Visual Cast bisa cek Tiktok @rn_story94
Sequel dari kisahnya Ayyura dan Aydeen ...
Sebelum membaca Kisah Zayn dan Zayna, lebih baik baca kisah kedua orang tuanya dulu ya, TAKDIR CINTA AYYURA_AYDEEN ..
Sebuah takdir yang tidak bisa di ubah dan selalu sesuai dengan ketentuan porsinya.
Zayn sudah menikah dengan Assyifa selama 3 tahun tapi belum diberikan seorang anak, malah harus terjerat dengan seorang gadis cantik yang berbeda kepercayaan dan keyakinan dengannya. Dia harus menikahi perempuan lain yakni, mahasiswinya sendiri. Hanya karena sebuah kesalahan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Sedangkan sang adik, Zayna seorang Dokter cantik dan ambisius. Ia harus dijodohkan dengan pria yang tidak pernah ia inginkan dan impikan sebelumnya. Pria itu adalah Zidan, pria yang selalu bertemu dengan banyak bahaya diluar sana, dan kerap kali menjadi pasiennya Zayna di UGD.
Yang penasaran sama kisahnya silahkan mampir readers, dijamin lebih seru dan penuh emosi dari kisah orang tuanya ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raline_Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke Jakarta
Keadaan didalam ruangan itu mendadak canggung, sebab mata Zidan fokus lurus kedepan menatap wajah Dokter yang kini ada dihadapannya itu.
"Wanita ini? Apa dia wanita yang sudah menolong dan menyelamatkan nyawaku kemarin"? batin Zidan.
"Maaf tuan Zidan .. jaga pandanganmu"! tegur Zaina.
Pria itu malah semakin menatap lekat-lekat mata teduh miliknya Zayna, yang sejak tadi mengalihkan pandangannya dari Zidan. Zayna benar-benar kesal sama pria yang ada didepannya ini.
"Sepertinya matamu bermasalah juga tuan Zidan"!
"Apa perlu saya panggilkan Dokter spesialis mata, untuk memeriksa mata anda"! ucap Zayna sebal.
Zidan mengernyitkan dahinya, lalu berdecak kesal pada Zayna yang tengah menyindirnya saat ini.
"Mataku sepenuhnya sehat"! jawabnya dengan nada yang begitu dingin dan tegas.
"Lalu kenapa Kau menatap saya begitu? jujur itu membuat saya kurang nyaman didekat anda". ungkap Zayna jujur.
"Yang saya lakukan ini adalah hal yang wajar Dokter. Saya harus memastikan sendiri, Dokter mana yang akan merawat saya selama disini. Tidak menutup kemungkinan bukan, bahwa anda adalah penyusup kecil yang diutus oleh salah satu musuh saya"! tukas Zidan dengan sedikit penekanan.
"Apa Kau bilang? penyusup kecil? Saya ini seorang Dokter tuan Zidan"! sergah Zayna.
"Mungkin saat ini Kau sedang amnesia, Ahh .. tapi yang terluka parah kemarin bagian perut anda, bukan otak kecil anda. Perlu Ku ingatkan lagi tuan Zidan yang terhormat, barang kali Kau benar-benar lupa dengan kejadian kemarin sore! Siapa yang telah menolong nyawamu di detik-detik sekaratmu itu"!
"Kau hampir merenggang nyawa dan tergeletak lemah sendirian di lantai sebuah minimarket. Seandainya anda tidak saya temukan kemarin"? Zayna menjeda ucapannya sebentar.
"Mungkin saat ini, Kau tidak akan berada di ruangan yang senyaman ini. Melainkan dikamar yang dingin, mungkin juga udah dikasih pengawet sama petugas, sampai keluargamu datang kerumah sakit pagi ini". jelas Zayna dengan nada penuh penekanan.
Zidan meneguk ludahnya kasar, awalnya dia hanya ingin menguji mental Dokter cantik itu saja, ia tidak pernah menyangka akan mendapat tanggapan selugas ini dari wanita cantik berhijab tersebut.
"Jadi Kau berharap, saya menjadi mayat kemarin"? sentak Zidan dengan sedikit gugup.
"Seharusnya begitu, setelah melihat sikap angkuh dan sombong anda seperti ini"! jawab Zayna sinis.
"Ahh .. jadi Kau wanita yang sudah menolongku"? gumam Zidan pura-pura bodoh.
"Dia pandai sekali berakting, bahkan Dia juga sudah mencuri ciuman pertamaku, yang selama ini kujaga untuk imamku nanti". gerutu Zayna dalam hati.
"Cih .. wanita pura-pura baik dan pamrih seperti ini sudah sering kutemui". umpat Zidan dalam hati.
"Jadi Kau tidak ikhlas menolongku kemarin"? lagi-lagi Zidan menuduh Zayna tanpa alasan.
"Ikhlas seseorang itu, tergantung dari apa yang dia terima dari orang tersebut". jawab Zayna sinis.
Zidan menyipitkan matanya, lalu menatap Zayna dengan penuh kecurigaan didalam otaknya.
"Ohh .. Saya paham. Ternyata semua Dokter sama! Tidak ada yang benar-benar tulus pada pasiennya, pasti ada pamrih dan timbal balik ujung-ujungnya".
"Yuph, seharusnya seperti itu. Tugas Kami dianggap selesai saat nyawa pasien bisa kami selamatkan. Dan kalian sebagai pasien, seharusnya tahu cara beradab dan berperilaku yang benar pada Dokter, yang telah berhasil menyelamatkan nyawa kalian"!
