Menceritakan kisah cinta dari seorang Pemuda yang salah jatuh cinta, karna menyukai istri orang, dan di masa depan dia menikahi anak dari wanita itu.
"Mba, gue suka sama Mba." pernyataan tak terduga dari seorang tuan muda Fazakha Almafriz Widjaya.
" Astaghfirulloh Tuan muda!! kan Tuan muda tau saya udah punya anak sama suami," Jawab kaget Miana Tinada Trihaka.
"Bunda, maksudnya om ini suka sama bunda gitu? " Anzia Almana Trihaka
"Iya emang kenapa? dasar bocil." Jawab ngegas Faza.
"Idih...denger ya om! jan ganjen godain bunda ntar Zia kutuk gak ketemu jodoh ampe kepala 3" Asal ceplos Zia.
.
.
.
.
13 tahun kemudian.
"s
Seneng sekarang ya kamu! dulu aja kamu suka istri saya sekarang anak saya jadi istri kamu." Tutur Vandra Trihaka
"Gak papalah ya om... eh maksudnya ayah mertua," senyum tengil "Dari rival jadi menantu." Tambah Faza dengan senyum kikuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeaIsw31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebahagian Untuk 2 Keluarga.
Zia langsung mendekati suaminya, takut Suaminya beneran membunuh Fanu, kalo dia si gak papa. Tapi, kalau suaminya kan suci di mata Zia, jadi biar Zia aja yang berlumuran darah, suamiNya jangan! belum juga Zia mendekat Fanu udah kabur sama orang- orangNya.
Tinggal ngurusin tatapan orang-orang dan pertanyaan mereka yang notabeNya gak tau kalau Zia nikah sama Faza, alias pasangan.
Dan, alhamdulillahNya tidak perlu repot-repot jelasin karna si Alena udah jelasin duluan. Alhasil tinggal minta mereka tutup mulut, soalnya bahaya kalau tersebar CEO widjaya construction Ada di area balapan, memang tidak bisa. menutup mulut dari banyaknya orang yang hadir, tapi orang yang pintar akan memilih tutup mikir, sisanya bisa di atasi kalau ada yang ember.
Setelah itu, sisanya di urus oleh bodyguard Zia sama Alena,Zia soalnya mau lanjut ke restoran, eh baru mau naik motor Amena teriak.
"Zia...mana Ronald gue." Amena sambil ngelempar kunci mobil Faza, langsung dengan sigap Zia tangkap.
"Ronald...sayangnya, mommy! kamu gak di bawa terbang sama Zia kan?" Amena.
"Tenang Am dia aman, btw lo perlu ganti oli udah seret di bawa, gak enak! kalo ada juga udah dikit gak. lo ganti, orang kaya lo Am, kampas kendaraan aja sampe tipis! bahaya tau," Ucap Zia sambil ngelempar kunci motor Amena.
"Buset! kalo soal Ronald lo posesif bangat Am, dia cuma motor! Gak habis pikirnya tuh nama motor lo bisa sama kaya nama Ronald temen kita." Alena datang setelah semua beres.
"Ck, yang namaNya Ronald tuh motor gue dari jaman SMP, ketemu Ronald suami Cila kan pas SMA, harusnya dia yang ganti nama panggilan." Amena.
"Udah...perihal nama motor ini,jangan di ributin. Si Ronald sama Cila juga gak masalahin ini, gue tinggal ya, sisanya gue percayain sama kalian." Zia.
Faza dengan pekaNya ngasih kartu hitam ke Zia, Zia yang paham langsung ngelempar ke Alena soalnya Amena lagi sibuk nyiumin si Ronald.
"Urus mereka ya, Len." Zia.
"Tenang aja, bakalan aman." ucap Alena sambil gemetar, perihal yang Zia lempar tadi BlackCard, Alena juga liat isi dompet Faza isinya hitam semua gak ada yang biru, apa emas. Sultan emang beda, dia emang punya satu, tidak sebanyak yang Faza punya.
Zia dan Faza ke mobil sementara Alena dan Amena membereskan kekacauan. mereka traktrir juga semua yang ada disana,tak lupa bayar tagihan rumah sakit 4 teman mereka yang di rumah sakit, mereka juga sudah mengobati luka mereka.
Mobil
"Mas Faza," panggil Zia dengan cemas, lantaran dari tadi suaminya diam.
