bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 25
Alana hampir terjatuh karena tubuhnya tak seimbang saat Luna tiba-tiba menariknya kasar tanpa aba-aba. ruang kelas Lana tidak kosong ada beberapa yang sudah duduk di bangkunya di luar juga sudah banyak siswa yang baru datang jadi Aluna lebih semangat mendekati Lana
"Apa sih!" Alana menarik tangannya paksa dan sedikit menjauh dari Aluna, tarikan Aluna cukup kuat membuatnya terkejut
"Luna cuma mau ngomong.. " ucap Aluna lemah, di saat seperti ini Alana terlihat seperti orang jahat dan Aluna seperti seseorang yang sedang ditindas
"dih apaan sih, pembantu kok gitu sama majikan"
"iya ih, padahal kan Aluna cuma narik dia masa dia sekasar itu sih gak tau malu banget"
bisik-bisik mereka yang menonton drama gratis di pagi itu, Alana sama sekali tidak mau peduli dengan ocehan-ocehan mereka
"itu.. maafin abang-abang gue ya.. " sahut Aluna sedikit meninggikan nada suaranya
'hah? abang-abang.. gue? jadi gue beneran di anggep orang asing ya? kok gue gak pernah sesadar ini ya dari dulu.. apa karena gue baru buka mata makanya baru liat munafiknya Aluna?' batin Alana menaikkan sebelah alisnya, nada bicara Aluna juga cukup lemah
"kalo gue gak mau maafin? lagian kayak baru pertama kali aja ngelakuin hal buruk ke gue, pake segala minta maaf pula mau narik perhatian siapa?" sarkas Alana
Aluna sangat terkejut dengan ucapan Alana yang sangat kasar menurut nya itu. Alana tidak pernah bicara sekasar ini padanya, Alana biasanya akan diam jika tidak hanya menjawab iya tau tidak. kalau pun bicara lebih banyak juga tidak akan seperti sekarang ini. Aluna melotot menatap mata Alana yang terkesan dingin dan acuh
"kamu kok ngomongnya gitu sih.. aku kan udah minta maaf sama kamu.." Aluna kembali dengan suara lemah lembutnya bahkan menundukkan kepala seolah merasa bersalah
sudah lebih banyak siswa yang datang, mereka berbisik-bisik memandang kesal dan rendah pada Alana
"kelas lo di ujung kan? gue gak bisa anter, lo jalan sendiri aja" Alana mengusir Aluna yang sudah muak dilihatnya itu
Alana masuk ke kelas tanpa peduli orang lain lagi, bahkan ada beberapa teman sekelasnya yang membicarakannya dengan suara lantang, menyindir dan menghina nya. Alana tanpa mau peduli dengan mereka segera membuka bukunya untuk belajar, Alana tidak benar-benar membaca apa yang ada di buku sana hanya mengalihkan atensinya agar kekesalannya tidak meledak
"pagi cintaku, sayangku, duniaku semestaku... pagi-pagi mukanya kok kusut gini sih" sapa Jinan yang baru masuk kelas dengan riang gembira
"gue gak apa-apa kok, kayaknya semalem terlalu lama begadang aja" jawab Alana lesu
"yakin? gue kok nyium bau-bau kebohongan ya?" Jinan mengendus endus ke arah Alana
"Nan.. gue selemah itu ya?" tanya Alana menatap ke arah jendela
Jinan menatap Alana yang seakan memendam begitu banyak hal, Jinan tau Alana tidak bisa bercerita apapun karena bingung ingin memulai dari mana, Jinan tau Alana sangat lelah
"kata siapa lo lemah? kalo gue yang ada di posisi lo belum tentu gue bertahan sampe sekarang, mungkin aja gue depresi atau gila atau lebih parahnya mungkin mati bunuh diri, Lo itu kuat Lan, buktinya lo masih duduk disini sekarang.. gue tau ini berat buat lo, emang gak semudah itu buat merubah mindset lo yang udah mengakar itu, tiba-tiba berhenti untuk mengejar kasih sayang ayah lo itu emang sulit dan berat, tapi gue yakin lo bisa, iya sih gue ngerasa jadi setan karena ngehasut lo buat menjauh dari Ayah lo, tapi gue tau itu yang terbaik buat lo! semangat Lana.." ucap Jinan memeluk sahabatnya itu untuk memberi semangat dan agar Alana tidak merasa sendiri
"makasih ya Nan, udah hidup" sahut Alana kembali menata semangat
"hehe iya kan? lo emang harus bersyukur karena Tuhan ngirim peri secantik gue" bangga Jinan dengan tawa khas nya
"Alana!! lo apaan banget deh ngomong kasar ke Aluna tadi! liat tuh Aluna lagi nangis sekarang.. !!" bentak Mella, sahabat Aluna
"salah dia aja yang cengeng" celetuk Alana, Diam-diam Jinan tersenyum. bangga sekali dengan sikap Alana yang seperti itu
"ngomong apa lo? emang dasar pembantu lo! sama majikan malah kasar! di pecat tau rasa lo!" marah Mella lagi
"ya udah" sahut Alana lagi menatap malas Mella
"maksut lo?" Mella sangat kesal dengan sikap arogan Alana
"suruh dia pecat gue, gue bakalan bersyukur banget kalo lo bisa buat dia pecat gue, gue juga udah muak liat muka dia" jawab Alana, emosi Mella semakin tersulut dengan ucapan Alana
"pembantu beg*! dasar orang miskin gak tau diri.. "
plaakkk..