"Tidak perlu mengajariku beradab dan berperilaku yang benar Dokter! Karena saya ini seorang Abdi Negara. Sikap dan karakter seperti anda ini sudah sering saya temui diberbagai tempat. Bahkan wanita seperti kalian, kerap kali menggunakan wajah polos dan cantiknya hanya untuk mengelabui Kami"!
"Jaga kata-kata anda tuan Zidan! Saat ini anda benar-benar melewati batas! Saya tidak peduli dengan pekerjaan dan pangkat anda! tapi satu hal yang anda harus tahu, Kau tidak lebih dari seorang pasien dan juga orang asing yang baru kukenal"!
"Jadi Kau tidak berhak, memberi komentar tentang sifat dan karakterku, apalagi tentang pekerjaanku! tahu apa Kau tentang seorang Dokter"? ucap Zayna sarkas, dia benar-benar tersulut emosi pagi ini.
"Ada apa ini Dokter Zayna"? tanya Alana yang baru saja datang ingin menjenguk putranya.
"Maafkan kelancangan saya Professor Alana. Sepertinya saya ingin ditempatkan kembali di UGD saja, saya belum siap menangani para pasien VVIP". jawab Zayna dengan suara yang sedikit bergetar.
"Apa yang terjadi nak? Apa Zidan menyinggungmu"? tanya Alana yang merasa khawatir.
"Tidak Profesor, mungkin bangsal ini tidak cocok bagi saya yang masih kurang berpengalaman ini". ujarnya tetap dengan sikap profesionalnya.
"Katakan Zayna, apa terjadi sesuatu denganmu dan Zidan barusan"? Alana masih terus bertanya.
"Bukan masalah besar Anty, Zayna pamit dulu". jawab Zayna kemudian, lalu pergi dari ruangan itu.
"Anty? Dia mengenal mami"? bisik Zidan dalam hati.
Saat keluar, Zayna tidak sengaja berpapasan dengan Mike yang juga ingin menemui putranya pagi ini.
"Apa Dokter Zayna sudah memeriksamu pagi ini"? tanya Mike pada putranya itu.
Zidan menggeleng pelan, dan mengalihkan wajah dan tatapannya dari kedua orang tuanya itu.
"Apa Abang bisa jelaskan, apa yang sebenarnya terjadi dengan kalian berdua sebelum kita masuk"? tanya Alana dengan lembut namun sedikit tegas.
"Ada apa ini Zidan"? sentak Mike menimpali.
Zidan menghela nafasnya berat, apa benar dia sudah keterlaluan dengan wanita cantik tadi.
*
*
*
Hari ini keluarga besar Aydeen sedang menunggu tamu spesial dirumah mereka, rencananya Ray dan Malika akan menetap kembali di Indonesia.
Setelah sekian lama, akhirnya Malika mau kembali ke Jakarta bersama dengan Ray. Karena Rain sendiri sudah berapa bulan ini menetap di Jakarta bersama keluarganya Ayyura. Malika tidak bisa jauh dari putra semata wayangnya itu, makanya mereka berdua memutuskan untuk memindahkan perusahaannya ke Jakarta saja, agar mereka bisa selalu bersama.
Saat sampai di kediaman Addison, Malika dan Ray disambut hangat oleh semua anggota keluarga.
"Kakak". teriak Ayyura yang langsung memeluk Malika dengan antusias.
"Ayyura .. Apa kabar dek"? balas Malika lembut.
"Kami semua baik Kak, akhirnya kakak pulang juga".
"Kalau Aku tidak cepat pulang. Bisa-bisa putraku itu akan berganti status menjadi anak kalian nanti". ucap Malika pura-pura merajuk.
"Salah sendiri, kenapa kalian tidak ingin kembali". sahut Aydeen menimpali.
"Bukannya tidak ingin Bro, tapi waktunya belum pas dan tepat saja". balas Ray kemudian.
"Hmm, Aku jadi sedih ternyata putraku tidak menyayangi kita lagi pap". lirih Malika sembari menoleh ke arah suaminya.
"Mami .. kok mami ngomong nya begitu sih". rengek Rain yang langsung berlari memeluk maminya.
"Habisnya Kamu betah sekali disini, sampai lupa pulang kembali ke New York". tukas Malika sedih.
"Bukan begitu mam, tapi disini Rain banyak teman dan saudara. Di New York Rain kesepian mam".
"Hmm baiklah, maka sesuai keinginanmu. Papi dan Mami akan pindah kembali ke Jakarta". ucap Ray dengan lembut pada putranya.
"Papi serius? Papi gak lagi bohong kan"? seru Rain.
"Iya nak, kita akan menetap selamanya di Jakarta".
"Horeee .. thank you so much mam, pap". ucap Rain dengan wajah yang berseri-seri penuh kebahagiaan.
Semua orang menatap Rain penuh haru, sebab Rain selalu merasa kesepian. Karena Malika dan Ray yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, sampai Rain sendiri sering kali merasa kurang kasih sayang.
Mereka selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan, agar bisa lupa dengan kejadian 15 tahun yang lalu. Dimana putri sulung mereka hilang, saat hujan badai sedang melanda kota New York malam itu.
"Maafkan mami nak, andai kami sudah move on dari kakakmu Zura, mungkin Kamu tidak akan pernah merasakan kesepian seperti ini". batin Malika.
"Papi janji akan menebus waktu kita yang sempat hilang oleh keadaan nak". bisik Ray dalam hati.
kayaknya lebih seru dari kisah Aydeen dan Ayyura