Setelah mengalami percobaan mesin waktu yang gagal, Han Ziqing tiba di dunia kuno sebagai permaisuri yang siap dikubur di peti mati. Di hari dia membuka mata kembali, dia bertengkar dan bertarung dengan Wei Shiqi, sang Kaisar yang selama ini membencinya.
Di dalam harem yang kejam dan dingin, selain menghadapi sikap dingin Wei Shiqi, Han Ziqing juga harus menghadapi dan mengurus selir-selir yang memusingkan.
Wei Shiqi yang menyadari kepribadian Han Ziqing yang berubah total mulai mengubah pemahamannya. Dia secara tidak sadar melakukan segala hal untuk melindunginya dan membuatnya tetap berada di sisinya.
***
"Yang Mulia, Permaisuri meracuni Selir Yun karena kesal!"
Wei Shiqi menjawab, "Panggil tabib dan obati Selir Yun!"
"Yang Mulia, Permaisuri pergi menemui Sarjana Song!"
Wei Shiqi menjawab, "Batalkan gelar sarjananya, kirim ke perbatasan!"
"Yang Mulia, Permaisuri pergi berkencan dengan Tuan Fu!"
Wei Shiqi mengerutkan kening, "Kirim Fu Dou kembali ke negaranya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Menolong Orang
Pagi-pagi sekali, dua belas selir kembali mendatangi Istana Ningxi untuk memberikan salam pagi. Wanita-wanita yang tidak ada kerjaan itu berkumpul di aula menunggu sang Permaisuri yang mereka rasa telah berubah sejak bangun dari peti mati. Mereka sungguh penasaran, apakah Han Ziqing benar-benar berubah hari itu atau ia hanya pura-pura.
“Para nyonya selir yang terhormat, Yang Mulia Permaisuri sedang tidak enak badan. Dia berkata kalian bisa kembali dan tidak usah memberikan salam lagi, apalagi menunggunya di sini,” ucap Meixiang.
Para selir yang hadir lantas bertanya-tanya sakit apakah sang Permaisuri. Kemarin, dia terlihat baik-baik saja.
Tidak biasanya Permaisuri tidak menetapkan salam pagi. Mereka sudah dibuat heran dengan perilakunya kemarin, hari ini mereka tambah heran lagi.
“Bukankah kemarin dia baik-baik saja?” tanya Selir Qiao.
Selir Shang yang duduk di sampingnya mengibaskan kipas lipatnya, menggelengkan kepala dengan pelan. “Aku rasa Permaisuri belum benar-benar sembuh.”
“Sayang sekali, aku sudah berdandan sangat sederhana hari ini,” Selir Tian menimpali.
Hari ini, selain mereka bertiga, selir lainnya yang tidak terlalu suka ikut campur dalam masalah perebutan kasih sayang juga melakukan hal yang sama.
Mereka berdandan lebih sederhana karena mereka takut Permaisuri akan marah. Mereka khawatir tingkah anehnya kemarin hanya sebuah momentum untuk meledakkan kemarahan yang lebih besar.
“Menurutmu, apakah ini ada hubungannya dengan Selir Agung Yun?” tanya Selir Shang. “Selir Agung Yun sudah jarang menghadiri salam pagi. Permaisuri biasanya paling bersemangat beradu mulut ketika Selir Agung Yun hadir.”
“Entahlah, aku tidak berani menebak pemikiran Permaisuri. Dia yang sekarang sama seperti Kaisar, sulit ditebak dan agak menakutkan.”
Selir Tian, Selir Shang, dan Selir Qiao kemudian mendahului selir yang lebih senior dari mereka keluar dari Istana Ningxi. Tidak ada gunanya terus menunggu Permaisuri sambil bertanya-tanya apakah sakitnya sungguhan atau tidak. Kalau Permaisuri memang tidak ingin ditemui, maka mereka seharusnya tidak memaksa.
Setelah dua belas selir pergi, Han Ziqing baru berani keluar dari kamarnya. Sungguh, salam pagi adalah kegiatan yang sangat membosankan.
Para selir yang kurang kerjaan itu rela berjalan jauh dari istana mereka menuju Istana Ningxi hanya untuk memberi salam. Kalau itu masih Han Ziqing yang dulu, salam pagi ini mungkin jadi sangat berguna.
“Meixiang, temani aku jalan-jalan.”
Meixiang yang sedang merapikan kursi bekas duduk para selir mendongak, “Yang Mulia, mereka baru saja pergi. Bagaimana jika mereka berpapasan denganmu di tengah jalan?”
“Lewat jalur lain saja. Jalan di istana ini bukan hanya satu.”