Mendengar panggilan Zia, Faza langsung menepikan mobilnya di jalan yang agak sepi, Zia udah was-was bakal di omelin, udah siap si di omelin emang dia yang salah, tetapi yang dia dapatkan bukan omelan.
Faza menyambar bibir istrinya, Zia agak kewalahan karna Faza agak beringas kali ini, Zia susah mengikuti alur yang Suaminya mainkan, bukannya marah, Zia malah suka hal ini. Debaran jantungNya terpacu dengan cepat mendapati Faza bermain agak kasar.
"Zia, mas takut! takut kehilangan kamu," Faza memeluk istrinya bebarengan mereka meraup oksigen yang hampir habis.
"Maafin aku mas, yang udah buat mas khawatir." Zia.
Faza menggeleng, lalu menghujami Zia dengan kecupan, sampai di bagian dagu, Faza mengecup dengan kecepatan penuh cup cup cup cup cup cup cup cup.
Zia sampai terkikik geli, Faza juga mencium tangan istrinya, dia menghapus setiap jejak yang Fanu sentuh, eh malah Faza kelepasan buat kismark di leher Zia.
"Mas! hm..." Zia dengan nafas yang memburu, apa lagi tangan Faza bergerilya ke area sensitif Zia,tak kalah Faza juga yang sudah tergoda oleh Zia.
"Stop mas." Ucap Zia.
"Astaghfirullohhalngazim!" Faza langsung istighfar.
Zia mengecup bibir suaminya,"Nanti ya sayang, di rumah. Jangan disini, karna gak mungkin sebentar,kasian orang tua kita yang udah nunggu lama," Ucap Zia.
Faza menatap Zia, masih dengan tatapan sayu, Karna masih terkuasai nafsuNya, Faza memandang Zia lama dan ikut tersenyum saat melihat Zia tersenyum.
Setelah dirasa Faza udah baikan, si junior Faza juga udah bobo, lanjut dia nyetir, tak luput dari lirikanNya kepada Zia yang rambutNya di cepol, memperlihatkan leher jenjang Zia sampai baru ngeh dia buat kissmark.
Setelah 45 menit mereka sampai.
Namun, sebelum turun Faza mengatakan kalau bekas kismark di leher Zia yang jelas bangat, Zia merah padam dong, mana lagi dia pakai dres yang memperlihatkan punggung dan leherNya.
Pas bawa motor tadi dia gak berasa karna pakai jas Faza, pas balapan juga ia, nah ini? gak mungkin dia pakai jas suaminya lagi.
Faza tersenyum lalu mengeluarkan kotak yang berisi kalung, Tampa banyak kata Faza langsung melingkarkan di leher Zia. Bentuk kalung yang anggun, memenuhi leher Zia,
"Kok mas-" Zia
"Sttt...ini adalah kado buat kamu yang hebat, udah mau hamil anak aku, walau ini gak seberapa sama kabar kehamilan kamu, makasih sayang." Faza.
Zia hanya memejamkan mataNya lantaran Faza mencium kening dan kedua mataNya, sungguh tulus perasaan suaminya, Zia tak pernah salah dalam memilih sesuatu, berkat tuhan juga dia mampu mendapatkan apa yang baik baginya.
"Mas tadinya mau kasih ini tadi pas kita macet-macetan, biar kamu gak bosan, eh malah kita ada kegiatan lain tadi, jadi baru bisa kasih, dan ternyata ini juga bisa menutupi kissmark karna perbuatan mas tadi." Faza.
Zia hanya tersenyum, dia kehabisan kata-kata karna perlakuan suaminya yang sangat manis,dia sangat berterimakasih pada mertuanya, yang berhasil mendidik putranya, meratukan dirinya tampa Syarat.
Mereka masuk kerestoran, awalnya salim lalu berbincang, ngomongin soal kejadian tadi, makan- makanan malam dan penutup. saat makanan penutup datang, Zia izin kekamar mandi, dia langsung lari,disusul Faza yang mengusap punggung istrinya yang tengah memuntahkan semua isi makanan yang dia makan tadi, gegara mencium bau susu dari hidangan penutup.
"Maaf ya sayang. Gara-gara aku, kamu ngalamin ini." Faza.
"Jangan kaya gitu mas, kan kita buatNya bareng, aku gak pernah nyalahin mas sedikit pun, apa lagi mengingat aku yang sebenernya pengen banget milikin mas Faza." Zia.
