Menikah belum menjadi prioritas Hasna walaupun dia menyukai anak kecil. Kesukaannya pada dunia kerja mempertemukannya dengan seorang anak yang membuatnya jatuh cinta dan terlibat terlalu dalam dengan Maura. Gadis kecil yang menempel padanya seperti anak koala dan sulit lepas. Tawaran menjadi ibu bagi Maura menjadi hal yang menarik dan menyenangkan, tapi Hasna lupa... Maura memiliki ayah dan kakak perempuan. Menjadi ibu Maura berarti menjadi istri dari Reza dan ibu dari Hujan. Mampukah Hasna menjalani kehidupan dengan 3 orang dengan karakter yang berbeda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan di Lantai 9
Lantai 9
“Kamu sudah cari di setiap ruangan!” teriak Reza
“Sudah pak, diruangan sekretaris direksi tempat main Maura juga tidak ada, tadi Mba Prita bilang tidak melihat Maura masuk ke ruangannya!” jawab Aswin dengan terbata, dia juga bingung. Hari ini pekerjaan sangat penuh sampai terlewat makan siang , rapat penyiapan kerjasama dengan Pabrik di Tiongkok membuat semua orang terfokus untuk menyiapkan bahan laporan masing-masing. Terakhir Aswin melihat Maura berlari lari membawa tas sambil menunjuk nunjuk ke bawah sambil bicara pada Papi nya. Pak Reza hanya memandang sekilas sambil tersenyum dan melambaikan tangan, pasti Pak Reza tidak mendengar apa yang dibicarakan Maura karena saat itu ia sedang berbicara dengan Direktur Keuangan Pa Tommy membahas dana yang dibutuhkan untuk bisa melakukan Merger untuk produk yang yang akan dikerjasamakan dengan Pabrik di Tiongkok. Haduuuh kemana lagi anak ini.
“Cari di setiap lantai, tutup lobby jangan sampai ada orang yang keluar dari kantor tanpa pemeriksaan, tutup semua pintu selain dari lobby” teriak Reza, fikirannya tiba-tiba merasa buntu. Ia ingat mendengar kalau Maura bilang akan turun ke bawah “Papi aku mau kumis...... di bawah.....boyeh" Ia tidak terlalu memperhatikan apa yang dibicarakan Maura, pikirannya terpusat pada tanggapan Pak Tommy bahwa pabrik di Tiongkok beresiko dalam melakukan merger karena mereka tidak pernah melakukan ekspansi di wilayah tersebut. Aturan dan kebijakan yang berbeda di setiap wilayah Tiongkok menjadikan rencana merger sangat berbahaya kalau tidak dilakukan dengan hati-hati. "Arghhhhhhh kenapa sampai lalai memperhatikan Maura... bagaimana kalau...." Reza tidak mau berpikir buruk, ia harus tenang. Selama ini Maura selalu aman bersamanya, tidak mungkin ada orang yang bisa menculik anaknya, dia tidak pernah punya musuh yang mengancam dan Maura tidak akan mau pergi dengan orang yang tidak dikenal.
"Coba liat CCTV, lihat semua aktivitas di lantai ini dan lift antara jam makan siang, lihat apakah Maura ada pergi bersama dengan orang lain!" ucap Reza
"Huft... koq gak kepikir kesitu tadi" Aswin bergegas turun ke lantai 3 Ruang Safety and Secure. Semua aktivitas di gedung akan terekam di ruangan tersebut.
Tiba-tiba Reza ingat dia selalu menyimpan handphone di dalam tas Maura, dia selalu berpikir kalau terjadi sesuatu harus ada handphone yang bisa dihubungi. Ia sudah mengajarkan Maura untuk mengangkat telpon dan menelepon kalau terjadi sesuatu dan tidak ada orang disekitarnya. Hidup sendiri tanpa pasangan membuatnya selalu waspada menjaga anak-anaknya untuk selalu mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Dipijitnya no telp di tas Maura, terdengar nada sambung.... 1x.....2x....3x...
"Halo .." terdengar suara perempuan. "
"Siapa ini, dimana anak saya".. teriak Reza..
