"Kenapa selalu gue yang harus ngertiin dia? Gue pacar elo Marvin! Lo sadar itu ga sih? Gue capek! Gue muak!" ucap Ranu pada kekasihnya dengan nada marah.
"Maafin gue, Ranu. Gue ga maksud buat ngerebut Kara dari elo" Zara menatap takut takut pada Ranu.
"Diem! Gue ga butuh omongan sampah elo ya" Ucap Ranu dengan nada tinggi.
.
.
.
"Shit! Mati aja elo sini Zara!" hardik Fatiyah setelah membaca ending cerita pendek tersebut.
Fatiyah mati terpanggang setelah membakar cerpen yang dia maki maki karena ending yang tak dia sukai. Dia tidak terima, tokoh kesayangannya, Ranu harus mati mengenaskan di akhir cerita. Tapi, siapa sangka kalau Fatiyah yang harusnya pergi ke alam baka malah merasuki tubuh Zara. Tokoh yang paling dia benci. Bagaimana kelanjutan kisahnya. Kita lihat saja. Apakah Fatiyah bisa menyelamatkan tokoh favoritnya dan mengubah takdir Ranu? Apakah dia malah terseret alur novel seperti yang seharusnya?
sorry guys, harus revisi judul dan cover soalnya bib...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Telo Ungu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13 Tiga Belas
Flashback Perjanjian Lengkara dan Ranu Belum Ajakan Pertemanan Ranu dan Zara.
.
.
.
Malam itu, Ranu datang ke apartemen milik Lengkara setelah mengabari sepupunya itu. "Lohan dan Hisbi ga kesini kan?" tanya Ranu memastikan.
Lengkara mempersilakan Ranu masuk ke dalam apartemennya. Dia berjalan menuju dapur di ikuti oleh Ranu di belakangnya. Ranu duduk di kursi dekat meja pentri. Ia memperhatikan setiap gerak gerik Lengkara dengan seksama.
"Lo bisa cek sendiri. Mereka ga ada disini. Waktu gue ga banyak. Habis ini gue ada taruhan balapan. Langsung aja, apa yang elo mau omongin sampai jauh jauh dateng ke apartemen gue?" tanya Lengkara sambil menyodorkan minuman bersoda dingin yang ia ambil dari kulkas kepada sepupunya.
"Ini soal Zara" ucap Ranu membuka topik pembicaraan.
"Kenapa dengan Zara? Elo mau bikin rencana apalagi? Ga bosen terus terusan berantem cuma gara gara Marvin" cerca Lengkara dengan penuh tendensi.
"Gue ga akan begitu kalau cewek itu ga kegatelan sama Marvin, Lengkara!" kilah Ranu tak terima mendengar tuduhan sepupunya yang sayangnya ada benarnya.
Lengkara terkekeh geli melihat ekspresi Ranu yang penuh amarah. "Santai Ran. Gue cuma ngomong kenyataannya. Ranu, Ranu, heran gue elo ga ada bosannya buat mengusik tuan putri"
"Tuan putri? Heh? Udah spesial banget ya sampai ngasih julukan sama Si gatel itu" cibirnya.
"Dekat? Gue rasa belum. Tapi, akan dekat. Apalagi dia yang tiba tiba mengeklaim gue di depan elo dan semua orang di kelas. Jujur gue terkejut ditembak cewek secantik Zara" Lengkara tersenyum tipis mengingat kejadian itu. Lalu, ia juga membuka kaleng minuman bersoda itu. Setelah ia mendaratkan tubuhnya di kursi samping Ranu.
Ranu tertawa sinis melihat Lengkara yang tersenyum tipis. "Elo cinta sama dia Kara?"
"Cinta? Terlalu naif buat gue cinta sama dia. Tertarik itu mungkin. Lagian siapa cowok yang tidak tertarik dengan cewek modelan Zara. Marvin aja oleng kan hahaha" Lagi lagi Lengkara tertawa setelah mengungkapkan fakta yang menyentil ego sepupunya.
BRAK!
Ranu menggebrak meja pentri dengan kepalan tangannya. "Jaga mulut elo Kara. Marvin itu tunangan gue. Dia ga akan oleng pada jalang itu!"
Lengkara terdiam sejenak. "Well, well. Ini memang fakta yang menyakitkan buat elo. Mungkin agak menyentil ego elo sebagai pasangan Marvin. Tapi, Ranuliyu sepupuku tercinta. Mau denial sekuat tenaga pun, elo juga sadar Marvin sudah mulai tahap lebih dari kasian ke Zara"
"So, balik ke point pertama, apa yang lo mau dari gue? Lo ga mungkin dateng kesini cuma mau curhat ke gue. Gue rasa itu bukan tipikal Ranu yang gue kenal" tanya Lengkara penasaran. Sambil menunggu jawaban sepupunya itu, meminum minuman soda tersebut dalam tiga kali tegukan.
"Ternyata capek juga ngomong panjang lebar begini" batin Lengkara.
"Gue mau kita kerja sama Kara. Elo bantuin gue buat cegah gerak gerik Zara biar ga ada alasan buat dekat sama Marvin lagi. Gue mau elo ngawasin Zara supaya Marvin ga bisa sedikitpun nyentuh atau berhubungan dengan Zara. Elo harus bener bener jalanin hubungan sama Zara" terang Ranu.