telapak tangan Jinan mendarat kasar di pipi Mella, puas sekali Jinan menampar wajah songong orang didepannya itu
"lo yang beg*! tol*l! mata lo katarak ya? mending lo keluar deh dari kelas gue, bikin badmood tau gak! kalo emang Alana pembantunya Luna, dia udah pecat Lana dari kemarin! dia gak butuh lo ngebac*t disini! dia bukan orang bodoh yang bakal diem kalo merasa di sakiti! siswi yang gak ngapa-ngapain aja dia bully cuma gara-gara dilirik Lingga!" bentak Jinan yang sudah di puncak kekesalannya
"udah Nan.." bisik Alana menarik lengan Jinan untuk duduk, Mella kehabisan kata-kata benar juga apa yang Jinan ucapkan, tapi sekarang Aluna sedang menangis tersedu di kelasnya karena mendapat perlakuan kasar Alana, Mella keluar dari kelas itu dengan hati yang bingung
"jangan kasar-kasar! ntar lo dapet teguran dari Lingga, parahnya lagi lo bisa di bawa ke BK" ucap Alana mengomeli Jinan
"sorry kelepasan, sumpah ya kalo si Luna itu yang disini udah gue tonjok tujuh kali mukanya!!" sahut Jinan yang masih kesal
"lo apain Aluna bangs*tt!" teriak Dipta juga yang masuk ke kelas mereka dengan wajah marahnya, para siswa lain di kelas itu juga terkejut dengan suara lantang Dipta
"etdah, banyak banget babunya si Luna" gumam Jinan menatap kesal Dipta
"Lo apain Luna hah!! manusia rendahan kayak lo berani nyakitin Aluna sampai nangis, gue tonjok lo!" ucap Dipta menarik kerah baju Alana
"eh eh.. enak aja lo main kasar kasar ke cewe! lo emang tau apa permasalahan mereka hah? gak usah sok jagoan ya lo Dipta!" Jinan mendorong kuat Dipta agar menjauh dari Alana
"masalah gue sama Luna bukan urusan Lo buat ikut campur!" ucap lantang Alana menarik Jinan ke belakangnya agar tidak di lukai Dipta
"lo udah bikin nangis Aluna bangs*t!! gue gak Terima Aluna di sakitin sama manusia rendahan kayak lo!!" bentak Dipta lagi meraih lengan Alana
"apapun yang gue lakuin ke Aluna, apapun yang terjadi sama gue dan Aluna bukan urusan lo Dipta!!" bentak Alana juga
"pembantu kayak lo gak pantes buat ngomong kayak gitu! lo harus minta maaf ke Aluna sekarang!!" tarik paksa Dipta, Alana dengan sekuat tenaga menepis tangan Dipta dari lengannya
"gue bukan PEM.BAN.TU!!" sarkas Alana, amarah nya mulai tersulut karena Dipta
"oh? udah mulai berani ya sekarang?kenapa? lo udah pasrah bakal di tendang dama keluarga Ardinata? heh.. dasar manusia rendah.. "
plakkkk..
sebelum menyelesaikan kalimatnya, Alana sudah menampar penuh amarah Dipta, siapapun yang melihat mata Alana saat ini mungkin akan merasa takut, ini pertama kalinya Alana benar-benar marah karena seseorang
"entah gue pembantu atau bukan, mulut busuk lo gak pantes buat protes!! sebelum gue bener-bener tinju muka jelek lo, mending lo keluar sekarang!!" bentak Alana. Dipta marah sekaligus terkejut dengan suara Alana yang begitu Lantang
"brengs*k! lo berani mukul gue hah!!" Dipta sudah siap ingin menampar Alana, tapi.. sebelum tangannya sampai sebuah tangan lain menghentikan nya dengan cengkraman yang sangat kuat