Diana, gadis 18 tahun, menemukan kebenaran tentang keluarganya yang sebenarnya setelah 18 tahun hidup bersama keluarga angkat. Dengan kalung berlambang keluarga Pradana dan foto keluarga aslinya, Diana berangkat ke kota besar untuk mencari kebenaran.
Di kota, dia bertemu dengan pemuda misterius yang membantunya mencari alamat keluarga Pradana.
Apakah diana akan menemukan keluarganya?dan siapakah pemuda yang sangat baik membantunya,lanjutkan membaca jika ingin tahu kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasna alna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Diana tak menghiraukan teriakan Axcel diluar kamar tidurnya. Dia menangis sesegukan meratapi nasib.
"Kenapa ini menimpaku.. disaat kebahagiaan sudah didepan mata.."
Diana menangis cukup lama memikirkan rentetan kenangan saat pertama kali dia bertemu dengan Axcel sampai saat ini. "Takdir mempermainkan hidupku" ucap Diana dengan mata yang sudah berat karna terlalu lama menangis. Dia terlelap bersama luka yang dia rasakan.
....
Sudah 1 hari Diana tidak masuk ke kantor beralasan sedang sakit. Axcel yang khawatir justru ditolak mentah-mentah saat akan mengunjungi kamar Diana. Semua keluarga Pradana merasa heran. Entah apa masalah mereka, namun itu tidak baik karna pesta pernikahan yang digelar besar-besaran akan segera dilakukan.
Bahkan gedung tempat dilangsungkannya pernikahan itu sebagian sudah dihias dengan dekor yang megah dan indah.
Mereka berusaha membujuk Diana untuk keluar kamar dan makan bersama dimeja makan. Diana selalu menolak memilih makan didalam kamarnya.
Axcel tidak kehabisan akal, dia menerobos masuk saat pelayan mengantarkan makan malam milik Diana. Dilihatnya Diana yang sedang duduk termenung menatap balkon kamar.
"Sayang.. makan dulu ya" ucap Axcel sangat pelan.
Diana terkejut dengan suara yang tidak mau dia dengar itu. Diana berbalik memandangi seorang pria yang telah berdiri tegap dihadapannya. Dengan senyum semanis madu terukir jelas dibibir pria itu.
Diana mencoba menjauh dari sang pria. Dia belum siap bertemu dan menatap langsung mata pria yang telah memberinya rasa sakit.
"Jangan menjauh Diana sayang.. aku akan menjelaskan semuanya.."
"Aku tidak butuh kejelasan apapun yang keluar dari mulutmu Axcel!!"pandangan mata Diana yang dulu penuh puja menjadi dingin. Dia menatap Axcel benci.
"Maafkan aku Diana. Dia memang masalaluku. Tapi aku sudah melupakannya saat kita bertemu.." Ucap Axcel dengan air mata yang mengalir dipipi.
Diana tertegun sejenak. Menyaksikan langsung Axcel yang terkenal kejam dan dingin menangis memohon.
Setelah Axcel berusaha menjelaskan sejelas-jelasnya Diana mengangguk mengerti. Dia memaklumi kondisi tersebut. Axcel memeluk Diana dengan erat mengecup pucuk kepala Diana berulang kali. Menyalurkan rasa kasih sayang yang dia rasakan.
Kedua mata itu tak sengaja bertemu Axcel memindahkan Diana kepangkuan. Dia melihat bibir Diana yang semerah ceri. Tanpa pikir panjang dia melum*t bibir itu.
Ciuman panas tak terelakkan. Diana yang mulai merasa nyaman menerima ciuman itu bahkan juga bergantian melum*t bibir Axcel.
Axcel berpindah mengendus leher putih jenjang milik Diana yang terlihat sangat sexy. Mata sayu keduanya terlihat sama sama terbakar gairah. Diana membuka satu persatu kancing kemeja Axcel. Begitu juga sebaliknya.
Tangan axcel meraba punggung mulus Diana. Memberi belaian lembut ditempat tempat sensitif milik Diana. Diana yang tidak tahan mendesah nikmat.
Tok
Tok
Ketukan pintu terdengar. Diana tersadar dan melepaskan tangan Axcel dari tubuhnya. Dia kembali mengancingkan baju, merapikan rambut, bergegas membuka pintu.
"Oh mama? Ada apa ma?"
Arin menatap kedalam menemukan Axcel tidak memakai baju,juga memasang wajah dingin menatap ke arahnya. "Tidak ada apa-apa sayang. Mama kira tadi didalam tidak ada Axcel. Maafkan mama." Ucap Arin dengan menyesal karna sudah mengganggu waktu Diana. "Kamu makanlah yang banyak ya.. jangan dibiarkan tubuhmu sakit. Sebentar lagi kamu akan menjadi istri Diana." Ucap Arin dengan senyuman yang tulus..
Setelah kepergian Arin, diana memilih kedalam kamar mandi meninggalkan Axcel sendiri. Saat keluar, tangan Axcel yang kuat memnarik tubuh Diana. Dia memeluk erat tubuh itu.
"Sayang.. aku sudah tegang.. aku tidak tahan. Bolehkah kita lanjutkan?" Bisik axcel ditelinga diana.
Wajah diana memerah malu dengan perkataan Axcel yang terbilang sangat fulgar.
"A-aku b-belum siap.." jawab Diana terbata-bata.
"Baik.. dengan cara lain saja kalau begitu.." ucap Axcel dengan senyum nakalnya.
Diana diarahkan ketempat pusaka itu ada. Mata diana melebar. Merasakan betapa besarnya pusaka itu. Axcel semakin gencar saat melihat ekspresi wajah Diana yang lucu.
Axcel memamerkannya didepan Diana dengan sangat santai. Dan dengan dibantu Diana lewat mulut dia berhasil mengeluarkan sesuatu yang telah dia tahan sedari tadi.
Setelah selesai dia mengecup pipi Diana lembut dan lama.
"Terimakasih sayang..."
Diana mengangguk dan tertidur diatas dada bidang Axcel.