Ren melupakan dia pernah melihat Zenin di rumah ketua klan, dan juga meminta agar Ren mengantarkannya pulang. Sebagai gantinya Zenin akan meminjamkan salah satu koleksi langka keluarganya.

"Aku mau saja, tapi seperti yang kau tahu aku baru saja kembali dari misi. Jadi aku akan membawamu ke tabib ketua klan alih-alih membawamu pulang," terang Ren.

Setelah mengantar Zenin ke tabib, "Siswi Jay Zenin, aku tahu kau menyusup ke rumah ketua klan untuk suatu tujuan. Terlihat dari luka di kakimu yang memiliki serpihan emas di dalamnya. Aku akan mengeluarkannya hanya jika kau jujur kepadaku," kata tabib dengan tegas.

"Kau menipuku REN!!!!" Teriak Zenin yang mau tidak mau harus berurusan dengan orang-orang ketua Klan yang sangat ingin dia hindari.

Sedangkan Ren yang menjadi objek kemarahan Zenin tertawa lepas mendengar teriakan pilu kawannya. Senyum lebar tercetak di wajah tampannya setelah berhasil mengerjai Zenin, sahabat karibnya.

"Puas sekali rasanya—bisa kembali seperti dulu," gumam Ren puas, "Oke, kembali ke misi utama. Aku harus memperingatkan ketua klan dan seluruh anggota klan Naga Badai soal kemunculan roh pendosa dari pohon dunia."

Ren menghentikan langkahnya, tatapannya menajam kala melihat awan gelap di kaki langit yang seolah semakin mendekat ke arah pegunungan Naga Badai. "Mereka hampir sampai—bencana."

Menurut kisah yang Alvien baca di novel, akan terjadi sebuah peristiwa besar yang mengguncang seisi dunia. Peristiwa itu disebut—Sangkakala Neraka.

Saat langit mengeluarkan suara lolongan panjang, disaat itulah taring tajam yang tak terhitung jumlahnya menggempur umat manusia. Makhluk bertaring tajam yang disebut roh pendosa lalu mendapat panggilan baru yaitu Setan Pengembara adalah makhluk jahat yang datang dari dimensi lain yang tidak memiliki nama. Mereka haus darah dan sulit dibunuh. Karena itulah para pemimpin keluarga untuk pertama kalinya menyatukan kekuatan mereka seutuhnya, membentuk sebuah pasukan besar. Pasukan yang tidak hanya kuat tetapi berani mati.

Pada awalnya, dua juta prajurit akan berkumpul di pasukan tersebut. Namun di pertengahan perang jumlahnya menyusut menjadi delapan puluh ribu saja.

"Alasan mengapa banyak pasukan kami yang mati adalah karena mereka tidak tahu cara efektif membunuh musuh. Cara terbaik untuk mengalahkan setan pengembara adalah dengan menebas mereka menggunakan senjata yang usianya lebih tua dari umur jiwa mereka saat hidup. Dan senjata zamrud milik Yukio adalah salah satu senjata berumur ratusan tahun yang dapat digunakan."

Ren sampai di depan kamar ketua Klan Naga Badai yang mengeluarkan suara-suara nakal yang tidak pernah Ren dengar semasa hidup sebagai Alvien, "Maafkan aku ketua klan," ucap Ren pelan sebelum menusuk pintu emas itu dengan jutsu elemen petir sampai hancur.

"Lapor, ketua klan. Aku gagal menjalankan misi karena dihadang oleh hantu-hantu kejam di yang turun dari pohon neraka. Sesuai yang kita prediksikan, tepat di malam purnama keempat di tahun ini, sebuah peristiwa besar telah terjadi, dan itu adalag peristiwa terbelahnya pohon dunia yang kemudian memuntahkan banyak sekali hantu dari neraka,"

Ren bicara sambil memalingkan pandangannya. Dia sama sekali tidak mau mengurusi ketua klan yang sedang beraksi di atas istrinya. Yang penting baginya adalah, tugasnya terpenuhi.

"Apa kau tidak punya tangan?" tanya ketua klan.

"Apa maksud anda—tentu sana saya punya," sahut Ren acuh tak acuh, "Saya minta maaf sudah masuk tanpa izin. Tapi perhatian kepada berita ini lebih penting daripada melanjutkan proyek pembuatan 10 anak anda yang entah kapan selesainya," cecar Ren dengan lancar. Orang ini memang berlidah tajam seperti ibunya.