Han Ziqing lantas menyusuri setiap jalan yang dirasa aman dan bisa menghindarkan dia dari bertemu dengan para selir. Istana ini luas, kalau dia hanya mengandalkan ingatan untuk mengetahuinya, ia tidak puas. Sekalian, Han Ziqing juga ingin tahu apakah ada sesuatu yang menarik di istana ini untuk diteliti atau tidak.
Dari taman utama kekaisaran, dia berbelok ke arah selatan. Ada sebuah bangunan istana berdiri di area yang tidak begitu luas.
Taman sekitar istana dipenuhi dengan bunga-bunga yang sudah layu. Ada sebuah pendopo di dekat tembok yang dinaungi sebuah pohon wisteria ungu.
Bangunan istana itu mirip sebuah paviliun. Han Ziqing berjalan menuju bangunan, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Tempat ini tampak tidak terawat, tetapi masih ada jejak yang menandakan ada kehidupan di sini. Lentera di jalan masih menyala, dan suasananya lumayan sepi.
“Yang Mulia, ini adalah kediaman Selir Mu,” Meixiang memberitahu Han Ziqing saat wanita itu duduk di kursi pendopo.
“Selir Mu, yang katamu sedang sakit itu?”
“Benar, Yang Mulia.”
“Dia seorang selir, mengapa kediamannya begitu bobrok dan jelek?”
“Itu…”
“Katakan!”
Meixiang lalu memberitahu Han Ziqing alasan mengapa kediaman Selir Mu begitu kecil. Selir Mu dulunya adalah putri dari seorang pejabat di Kementrian Ritus. Dia adalah selir tingkat tiga.
Selir Mu orangnya sangat rendah hati dan tertutup. Sejak masuk istana, dia tidak pernah berharap tinggi akan menjadi kesayangan Kaisar.
Tiga tahun lalu, ayahnya ditangkap dan diadili karena terlibat kasus korupsi. Kaisar sangat marah dan hampir mengeksekusi seluruh keluarganya.
Dia memohon kepada Kaisar dengan berlutut di depan Istana Yongqian siang dan malam, barulah Selir Mu berhasil menyelamatkan keluarganya dari hukuman mati, tetapi dia harus diturunkan tingkatannya.
Secara otomatis, orang-orang juga mulai menjauhinya. Han Ziqing yang kala itu masih mengejar Wei Shiqi menggunakan kesempatan tersebut untuk memburunya.
Han Ziqing tidak menyukai orang yang menyusahkan Wei Shiqi dan membuatnya marah. Dia berkali-kali menghukum Selir Mu dengan alasan yang dibuat-buat.
Tidak ada yang berani membelanya sampai sekarang. Kediamannya terbengkalai dan terpencil. Hanya ada satu pelayan yang setia melayaninya, yang dibawa dari keluarganya untuk menemaninya di istana. Dia mungkin sekarang kesusahan ketika sakit karena pihak istana mengabaikannya.
Sudut mulut Han Ziqing berkedut. Ya ampun, dia begitu memalukan di masa lalu. Dia ternyata benar-benar suka menindas orang yang lebih lemah.
Dia memanfaatkan posisinya untuk menjadi satu-satunya wanita paling kuat di harem dan bertarung dengan Yun Lin, tapi tidak pernah menang karena Wei Shiqi selalu mengabaikannya.
“Mari lihat bagaimana kondisinya,” ucapnya.
Han Ziqing dan Meixiang pergi ke kediaman Selir Mu, tapi tidak ada seorang pun ia dapati di sana. Istana itu kosong.
Selain bobrok, pelatarannya juga sangat kotor. Tempat ini tidak lebih buruk dari Istana Dingin. Han Ziqing bergidik, lalu memutar mengitari sekitar istana.
Ada sebuah danau di belakang istana ini. Sebuah pendopo juga dibangun di tepi danau. Mata Han Ziqing melihat sesosok wanita berambut panjang berdiri di pagar pendopo, membelakanginya. Wanita itu mengenakan gaun serba putih persis seperti jubah duka.
“Apakah dia adalah Selir Mu?” tanya Han Ziqing. Meixiang menggangguk.
“Apa yang mau dia lakukan dengan berdiri di dekat pagar?”
Meixiang tertegun. Mungkinkah…
Han Ziqing segera berlari. Otaknya tidak bisa tidak berpikiran buruk.
Selir Mu yang kurus berdiri di tepi pagar, jika dia nekad, dia bisa saja melompat. Jika Selir Mu melompat dan mati saat Han Ziqing ada di sini, maka urusannya bisa gawat. Han Ziqing bisa-bisa dipenjara atau dikurung lagi.
Selir Mu naik ke pagar kayu, berdiri dengan tidak stabil dengan kedua kakinya yang telanjang. Matanya sayu, bibirnya pucat. Dia terlihat sangat putus asa.
“Hei, jangan berpikiran sempit!” Han Ziqing berteriak. “Cepat turun dari sa…na.”
