Selama 4 tahun lamanya berumah tangga, tak sedikit pun Naya mengecap keadilan.
Hidup satu atap dengan mertua begitu menyesakkan dada Naya, dia di tuntut sempurna hanya karena dia belum bisa memberikan keturunan. Di sepelekan, di olok-olok oleh mertua dan juga iparnya. Sang suami cuek dengan keluh kesahnya, bahkan dengan teganya ia menikah kembali tanpa meminta izin dari Naya selaku istri pertama.
Daripada di madu, Naya lebih baik mengajukan gugatan perceraian. siapa sangka setelah ketuk palu, dirinya ternyata sudah berbadan dua.
Bagaimana kehidupan yang Naya jalani setelah bercerai, akankah dia kembali pada mantan suaminya demi sang buah hati?
"Jangan sentuh anakku! Berani menggapainya itu sama saja dengan mempertaruhkan nyawa." Naya Suci Ramadhani.
Woowww... bagaimana kah karakter Naya? apakah dia lemah lembut? atau justru dia adalah sosok perempuan yang tangguh.
Yuk, simak ceritanya jangan sampai ketinggalan 👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat panggilan
Surat panggilan dari pengadilan Agama sudah di dapatkan oleh Naya dan Sendi, Naya menatap nanar surat tersebut.
"Aku tak pernah membayangkan kalau semua akan berakhir di pengadilan, tapi aku tidak akan menyesalinya karena ini adalah jalan terbaik untukku." Lirih Naya.
Naya langsung saja menandatangani surat tersebut, ia memang sudah benar-benar yakin dengan keputusannya dan tidak ada alasan lagi untuk ia bertahan.
Sama halnya dengan Naya, Sendi juga menerima surat panggilan dari pengadilan Agama. Saat ini ia sedang bersiap untuk pergi ke rumah calon istri barunya untuk melangsungkan akad nikah. Matanya terus menatap surat tersebut, tak bisa di pungkiri kalau rasa itu masih ada namun ia berusaha menepisnya.
"Kenapa kamu diam saja, cepat tandatangani suratnya biar kamu bebas dari perempuan mandul gak tahu diri itu!" Sarkas Neti.
"Palingan kakak ngerasa sayang aja Ma, kan kalo ada si Naya lumayan bisa di jadiin babu gratis kakak, suatu saat nanti kalau mbak Sesi hamil gak perlu kecapean." Ucap Seni di akhiri kekehannya.
"Benee juga sih, tapi Mama muak banget lihat mukanya." Sahut Neti.
Sendi menghela nafasnya panjang, dengan ragu ia membubuhkan tanda tangan diatas surat tersebut. Dari kejauhan Egi melihat semuanya, ia pun berjalan melewati mereka begitu saja tanpa ada niat berbicara sepatah kata pun.
"Loh, Papa mau kemana? Emangnya Papa gak ikut nganter kakak?" Tanya Seni saat melihat Egi keluar.
"Tidak penting ada aku atau pun tidak! Lebih baik sekarang kalian urus saja urusan kalian sendiri, jangan harap aku akan menginjakkan kakiku di rumah ini lagi." Tegas Egi.
"Heleehhh, sebegitunya kamu bela menantu mandul yang sebentar lagi jadi calon mantan? Pergi saja kalau emang kamu mau, kepergianmu justru dosa bagimu karena sudah ingkar janji pada mendiang Bapakku." Ucap Neti menatap sinis pada suaminya.
"Biarlah dosanya ku tanggung sendiri, kau tak perlu mengurusi dosaku. Urus saja dosamu sendiri!"
Setelah mengucap hal itu pun Egi pergi, Neti menatap punggung suaminya yang kian menjauh dari pandangannya.
Keputusan Egi sudah bulat, ia pisah rumah dengan Neti. Semalam ia bertengkar hebat sampai tetangga dan Rt datang untuk melerai perdebatannya, Egi berusaha menyadarkan anak istrinya yang sudah salah jalan.