Faza benar-benar kehabisan kata-kata, kok bisa istrinya dewasa bangat. dia merasa jadi suami yang tak bisa memuliakan istrinya, padahal bagi Zia Faza sangat sangat memuliakanNya.
"Kenapa kamu sayang, kamu pucet bangat" Monica dengan khawatir.
Zia malah tersenyum lebar, padahal semua tengah khawatir, Mia yang melihat itu langsung meneteskan air mata dan berdiri dari tempatnya, untuk memeluk anakNya. Cup, kecupan dari Mia untuk putrinya. Vandra yang melihat itu udah punya firasat agak gak enak, tapi tetep diem.
"Mia, kayakNya Zia perlu kita bawa kerumah sakit,wajahnya pucat, takut keracunan makanan." Monica yang khawatir, Karna Zia benar-benar pucat.
"Gak perlu khawatir mah." Zia memegang tangan Monika yang memang sedari tadi Monika memegang satu tangan zia.
"Zia benar mah, Karna kami punya kabar bahagia." Faza.
"K-kabar bahagia?" Ucap Frans dan Vandra bersamaan dalam arti berbeda.
"Iya mah, pah, Zia hamil." Zia dengan senyumNya yang merekah, lalu memperlihatkan hasil usg yang ada di tas kecilnya.
"Alhamdulillah," Monica dan Mia bersama.
"Kamu hamil kembar nak, masya alloh pah, kita akan punya cucu 2 sekaligus," Monica.
Mia air mataNya luruh, "Putri bunda udah besar,gak nyangka kamu hamil,sayang. padahal kayakNya kemarin bunda baru ajarin ngomong kamu." Mia sambil menghujami putrinya ciuman.
Bagi Mia, kehadiran Zia dulu adalah kehidupannya, dia tidak menyangka kehidupannya sekarang sudah jadi istri orang dan akan menjadi ibu, putri kecilNya yang merengek bertanya dimana ayahNya sekarang sudah besar. Tak kalah Zia juga menangis, keadaan disana penuh dengan haru.
"Alhamdulillah ya alloh, aku Akan punya cucu. Entah kenapa takut doa yang aku ucap jadi nyata Faza bakal ngerasa gondok bilangin anaknya, apa lagi dia langsung di kasih 2 ya alloh." Batin Frans yang mengingat pengen Faza nikah biar punya anak dan rasain gimana capekNya setiap omonganNya di sangkal anak. Frans lalu memeluk menantunya dengan penuh kasih sayang.
Lalu dia memelik Faza sambil berbisik, "Doa ayahmu di kabulkan son, siap-siap merasakan apa yang ayah rasakan," sambo tertawa penuh haru.
Faza tidak marah, memang dia dan ayahnya suka gitu, dia bisa melihat ayahnya mau nangis sangking bahagianya mau punya cucu.
"Cucu ya, apa aku pantas menyandangg gelar seorang kakek? Menyandang gelar suami dan ayah saja seperti mimpi." Batin Vandra.
Zia yang dari tadi tak mendapat respon dari ayahNya, menatap Mia. Mia hanya memberi kode untuk mendekati ayahNya yang diam terduduk mematung. Zia duduk di samping ayahNya dan mengusap tangan ayahnya.
"Ayah? Apa ayah gak bahagia denger kabaran Zia hamil? Zia udah gede sekarang loh, udah dewasa." Ucap Zia sambik tersenyum.
Vandra memandang putrinya lekat, putrinya yang sekarang sangat cantik dan dewasa, namun seketika yang dia lihat dan dengar malah ucapan Zia pas mereka ketemu "Ayah? Apa ayah bahagia nelantarin kita? Tunggu Zia dewasa, Zia bakal balas perlakuan ayah yang meninggalkan bunda." dengan tatapan nyalang.
Zia menatap ayahNya yang tak merespon, air mataNya jatuh, apa ayahNya tak senang? Apa ayahnya Marah?
" Ayah..."Panggil Ziia dengan lirih.
Yang terdengar oleh Vandra Adalah gadis kecil yang tengah memanggilnya, "Ayah...cepetan dong." Zia kecil yang berlari ke taman.
"Ayah!" Zia sedikit meninggikan suaranya.
"Iya princess, ayah disini. Putriku sudah besar ya," Vandra akhirnya merespon namun menatap ke arah lain, guna menahan air mataNya yang akan jatuh.
