NovelToon NovelToon
When The Heavy Rain Comes To You

When The Heavy Rain Comes To You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nanda Dwi

Lunar Paramitha Yudhistia yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya menikah lagi dengan rekan kerjanya. Ia tak terima akan hal tersebut namun tak bisa berbuat apa-apa.

Tak disangka-sangka, wanita yang menjadi istri muda sang Ayah menaruh dendam padanya. ia melakukan banyak hal untuk membuat Lunar menderita, hingga puncaknya ia berhasil membuat gadis itu diusir oleh ayahnya.

Hal itu membuatnya terpukul, ia berjalan tanpa arah dan tujuan di tengah derasnya hujan hingga seorang pria dengan sebuah payung hitam besar menghampirinya.

Kemudian pria itu memutuskan untuk membawa Lunar bersamanya.

Apa yang akan terjadi dengan mereka selanjutnya? Yuk, buruan baca!

Ig: @.reddisna

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanda Dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21: New Look

"Hoamm ..." aku menguap dan meregangkan tubuhku yang terasa kaku. Kulihat jam dinding di seberang sana sudah menunjukkan pukul delapan lebih tiga belas menit, sedikit terlambat dari biasanya tapi itu bukan masalah bagiku.

Aku membuka ponselku dan melihat beberapa pesan masuk dari Rinai, aku hanya membacanya dari notifikasi. Aku akan membalasnya saat pekerjaanku sudah selesai. Ku lempar ponsel itu ke sembarang arah, aku beranjak dari sana dan mulai membersihkan diriku.

Tak butuh waktu lama, aku sudah berdiri di depan cermin ─ memastikan tak ada yang salah dengan pakaian dan riasan yang ku kenakan hari ini. "Sempurna!" aku memuji diriku sendiri, kemudian melenggang pergi dengan rambut yang tergerai rapi.

"Oh, ayolah! Kenapa kita harus melakukannya sepagi ini? Ada banyak pekerjaan yang harus kulakukan," wanita yang masih mengenakan piyama itu menggerutu kesal, bibirnya sudah maju lima sentimeter.

"Hanya sebentar saja, lagipula Selatan sudah memberiku izin untuk melakukan ini padamu. Jadi, kau tidak perlu bekerja hari ini ..." aku duduk disampingnya yang tengah mengumpulkan sebagian nyawanya.

Ia mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. "Kau ini menyebalkan!" ia beranjak dari tempat tidurnya dengan gontai menuju kamar mandi.

"Aku juga mencintaimu, Kak Hana!" jawabku dengan sedikit berteriak agar ia bisa mendengarnya dari dalam sana.

"Berisik!" serunya.

Aku tertawa kecil begitu mendengar suaranya. Teriakannya terdengar begitu keras, memekik telinga. Sembari menunggunya membersihkan diri, aku mempersiapkan alat-alat yang akan ku gunakan untuk meriasnya ─ merubah dirinya menjadi sosok yang berbeda.

Tiga puluh menit kemudian, Kak Hana kembali muncul di hadapanku dengan penampilan yang lebih segar. Aroma lavender yang harum menjalar memenuhi ruangan. "Harumnya, parfum apa yang kau pakai?"

"Aku tidak tahu, tidak ada label merk di sana. Hanya sebuah botol tanpa tulisan apapun," jawabnya sembari mengeringkan rambut.

Aku hanya mengangguk paham. "Apa kau siap untuk ini?" aku mengayunkan kuas rias ke atas dengan antusias. Merias adalah salah satu hobiku.

Wanita itu berbalik menatapku dengan malas, diikuti anggukan kepala yang samar. Senyum lebar tersungging di wajahku, ada kepuasan tersendiri dalam hati ketika melihatnya tunduk padaku. Aku mulai dengan membersihkan wajahnya, kemudian mengoleskan pelembab wajah sebagai pondasi utama.

"Kau yakin ini akan terlihat cocok untukku?" ia menatap pantulan dirinya dari cermin dengan tatapan aneh, bedak tebal menutupi wajahnya dengan sempurna.

"Percayalah padaku, Kak!" aku berusaha meyakinkan.

Setelah menutupi semua bagian wajahnya dengan bedak, aku mulai memperjelas kontur wajahnya terutama di bagian hidung dan rahang agar terlihat lebih tirus. Kali ini aku menggunakan riasan mata yang cukup tebal namun dengan warna-warna yang natural.

"Pejamkan matamu sebentar," tuturku, kemudian mengoleskan bulu mata palsu dan memasangkannya. Eyeliner yang tajam dan lensa kontak berwarna hijau menambahkan kesan gahar.

Setelah berkutat cukup lama di sana, akhirnya aku berhasil menyelesaikan riasan mata dengan sempurna. Aku beralih ke bibirnya. Kuambil warna orange sebagai dasarnya, kemudian kutimpa dengan lipstik berwarna merah muda, ku oleskan secara perlahan menggunakan kuas agar hasilnya lebih natural.

"Oh astaga, ini membuat wajahku terasa berat ..." keluhnya.

"Kau harus terbiasa dengan ini, aku bahkan belum memasang rambut palsunya," kalimat itu berhasil membuatnya berdecak malas, diikuti dengan kekehan kecil dariku.

Kak Hana melihat pantulan dirinya di cermin, ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan dirinya terlihat sempurna dari setiap sisi. "Tidak buruk," ucapnya sembari mengibaskan rambutnya.

Dengan telaten aku merapikan rambutnya, kemudian memasangkannya wig cap di kepalanya agar rambut palsunya bisa menempel dengan sempurna. "Tunggu sebentar, aku harus merapikannya ..." aku menyisir rambut palsu itu agar terlihat lebih rapi.