"Eh... maaf pak jangan teriak saya juga masih bisa dengar saya....." suara perempuan itu tertutup dengan teriakan Aswin
"Lantai 7 pak.. di bagian HRD Maura ada disana" teriak Aswin di pintu
Reza setengah berlari ke arah lift, semua orang di lantai 9 tampak panik. Arcy menghampiri diiringi semua orang di ruangan sekretaris direksi
"Sudah ketemu? ... siapa yang membawanya? koq berani-beraninya membawa anak orang" Arcy mendesis dengan mendekap di dadanya.. dia menghampiri Reza
"Dia bukan anak orang dia anak saya" ucap Reza tidak sabar sambil terus memijit mijit tombol lift
"Tenang pak.. liftnya sudah naik... jangan panik Insya Allah ada disana... kita sudah pernah melihat dia sebelumnya, mungkin itu sebabnya Maura mau ikut dengannya" ucap Aswin berusaha menenangkan Reza. Tombol lift bisa rusak kalau ditekan-tekan dengan kasar terus, gimana kalau ada orang di dalam lift bakalan semakin runyam kalau tiba-tiba konslet dan mati di jalan.
"Siapa diaaaa..." teriak Reza tidak sabar
"Itu pa ... Emvrat"...kata Aswin... dia tidak ingat nama perempuan itu, yang dia ingat hanya Emvrat
"Yang bertemu di lift dan ditawari permen coklat oleh Maura dan dia minta emvrat" senyum Aswin.
Ting! Pintu lift terbuka, Reza, Aswin dan Arcy masuk ke dalam lift dan langsung memijat tombol lantai 7.
"Kenapa kamu ikut?" tanya Reza...
"Saya pengen liat perempuan yang kurang ajar bawa anak aku" ucap Arcy dengan penuh percaya diri
"Ewwww.... anak aku, biasanya juga ga pernah mau megang, hanya mau menyentuh Maura kalau ada Reza cari muka, begitu bapaknya gak ada aja langsung nyuruh Prita untuk ngajak main keluar... tipe-tipe ibu tiri penyiksa anak " Aswin langsung memalingkan muka sambil tersenyum masam. Dia paling tidak suka pada Arcy, selalu mengambil kesempatan untuk mendekati Reza
Reza hanya menghembuskan nafasnya, dia tidak ingin mendebat siapapun sekarang, hanya ingin segera melihat Maura. Total hampir 4 jam ia kehilangan kontak dengannya, jangan sampai terjadi lagi hal seperti ini. Mana belum makan lagi, tadi waktu jam 11 ia tawari Maura makan dia menolak karna masih kenyang dan hanya mau minum susu kemasan dan biskuit.
Dilantai 7 Reza mengikuti Aswin masuk ke ruangan HRD sebelumnya dia tidak pernah masuk ke ruangan ini. Biasanya dia bertemu dengan para manager di ruang rapat di lantai 8, untuk selain itu dia jarang melakukan interaksi dengan stafnya yang lain. Dia cukup mempercayakan pada Aswin dan Arcy untuk urusan yang sifatnya domestik. Masuk ke ruangan HRD ada 5 kubikel dan 1 ruangan manager. Aswin langsung masuk ke ruangan manager dan terdengar teriakan perempuan disana begitu mendengar penjelasan Aswin "Apaaaaa.... ya ampun itu anak Pak GM..." Seorang perempuan keluar dan tampak panik.
"Maaf pak saya tidak tau, kalau saya tau..." ucap Rika dengan gugup
"Mana anak saya?"... Ucap Reza tenang tapi dengan penuh ketegasan dan penekanan
"Aaadaa Di-disini pak"
"... Hasnaaaaa" teriak Rika
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
* Hadeuuuh Hasna - Hasna pengen main sama anak kecil mah jadi guru TK aja dehh jangan kerja di kantoran. Salah profesi kamu 😂
#########
🥰🥰🥰 Terima kasih sudah membaca karya pertama saya, jangan lupa like n komen yaaa supaya semangat nulisnya.. love u all 🥰🥰🥰
\#\#\#\#\#\#\#\#\#\#\#\#\#