"Ayah gak seneng, denger Zia hamil?ayah mau jadi kakek loh? Zia tau, ayah belum siap jadi kakek, tapi apa ayah bener-bener gak suka?" Zia.
Vandra menggeleng, "Ayah seneng sayang. Cuma, apa pantas disaat ayah baru memantaskan diri jadi ayah dan suami, mendapat gelar seorang kakek? " UcapNya.
"Ayah pantas, ayah pantas mendapat gelar kakek, ayah adalah ayah terhebat yang Zia miliki." Zia.
Vandra langsung memeluk putrinya dengan erat, seperti saat dia baru mengetahui Zia adalah putrinya, seolah- olah takut Zia akan pergi.
Dia ingat ucapan Zia saat kecil, "Anda tidak pantas jadi ayahku! tidak pantas! jangan mendekatiku, jangan memelukku, atau mendekati bundaku, pergi!" Sembari memberontak dari pelukannya.
Vandra menahan tangisnya, "Tapi, ayah baru memantaskan diri. Sebanyak apapun waktu yang kita lewati tetap terasa kurang, ayah sangat menyesal tidak dapat melihatmu lahir, melihatmu tumbuh selama 5 tahun, dan ayah pernah menolak mengakui bahwa kamu anak ayah," Bisik Vandra dengan air mata yang akhirnya jatuh,
"Ayah memang tidak menyaksikan aku lahir, tapi kali ini ayah bisa menggantinya dengan cucu ayah nanti, melihat mereka tumbuh dari lahir sampai besar, dan punya cicit." ucap Zia sembari mempererat pelukan pada ayahnya.
Setelah puas mencurahkan semua, mereka tertawa geli, kok bisa tadi nangis sesegukan sambil pelukan, sifat dominan Zia, emang turunan Vandra. Kata tidak ada penolakan juga dari Vandra, gengsinya gede juga dari Vandra, tapi sifat pantang menyerahnya milik Mia, paras cantikNya milik Mia, netra cantik dan ketegasan wajahnya milik Mia.
Setelah sadar, mereka jadi malu sendiri, dari tadi berasa dunia gak ada yang lain, hanya milik seorang ayah dan anak doang, yang lain malah kayak gak ada, untung juga mereka di ruangan VIP jadi gak ada pengunjung lain.
"Udah nih, sesi sedihnya? Mau dong bunda gabung." Mia.
Zia tertawa kecil lalu mereka pelukan bertiga.
Monica yang terharu menatap suami dan anaknya, mereka yang tadiNya terharu mendapat tatapan Monica langsung saling Pandang dan, "Huekkk" secara bersamaan.
"Mama sama suami mama aja yang pelukan," ucap Faza yang mengerti tatapan nyokapnya yang pengen juga pelukan.
"Mama sama Faza aja lah yang pelukan, aku gak sudi sama anak pembangkang kaya dia, pelukan haru lagi." Frans.
"Pembangkang gini kan prestasi aku gemilang, Wlekk. " Faza dan Frans yang mulai adu mulut, padahal tadi aja mereka pelukan.
"Kamu gak sadar aja, dulu gak mau belajar diomelin mamah kamu langsung ngumpet di ketiakku pas lagi tidur." Frans.
"Itu kan pas kecil, sekarang ogah, bau ketek." Faza.
"Udahx jangan ribut! uh diliatin istri kamu," Monica yang sudah kenal anak dan ayah emang sering adu mulut, kaya bukan bokap sama anak tapi kaya musuh bebuyutan hanya tersenyum kikuk melihat suami dan anaknya di tatap besan dan mantuNya.
"Papa tuh yang mulai, bawa-bawa ketek." Faza.
"Oh, gara-gara ketek ya?" Frans langsung menarik Faza lalu memelukNya sambil. Menggosok ketekNya kalo udah adu mulut sama anak emang lupa diri, sifat inilah yang Faza tiru, makanya dulu sama Zia yang masih kecil aja gak tau malu, anak kecil diajak debat sama Julid.
"Mah! suaminya nih..." Adu Faza.
Zia, Mia, dan Vandra jadi tertawa karna sikap Frans dan Faza. Vandra juga baru tau, ternyata Frans yang di kenal dengan wibawanya sangat receh kalo sama anakNyaa. Gak sadar aja sama diri sendiri yang galak, dingin dan mengitimidasi malah cengeng kalo menyangkut soal anakNya.