Perlahan tapi pasti rambut palsu berwarna pirang itu mendarat di kepala Kak Hana. Aku memberikan sedikit penyesuaian dengan memotongnya kemarin. "Selesai ..." ucapku sembari memberikan sentuhan terakhir pada rambutnya.

"Bagaimana menurutmu? Cantik bukan?"

Aku membiarkannya Kak Hana mengeksplorasi dirinya melalui pantulan cermin. Sekarang ia benar-benar terlihat dua orang yang berbeda. "Astaga apakah ini benar-benar aku?" ia menatap ke cermin dengan tak percaya, seolah-olah yang ia lihat adalah orang lain.

Aku melipat kedua tangan di dada, senyum lebar terpatri di wajahku. Ada kebahagiaan tersendiri saat seseorang menyukai riasan yang kau buat.

"Kau benar-benar hebat!" Kak Hana memujiku dengan antusias, ia tak melepaskan pandangannya dari cermin.

"Ya, ya, ya ... aku tahu itu," aku menyombongkan diri.

Cekrek!

Cekrek!

Cekrek!

Ia mengambil banyak foto dengan berbagai gaya setelahnya, kamera ponselnya terus berbunyi. Mengabadikan setiap pose yang ia lakukan di depan layar ponselnya. Tak henti-hentinya ia melontarkan kata pujian pada riasan yang menurutnya sempurna itu.

"Tanganmu benar-benar handal, aku mencintaimu!" Kak Hana memelukku kemudian menciumi wajahku dengan antusias. Aku berusaha menghindar namun gagal, hanya bisa pasrah.

"Masih ada satu hal lagi yang harus kita ubah," ucapku di sela-sela pelukan itu.

"Apa?" ia menggelengkan kepalanya, seperti ada tanda tanya besar di wajahnya.

"Pakaianmu, bodoh! Kau harus terlihat elegan dan menawan."

"Oh iya, aku hampir melupakan hal itu!" Kak Hana kemudian melepaskan pelukannya, ia membuka lemari pakaiannya lalu mengeluarkan beberapa pakaian yang kami beli beberapa waktu lalu.

"Aku ingin mencoba gaun ini terlebih dahulu, sepertinya akan cocok dikenakan dalam acara formal maupun non formal," ia memperlihatkan sebuah gaun hitam dengan panjang selutut dan bagian punggung yang sedikit terbuka, itu sangat seksi kawan.

"Ini akan terlihat sangat cocok dengan proporsi tubuhmu," aku memujinya, postur tubuhnya memang sangat ideal seperti jam pasir.

Cekrek!

Ia memotret dirinya dari pantulan cermin setelah bergenti pakaian, hak tinggi berwarna hitam menjadi pelengkap tampilannya hari ini. "Astaga, ini adalah mahakarya!" ucapnya sembari terus berpose di depan cermin.

"Ayo, kita harus menunjukkan ini pada yang lain. Mereka pasti tidak akan mengenalimu!" aku menarik paksa dirinya yang tengah asyik berpose manja di depan cermin. Aku ingin menunjukkan pada semua orang mengenai mahakarya ku. Dengan pasrah Kak Hana mengikutiku, lagipula memang itu tujuan utamanya.

"Bagaimana menurut kalian?" aku menyuruh semuanya untuk berkumpul di ruang tengah, kemudian dengan bangga memamerkan Kak Hana di depan semuanya.

"Aku hampir tak mengenalinya," Selatan angkat bicara.

"Tuan benar! Hana, kau benar-benar terlihat berbeda dari sebelumnya," Bibi Chen menimpali.

Selatan kemudian menatapku, kemudian mengacungkan kedua jempolnya kepadaku disertai dengan senyuman. "That's good," ia memujiku. Oh astaga, ini semakin membuatku besar kepala.

Bibi Chen tak mau kalah, ia juga memberikan acungkan jempol untukku dan Kak Hana. "Kalian berdua benar-benar hebat!" aku hanya menundukkan kepala, wajahku berubah menjadi merah padam karena pujiannya.

1
Aksara_Dee
suka bacanya gimana dong...🩷🩷
Mampir juga di karyaku ya ka
Aksara_Dee
Karya yang bagus Kaka
Sylvia Rosyta
masih nyimak ceritanya
Reddisna: /Rose/
total 1 replies
Aiyub Umikalsum
tetap semangat semangat.
SnowDrop❄️
Wuiss,,, kata demi katanya tersusun dengan sangat sangat kerenn🦋
S.gultom
semangat Thor 🤛
Jihan Hwang
hai kak aku sudah mampir /Smile/
semangat terus
Momo🦀
Hai kak, aku mampir ya🤗 semangat ya
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
hallo,semangat thor/Smile//Smile/
putribulan
aku mampir kak, semangat ya
Queen
semangat kakak 🔥🔥
seczzby
semngttt thorrr💗💗💗
Alta💕
Hai kakak, aku mampir dan🌹untuk kakak, kata-kata yang kakak tulis puitis😊
Momo🦀: hai kk makasih sudah mau meluangkan waktunya 🙏🙏 sukses terus kk🤗
🇷‌🇭‌: ak mampir untk kakak
total 3 replies
Little Sister
ditunggu episode selanjutnya 😉
Ellana_michelle
semangat kakk, jangan lupa mampir/Smile/
Reddisna: Terimakasih sudah mampir.
total 1 replies
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
semangat🙏
Sylvia Rosyta
aku mampir kak 😊 semangat buat nulisnya 💪
Reddisna: Terima kasih sudah mampir.
total 1 replies
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel'ku jika berkenan 😊
Reddisna: Terimakasih sudah mampir. 💓
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!