Shanum adalah seorang gadis desa yang di besarkan di keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai seorang OB di sebuah perusahaan terbesar di kota Metropolitan. Karena kecerdasan yang di miliki Shanum ia selalu mendapatkan beasiswa hingga ke Perguruan Tinggi. Namun sayang semua yang ia dapat tidaklah cuma-cuma. Di balik Beasiswa yang di dapat Shanum ternyata ada niat terselubung dari sang Donatur. Yaitu ingin menjodohkan sang Putra dengan Shanum padahal Putranya sudah memiliki Istri. Apakah Shanum bersiap menerima perjodohan itu! Dan Apakah Shanum akan bahagia jika dia di poligami??? Ikuti terus ceritanya.... Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29.
Bisma pun jadi salah tingkah. Ia merasa bahagia karena Shanum tidak marah padanya. Usai berbincang, Shanum pun membersihkan bekas mereka makan siang. Dengan cekatan Shanum melakukan pekerjaan itu.
"Sudahlah, tidak perlu kamu bersihkan. Biar nanti OB yang melakukannya." cegah Bisma.
"Gak papa kok Mas, ini hanya sedikit saja." ucap Shanum. Yang masih terus saja mengelap meja.
Gak sampai sepuluh menit semua yang ada di meja telah berpindah temat kini meja tersebut telah bersih kembali. Usai Shanum mencuci piring kotor di wastafel yang ada di ruangan tersebut. Bisma mengajak Shanum untuk sholat berjamaah.
"Shanum, ayo kita sholat dulu. Sebentar lagi waktu zuhur habis." ajak Bisma.
Shanum pun mengangguk. Dan tersenyum sumringah. Sangat jarang Bisma mengajaknya Sholat berjamaah. Kecuali Shanum yang memintanya. "Baiklah, Mas. Shanum wudhu dulu." jawab Shanum lalu bergegas ke kamar mandi.
Usai membersihkan diri dan berwudhu kini ke duanya melaksanakan sholat berjamaah dengan khusyuk, mulai dari takbiratul ihram hingga salam. Suara Bisma yang terdengar merdu membuat Shanum terkesima mendengarnya.
Usai sholat. Shanum pun pamit minta izin untuk kembali keruangannya, untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Mas, Shanum kembali ke UGD dulu ya. Karena jam istirahat sudah selesai," pamit Shanum.
Bisma pun melihat jam mewah yang melingkar di tangannya. Kemudian mengangguk. Setelah mendapatkan izin dari sang suami Shanum pun keluar dari ruangan tersebut. Shanum langsung menuju ke lantai bawah menggunakan lift umum.
Setibanya di bawah, saat pintu lift terbuka. Ia bertemu dengan Lia. Shanum segera keluar dari lift tersebut lalu menuju ke toilet terdekat, Agar Lia tidak curiga dan menginterogasinya. Shanum hanya mencuci tangan agar terlihat seperti orang buang hajat baru ia keluar.
"Hai, mbak." sapa Shanum yang berada di belakang Lia.
"Kamu!!! Dari mana aja sih? Mbak cari-cari mau ngajak makan siang malah ngilang?" ucap Lia cemberut.
"Maaf mbak, tadi aku sholat dulu. Habis itu terus ke Wc." ujar Shanum sambil cengar cengir.
"Kamu sudah makan siang?" tanya Lia.
"Su.. Sudah mbak." jawab Shanum gugup.
"Ya sudah kalo gitu ayo kita masuk." ajak Lia.
Kini merek pun masuk ke ruang UGD.
Lia dan Shanum duduk di salah satu meja di ruang UGD sambil mengecek riwayat pasien yang belum dapat ruang rawat inap. Sesekali mereka terlibat dalam percakapan yang seru, mengobrol tentang berbagai hal dari pekerjaan hingga rencana liburan.
"Tadi sholatnya di mana, Shanum? Di masjid sebelah kantor?"tanya Lia dengan penuh antusiasme.
Shanum tersenyum, "Iya, Mbak. Di masjid sebelah kantor. Alhamdulillah, bisa sholat berjamaah disana." ucap Shanum.
******
Pukul delapan malan, semua pegawai rumah sakit sedang bersiap-siap untuk ganti shift. Satu persatu mereka menuju ke ruang ganti. Begitu juga dengan Shanum. Yang saat akan ini sedang menggantikan pakaian dinasnya dengan baju bisa.
"Num kamu pulang sama siapa?" tanya Lia.
"Kayak di jemput deh Mbak!" jawab Shanum sambil tersenyum simpul.
"Duh yang sudah ada tukang antar jemput sekarang, enak dong! Aku kapan ya bisa kayak kamu?" ledek Lia sambil tersenyum genit.
"Ah mbak Lia biasa aja kali?" lha mbak sendiri kapan mau di lamar pak tentaranya?" tanya Shanum.
Ya Lia yang memiliki calon suami seorang Abdi negara, membuatnya masih melajang hingga saat ini. Karena sang calon suami masih bertugas di Papua.
"Mungkin sepulang dari tugasnya di Papua." Jawa Lia dengan senyum sumringah.