"Apa keuntungannya buat gue ngawasin Zara. Lagian gue ga tertarik buat pacaran. Walaupun, Zara udah mengeklaim gue sepihak" ucap Lengkara menolak keringanan Ranu.
"Kalau elo ga bisa pacaran sama Zara. Minimal elo bisa pura pura pacaran sama Zara, Kara. Dengan begitu, Marvin pasti ga akan ngelirik Zara lagi. Keuntungannya kalau elo bisa pura pura pacaran sama Zara dan bikin Zara berpaling sama Marvin, gue bakalan ngasih uang ke elo 100 juta" tukas Ranu dengan mantap.
"100 juta? elo pikir gue semiskin itu ya? terlalu murah untuk misi yang terlalu membuang buang waktu gue. Gue tolak permintaan elo, Ran. Btw, elo masih mau disini atau pergi? Gue udah ditunggu sama temen temen gue" Lengkara turun dari kursi. Lalu, ia berjalan ke arah sofa.
"Kara, dengerin gue dulu. Apa hadiah gue masih kurang? 100 juta come on. Gue ambil duit itu dari tabungan gue lho" rayu Ranu pada Lengkara.
"Sorry gue ga peduli" Lengkara mengambil jaket jeansnya dan memakainya. "Kara, tolong kali ini aja bantuin gue. Cuma elo satu satunya kunci kesuksesan rencana gue Lengkara Arya Mohan. Please!!!" rengeknya.
Lengkara tidak memberi respon lebih lanjut. Dia malah berjalan dengan santai menuju pintu apartemennya.Melihat sepupunya mengabaikannya, Ranu langsung putar otak untuk meningkatkan penawarannya.
"Oke, fine! Elo mau apa dari gue Kara?! Terserah elo deh mau imbalan apa dari gue. Asal masih masuk akal" putus Ranu final.
"Ini kalimat yang dari tadi gue tunggu tunggu sepupu tersayang. Gue mau mansion yang kakek kasih buat elo. Gimana? Deal?" tanya Lengkara sambil tersenyum licik pada Ranu.
"Sial! Sialan elo Kara!! Babik! Dia pengen ngambil mansion yang kakek bangun buat rumah masa depan gue sama Marvin?! Gue harus gimana? Apa gue kasih aja ya? Kalau gue nolak, pasti Kara bakalan berubah pikiran. Aduh, gimana, gimana, gimana, Ranu ayo berpikir!" itu yang Ranu ucapkan dari suara hatinya.
Lengkara menatap sepupunya yang terdiam. Ia tahu kalau mansion itu sangat berharga buat Ranu. Makanya, Lengkara iseng meminta itu. Jangan hujat Lengkara ya, uang 100 juta bagi Lengkara itu sangat sedikit. Dia sekali balapan bahkan bisa dapat lebih dari nominal yang ditawarkan Ranu.
"Ga setuju? Oke. Case close" Lengkara membuka pintu apartemennya dan menyeret pelan Ranu keluar dari apartemen tersebut.
"Nggak, nggak, gue belum selesai. Tadi, gue cuma mikir sebentar. Oke, gue setuju. Kalau elo bisa bikin Zara jatuh cinta ke elo dan jauh dari Marvin, mansion itu buat elo"
"Oke deal! Senang berbisnis dengan anda sepupuku tersayang" kata Lengkara sambil menjabat tangan Ranu sebagai tanda kesepakatan.
"Sebelum gue ngelakuin rencana elo. Gue butuh satu jaminan lagi dari elo" Ranu menghembuskan napas panjang. Dia terlihat menahan kesal pada Lengkara yang dari tadi terlalu banyak permintaan.
"Oke, oke. Elo mau jaminan apa dari gue Lengkara" tanya Ranu dengan nada mengejek.
"Jaminannya gampang. Elo harus berteman dengan Zara. Gue ga peduli elo mau pakai cara seperti apa. Yang penting elo harus berteman dengan Zara. Sanggup?"
Ranu melotot tak percaya dengan ucapan Lengkara. "Really? harus banget gue temenan sama Si gatel itu? Kara! Yang benar saja? Tak ada jaminan yang elo mau? Uang? Mobil? Ponsel apapun itu? Gue ogah temenan sama Zara!"
Lengkara menatap Ranu datar dan dingin. "Itu yang harus elo lakuin kalau ingin rencana ini berhasil. Dengan elo jadi temen Zara, Marvin makin bingung dan sungkan buat deket deket lagi sama Zara. Begitupun Zara. Pasti dia lebih jaga hati elo sebagai teman. Itupun kalau elo berhasil meyakinkan dia buat jadi temen elo Ranu"
"So, gunakan otak elo yang kosong itu buat mikirin caranya temenan sama Zara. Have fun girl!" sambung Lengkara. Sepupu Ranu ini tersenyum licik sambil menepuk bahu Ranu. Raut wajahnya sangat memperlihatkan betapa puasnya dia melihat Ranu yang begitu frustasi.
Lengkara berjalan menjauhi Ranu sambil memutar mutar kunci motornya di jari telunjuknya. Meninggalkan Ranu yang masih terdiam seorang diri di lorong depan pintu apartemennya.
TBC