NovelToon NovelToon
Dendam & Cinta Tuan Mafia

Dendam & Cinta Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Caesarikai

Lima tahun lalu, Liliane Lakovelli kehilangan segalanya ketika Kian Marchetti—pria yang dicintainya—menembak mati ayahnya. Dikhianati, ia melarikan diri ke Jepang, mengganti identitas, dan diam-diam membesarkan putra mereka, Kin.

Kini, takdir mempertemukan mereka kembali. Kian tak menyadari bahwa wanita di balik restoran Italia yang menarik perhatiannya adalah Liliane. Namun, pertemuan mereka bukan hanya tentang cinta yang tersisa, tetapi juga dendam dan rahasia kelam yang belum terungkap.

Saat kebenaran terkuak, masa lalu menuntut balas. Di antara cinta dan bahaya, Kian dan Liliane harus memilih: saling menghancurkan atau bertahan bersama dalam permainan yang bisa membinasakan mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caesarikai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingin Bertemu

Kin terbangun di pagi hari. Cahaya mentari menyusup melalui celah-celah jendela kamar rawatnya. Di sisinya terlihat sang ibu—Liliane yang tertidur dengan damai.

Manik mata hazel itu kembali mengedar. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain. Ryuu yang biasanya selalu ada, pagi ini tidak ada. Sejak awal Kin sudah menyadari dirinya berada di rumah sakit.

Paman Kian—ia masih ingat betul, pria Italia itulah yang membawanya ke ambulans. Menggendong dengan raut wajah yang penuh kecemasan dan terus menerus memanggil namanya. Ia bahkan tak peduli dengan jas dan kemeja mahalnya yang sudah dipenuhi oleh noda darah.

Lama memikirkan Kian, Kin tak sadar bahwa Liliane terbangun. "Killian, sayang ..." panggil Liliane dengan sendu.

Kin menoleh dan tersenyum saat melihat Liliane yang sudah bangun. "Selamat pagi, Mommy ... Apakah aku membuatmu cemas?"

Liliane tidak menjawab, ia justru mengecupi punggung tangan Kin beberapa kali. Melihat itu Kin hanya bisa terkekeh kecil. Dilihat dari perilaku ibunya, ia sudah tahu bahwa ibunya amat cemas padanya.

"Apakah ada yang sakit, nak? Badanmu sakit semua? Ada yang pegal? Atau pusing?" Liliane melayangkan pertanyaan bertubi-tubi hingga membuat Kin kebingungan.

"Mommy ... Satu per satu, Kin bingung." Ucap Kin dengan kening berkerut.

Kemudian Liliane menghela napasnya. "Kau membuat Mommy cemas."

"Maafkan aku, Mommy. Tapi aku ingin sekali bertemu dengan Paman Kian. Apakah Paman Kian sudah pergi?" tanya Kin dengan rasa penasarannya. Kian tidak mungkin pergi begitu saja tanpa menunggunya siuman, kan?

Liliane nampak terdiam beberapa saat. Dia bingung harus merespon apa atas pertanyaan Kin. "Paman Kian?"

Kin mengangguk. "Ya, Paman Kian. Laki-laki yang mengantarkan aku ke rumah sakit ini, Mommy."

"Apakah Mommy tidak melihatnya?" tanya Kin lagi, sementara Liliane langsung menggeleng dengan cepat.

Kedua mata Kin menelisik curiga pada Liliane. Tidak mungkin ibunya tidak mengenal Kian. Malam itu para orang dewasa di keluarga Kaneshiro membicarakannya.

Kin tidak hilang ingatan, tentu saja dia masih ingat percakapan di antara mereka. Tentang Liliane yang tidak ingin Kian bertemu dengannya. Juga tentang pernikahan Liliane dengan Ryuu.

Mengapa? Mengapa Kin tidak boleh bertemu dengan Kian?

"Sungguh?" tanya Kin dengan nada ragu.

Liliane meneguk ludahnya susah payah dan mengangguk patah-patah. "Tentu saja. Apakah Mommy terlihat sedang berbohong?"