Gelak tawa pun terjadi setelah suasana haru dan sedih tadi, sebenarnya Faza bukannya sengaja melakukan itu, dia hanya ingin mencairkan suasana dengan memancing ayahNya, dari dulu emang ayahNya kaya musuh bebuyutan, di mulai saat diriNya umur 7 tahun, dia sakit dan Monica sibuk ngurusin dia, eh ayahnya malah ngambek, gak punya perasaan emang, anak lagi sakit malah cemburu sama anak sendiri, alhasil Faza di tinggal Monica buat bujuk Frans dan dia diurus pelayan paruh baya di rumahNya.
Semenjak itu Faza pengen buat ayahNya cemburu dengan nempel emaknya, dan ngomporin ayahNya. Keterusan malah sampe sekarang, jadi kesenangan tersendiri bagi dia.
Lalu Faza meraih mamanya dann akhirnya mereka berpelukan juga.
Dua keluarga yang berbeda cerita dan juga kisah, menjadi satu diperantarakan oleh anak-anak mereka. 2 insan yang berbeda usia bersatu Karna takdir mengizinkan, umur hanyalah angka, tapi jika yang kuasa tak berkehendak maka semua tak akan tercapai.
...----------------...
Rumah
2 insan tengah melaksanakan solar tahajud, setelah doa bersama, mereka berdoa dengan niat yang berbeda.
"Ya Allah terima kasih atas semua yang kau beri, terima kasih atas jalan cerita yang engkau berikan pada hambamu ini, atas kepercayaanmu kepada ku, dan istriku. Atas anugrah yang kau berikan ini, semoga kami bisa mendidik dan menjaga mereka dengan ridhomu. Terima kasih ya alloh, sungguh engkau maha agung dan maha mengetahui, terima kasih ya alloh, jaga istriku dan anak-ankju sampai lahiran nanti dan setiap harinya,"Faza dan doa panjang lainNya, untuk keluarga kecilnya.
Sementara Zia tak kalah khusuk berdoa juga, "Ya Allah,diri ini tak mampu hidup seikhlas bunda khadijah,tak sesabar Umma Fatimah yang setia sabar dalam penantian, karna hamba sering kali memaksakan kehendak, hamba juga tak setegar Umma Aisyah dalam menghapi semua cobaan, Karna hamba sering membunuh, karna tidak sabar dan marah." Air mata Zia luruh dengan sangat deras.
"Bahkan cintaku padamu tak sebesar Rabiyatul Adawiyah, lantaran aku yang sering meninggalkan solat, sujudku sering terburu-buru. Hamba juga tak selembut Umma Aisyah dalam tutur kata dan langkah, ya alloh hamba juga tak sesalihah Maryam, hamba masih membuka aurat! hamba jauh dari kata suci dan solehah," Suara isak tangis Zia semakin menjadi,"Bahkan niatku dalam memperbaiki dari mungkin tak sekuat Zulaikha, hamba penuh dosa, hamba juga bukan pejuang layaknya Srikandi Islam zaman Rasullulah, seperti Khadijah Binti Khuwalid, bukan juga Sumaiyah binti Khubath, bukan juga Nusaibah Binti Ka'ab, apa lagi Khawla Al-azwar, Saffaiyah Binti Abdul Malik,atau pun Aisyah Binti Abu bakar, hamba hanyalah seorang pendosa, hiks."
"Ampunilah dosa hamba ya alloh, terima kasih atas kepercayaanmu, untuk anak dalam rahim hamba. Jagalah kami dengan kuasamu,terimakasih atas suami yang engkau takdirkan untukku, dia sungguh memuliakanku, jagalah suamiku dari bahaya, biarkan aku yang menghadapi itu jika terjadi, jangan biarkan anak dan suamiku mendapat karma dari tingkah lakuku sebagai Mafia, Rabbana atinna fiddunya khasanawakinnaadzhabannar, aaminn."Zia dengan curahan hatinya selama ini.
Setelah selesai berdoa bersamaan, Zia salim ke Faza dan Faza mengecup mata sembab istrinya, Dan mereka saling bersender sambil mengelus calon anak mereka.
...----------------...
Maaf apa bila ada ketidaknyamanan akibat loyting menulis,masalah keyboard yang ngetik apa jadiNya apa. maaf atas ketidaknyamanNya.
Salam kenal dekat dan jauh, untuk semua teman- teman yang sudah membaca.