Hati ayah mana yang tak hancur saat anak sulungnya lebih memilih ego ibunya, sedangkan anak perempuannya pun ia pergoki sedang berduaan bersama kekasihnya di kamar saat ia pulang kerja. Egi sudah kehabisan kata-kata, sesuatu yang sangat ia takutkan terhadap anak perempuannya kini menjadi kenyataan.
'Biarin aja, namanya juga anak muda kalo pacaran ya berduaan. Kalau pun Seni sampai hamil ya tinggal nikahkan saja mereka, hidup jangan diambil pusing'
Kata-kata Neti membuat darah Egi mendidih semalam, ia menampar istrinya itu karena menyepelekan hal besar.
Egi pun pergi begitu saja tanpa menghiraukan anak istrinya, ia pun tak tahu akan tinggal dimana yang pastinya ia sudah benar-benae muak.
Sendi dan yang lainnya pun bersiap untuk ke rumah Sesi, mereka akan tetap melangsungkan pernikahannya.
****
Sedangkan di sisi lain.
Naya mulai mencicil bahan untuk membuat kue, ia akan membuat kue yang akan ia bagikan ke tetangga kontrakannya sebagai testimoni untuk jualannya nanti.
"Sepertinya aku harus membeli hp baru, hpku kameranya rusak dan susah untuk mendapatkan foto. Hm, aku akan bekerja keras untuk mempostingnya ke media sosial, siapa tahu banyak yang tertarik." Gumam Naya.
Bahan kue sudah lengkap, Naya mencuci perabot yang ia beli. Sebagian banyak perabot yang di beli Naya sepergi oven, mixer dan lain sebagainya. Ia berkutat di dapurnya sendirian dengan harapan yang besar, mengerjakan dengan senang hati agar ia bisa mewujudkan niat Egi.
Naya berkutat dengan alat tempurnya di dapur sampai hari berubah menjadi gelap, ia mengusap peluh di dahinya dan merasakan lelah di badannya. Matanya tiba-tiba saja mengembun, ia meratapi nasibnya sendiri dan merasa hidupnya berantakan.
"Tuhan, kebahagiaan seperti apa yang sudah Engkau siapkan. Rasanya aku lelah sekali, hiksss.." Lirih Naya menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya.
*****
Satu minggu kemudian.
Di hari ke 3 Naya membuat kue ternyata banyak yang menyukai rasanya, tetangga kontrakannya saja ada beberapa yang memesan bolu ulang tahun baik untuk anaknya, istri maupun suaminya.
Sampai hari ini Naya masih tetap kebanjiran orderan, ia di bantu oleh seseorang kenalannya yang ternyata membutuhkan pekerjaan dan juga cekatan begitu Naya menerimanya.
Saat ini Naya harus pergi ke pengadilan, ia akan menghadiri sidang perceraiannya.
"Rhea, aku mau pergi ke pengadilan dulu, kamu handle yang sekiranya kamu bisa saja ya." Pesan Naya.
"Apa mau aku antar? Pekerjaannya juga kan tinggal sedikit lagi." Rhea menawarkan dirinya untuk menemani Naya, ia kasihan kepada Naya yang melakukan segala sesuatunya sendiri.
Sedikit banyaknya Rhea tahu kisah kehidupan Naya, ia menjadi pendengar sekaligus teman bagi Naya karena ia pun hidup sebatang kara di kota yang ia datangi.
"Tidak usah, aku bisa melakukannya sendiri. Lebih baik bereskan saja pesanannya, takutnya yang punya tiba-tiba ngambil kan orang yang beli semuanya gak ada yang bisa di tebak." Ucap Naya tersenyum.
"Berhati-hatilah, nanti kabari aku jika perlu bantuan." Pesan Rhea.
"Nanti aku belikan makanan ya, bye..!!" Naya pun melambaikan tangannya dan pergi keluar.
Rhea tersenyum membalas lambaian tangan Naya, ia pun kembali mengerjakan pekerjaannya untuk menghias kue pesanan orang lain.
Naya pergi ke pengadilan menggunakan driver online. Sepanjang perjalanan ia berdoa supaya Sendi tidak hadir, dengan begitu prosesnya akan lebih cepat.