Han Ziqing langsung tertegun begitu ia sampai di pendopo. Tangan Han Ziqing menggantung di udara, meraih kekosongan yang membuatnya mematung.
Selir Mu lebih dulu melompat menceburkan diri sebelum Han Ziqing selesai bicara. Tubuh Selir Mu menghilang di dalam air.
Han Ziqing tidak tahu bahwa pada saat itu, seorang selir yang sempat dekat dengan Selir Mu datang dan melihat adegan itu. Dia melihat Selir Mu jatuh ke danau dan tangan Han Ziqing tergantung di udara.
Pikiran buruk langsung muncul dan selir itu langsung berlari menjauh untuk memberitahu semua orang: bahwa Permaisuri Han mendorong Selir Mu ke dalam danau dan ingin menenggelamkannya.
Han Ziqing langsung menanggalkan jubah dan sepatunya, lalu melompat ke danau. Meixiang berteriak histeris, namun sosok Han Ziqing sudah ikut hilang.
Dia panik, berteriak mencari orang agar turun ke danau mencari Permaisuri. Tapi, kediaman ini jauh dari keramaian. Meixiang kesulitan memanggil orang.
Han Ziqing menyelam lebih dalam untuk mencari tubuh Selir Mu. Gelembung udara dari hidung dan mulutnya pecah, dan pernapasannya mulai terganggu.
Han Ziqing masih terus mencari, berharap menemukan sosok Selir Mu. Ia hampir kehabisan napas ketika samar-samar melihat sosok Selir Mu mengambang di dekat dasar danau.
Dia segera menarik tangannya, membawa tubuhnya berenang ke atas. Kepala mereka muncul di permukaan air. Han Ziqing menyeret tubuh Selir Mu ke tepi danau, menidurkannya di atas rumput liar yang mengering.
Dia menepuk-nepuk pipi Selir Mu sambil memanggil namanya, namun Selir Mu tidak merespon. Jantungnya seperti berhenti berdetak.
"Bertaruh saja!"
Tanpa pikir panjang, Han Ziqing segera melakukan CPR dengan menekan dada Selir Mu dengan tangannya. Dia menekannya beberapa kali, sesuai dengan arahan yang pernah ia terima ketika dia menjalani pelatihan pertolongan pertama saat kuliah dulu.
Tidak ada EKG di sini. Tidak ada defibrillator juga. Han Ziqing hanya bisa mengambil risiko dan mempertaruhkan segalanya. Kalau detak jantung Selir Mu bisa kembali, maka semuanya tidak akan menjadi rumit.
Setelah dua menit melakukan CPR, dada Selir Mu terangkat dan mulutnya terbuka. Selir Mu memuntahkan seteguk air dari mulutnya.
Pernapasan dan aktivitas jantungnya sudah kembali meski Selir Mu pingsan lagi. Han Ziqing menarik napas lega, setidaknya Selir Mu sudah berhasil selamat dari bahaya.
“Yang Mulia!” teriak Meixiang. Dia datang bersama dua pengawal istana dan sangat panik. “Yang Mulia, mengapa Yang Mulia ikut melompat? Apakah Yang Mulia baik-baik saja?”
“Cepat panggil tabib!” seru Han Ziqing. “Bawa dia ke dalam!”
Satu pengawal berlari memanggil tabib, satu pengawal lagi membantu Han Ziqing membawa tubuh Selir Mu ke dalam kamarnya. Kamarnya jelek dan suhunya agak dingin. Selir Mu dibaringkan di tempat tidur, lalu Han Ziqing menyuruh Meixiang untuk segera mengganti pakaian Selir Mu.
“Bagaimana denganmu, Yang Mulia? Pakaianmu juga basah kuyup! Bagaimana jika Yang Mulia jatuh sakit?”
“Jangan banyak omong! Menyelamatkan orang lebih penting!”
Meixiang akhirnya menurut. Si pengawal berjaga di luar, sementara Han Ziqing duduk di kursi sambil menenangkan diri. Air danau itu ternyata dingin. Setelah selesai mengganti pakaian Selir Mu, Meixiang kemudian menyampirkan jubah Han Ziqing ke tubuhnya.
Tabib datang tidak lama setelah itu. Melihat Permaisuri juga basah kuyup, tubuh si tabib bergetar ketakutan.
“Apa yang kau tunggu? Cepat periksa dia!” bentak Han Ziqing. Si tabib langsung menurut.
Han Ziqing mendengus. Orang-orang di zaman ini sangat lamban. Mereka malah memikirkan ketakutan mereka saat melihat pasien dalam bahaya ketimbang segera menolongnya.
Apakah dia begitu menakutkan sampai tabib saja takut ketika bertemu dengannya?
wkwkwkwkwk