"Wah kapan tu mbak?" tanya Shanum lagi.
"Ya kurang lebih enam bulan lagi!" jawab Lia.
"Oo.. Semoga di lancarkan ya mbak!" Doa Shanum.
"Aminnn!" jawab Lia.
"Ya sudah aku pulang duluan ya mbak, takutnya udah di tunggu, gak enak sama Pak Su." pamer Shanum..
"Iya... Iya.. Ya sudah sana kamu duluan." usir Lia.
Shanum pun melangkah dengan ringan menuju ke parkiran. Setibanya di depan pintu utama Shanum melihat sebuah mobil berwarna hitam metalik sudah terparkir di sana. Dengan langkah sedikit tergesa-gesa ia menuruni tangga rumah sakit. Lalu masuk ke dalam mobil sang suami.
'Maaf Mas, jadi nunggu lama. Soalnya tadi Shanum ganti baju dulu." ucap Shanum yang merasa tidak enak.
"Hmmm." jawaban singkat yang di berikan oleh Bisma.
"Jalan Zam." perintah Bisma.
Azam pun melajukan mobilnya dengan perlahan meninggalkan rumah sakit. Suasana malam ini lumayan cerah. Terlihat bintang-bintang bertaburan diatas langit. Sinar bulan purnama memancarkan sinarnya. Pemandangan malam yang tenang dan indah menyambut perjalanan pulang Shanum dan Bisma dari rumah sakit. Dalam keheningan mobil, Bisma hanya sesekali menatap jalan yang dilalui. Shanum merasa sedikit canggung dengan suasana yang terasa tegang di dalam mobil.
"Mas, apakah ada yang mengganggu?"tanya Shanum dengan hati-hati.
Bisma mengalihkan pandangannya sejenak dari jalan dan menatap Shanum dengan tatapan lembut. "Tidak, Shanum. Aku hanya sedang memikirkan beberapa hal terkait pekerjaan di rumah sakit tadi,"jawab Bisma sambil tersenyum.
Shanum merasa lega mendengar jawaban Bisma. Mereka melanjutkan perjalanan dalam keheningan, hanya diiringi suara mesin mobil dan gemerisik angin malam yang masuk melalui jendela sedikit terbuka.
"Azam, kita mampir ketempat biasa." perintah Bisma.
"Baik Bos." jawab Azam singkat.
Azam pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, tak jauh dari rumah sakit, Azam membelokan mobilnya di sebuah restoran mewah. Rencana Bisma ingin mengajak Shanum makan malam di luar.
Sesampainya di restoran, Shanum tertegun melihat bangunan dengan interior mewah yang ada di hadapannya.
Bisma mengajak Shanum turun dari mobil. Sedangkan Azam sudah siap membukakan pintu untuk kedua majikannya. Dengan di bantu Azam Bisma pun kini sudah duduk di kursi rodanya.
"Ayo masuk." ajak Bisma. Lalu mendorong kursi rodanya.
Shanum yang bingung, ia pun menghentikan langkah sang suami. Ditariknya kursi roda sang suaminya agar berhenti.
"Mau ngapain kita disini Mas?" tanya Shanum yang takjub dan sedikit heran. Karena sesungguhnya baru kali ini ia merasakan masuk kedalam gedung mewah ini.
"Ya makanlah Num." jawab Bisma. Yang sedikit kesal dengan istri polosnya itu.
"Tapi Mas. Kenapa harus makan disini sih. Tempat ini terlalu mewah dan pastinya makanan yang ada di sini itu mahal-mahal." ucap polos Shanum. Ia lupa bahwa suaminya seorang Sultan. "Mending kita makan di warteg aja Mas." ajak Shanum. "Sayang duitnya kalo di hambur-hamburin, kan masih bisa untuk kebutuhan lainya." ucapnya lagi.
"Kamu ini apa-apaan sih! Apa kamu lupa jika suami ini seorang Sultan?" ucap Bisma yang menyombongkan diri.
Shanum pun akhirnya terdiam. Kini Bisma mengajaknya masuk kedalam restoran tersebut. Suasana gela dan tampak sepi, sepertinya tidak ada pengunjung. Shanum merasa aneh sendiri. Karena tidak ada orang selain mereka berdua.
"Tunggu dulu Mas," Shanum kembali memanggil suaminya.
"Apa kamu tidak salah mengajak aku kesini. Ini sepi sekali. Mungkin Ini sudah tutup. Masak tidak ada satu orang pun disini. Mending kita pulang saja. Aku janji akan masakin kamu menu yang enak di rumah." Ungkap Shanum.
Namun Bisma tetap saja masuk ke dalam dan menarik pergelangan tangan Shanum.
"Tentu saja kita tidak salah masuk, mana ada salah masuk. Ayo ikut aja." ucap Bisma pelan.
Mereka menuju ke ruangan yang nyambung dengan sebuah taman dan halaman yang di penuhi bunga-bunga di belakang restoran.
sambil menunggu jadwal therapy ada baiknya kaki bisma tetap di pijat oleh shanum
lanjut kak