Kin menghela napasnya. "Baiklah, kalau begitu Kin akan bertanya pada Ayah Ryuu. Ayah Ryuu pasti tahu dimana Paman Kian." Ucapnya sungguh-sungguh. Harapan terakhirnya memang hanyalah Ryuu.

Lalu, Liliane membantu Ryuu membersihkan tubuh Kin dengan air hangat. Sesekali Kin terlihat meringis kecil saat Liliane tak sengaja menyentuh luka di tangannya.

"Maafkan Mommy, sayang ... Mommy tidak sengaja," ucap Liliane merasa bersalah.

Kin hanya meringis kecil, tapi Liliane tahu bahwa sebenarnya Kin ingin menangis. Dapat dilihat dari kedua mata monolid anaknya itu yang sudah berlinang air mata.

"Menangis saja tidak apa-apa, Kin ... Mommy di sini," ucap Liliane selanjutnya yang membuat tangis Kin langsung pecah.

Badannya mulai terasa pegal, dan luka-luka di tubuhnya perih. Sepertinya reaksi obat pereda nyeri yang diberikan dokter padanya sudah hilang.

Tak lama dari itu, seorang perawat mengetuk pintu kamar. Dia datang membawakan sarapan pagi untuk Kin.

"Selamat pagi, Nona dan Tuan Kaneshiro. Aku datang untuk mengantarkan sarapan pagi," perawat tersebut tersenyum ramah, kemudian membantu menyusun sarapan di atas meja makan yang telah disediakan.

Kin dirawat di kamar president suit, dimana fasilitasnya sangat lengkap seperti apartemen versi lebih kecil. Terdapat ruang tamu, ruang makan, dapur kecil hingga ruang tidur untuk keluarga yang menunggui pasien. Namun, Liliane tidak tidur di kamar itu semalam.

Takeshi juga sudah pulang pagi-pagi buta untuk membersihkan diri dan menjemput Hana. Istrinya itu sejak tadi malam memaksa untuk ikut, tapi ia tidak mengizinkan. Kondisi kesehatan Hana lebih penting.

"Terima kasih," ucap Liliane dengan tulus yang diangguki oleh perawat tersebut sebelum pamit undur diri.

Liliane beralih pada Kin. "Kau mau sarapan sekarang, Kin?" tanya Liliane seraya melihat menu sarapan di meja makan.

Kin menggeleng. "Tidak. Kin mau makan, tapi dengan Paman Kian."

Tubuh Liliane terlihat menegang. Kenapa anaknya itu seolah-olah tergila-gila dengan Kian?

Akhirnya Liliane mendekati Kin. "Sayang ... kau harus makan, agar cepat pulih dan bisa bermain lagi bersama teman-teman." Ucap Liliane yang memberi Kin pengertian.

Namun, Kin kembali menggeleng. "Tidak mau jika bukan Paman Kian. Kin hanya ingin bersama Paman Kian." Ia bersedekap dada dan membuang muka.

Liliane memberengut. "Jadi, kau tidak sayang lagi dengan Mommy?" tanya Liliane, ini adalah jurus pamungkasnya agar Kin bisa menurut padanya.

Terbukti, Kin melirik pada Liliane. Walaupun pada saat Liliane melihatnya, Kin segera membuang muka kembali.

Tidak ada jawaban dari Kin. Hal itu membuat Liliane mendesah risau. Kin tidak pernah seperti ini, walaupun dengan Ryuu sekalipun.

Liliane tak ingin memaksa, sehingga dia membiarkan Kin berbuat sesuka hati. Anaknya itu memang cukup keras kepala. Liliane yakin, nanti jika Kin kelaparan dia akan merengek sendiri.

Tetapi sudah dua jam berlalu, Kin tetap tidak ingin makan. Ia hanya menonton serial kartun di televisi tanpa bersuara. Bahkan saat Liliane mengajaknya berbincang pun, Kin tak menanggapi.

Liliane merasa ada yang aneh dengan Kin, wajah anaknya itu perlahan-lahan memerah seperti tomat. Itu sangat kontras dengan kulit asli Kin yang putih gading.

Ia mencurigai sesuatu. Liliane segera meletakkan punggung tangannya di dahi Kin dan terkejut dengan suhu di sana.

"Panas sekali, Kin ..." ucap Liliane khawatir. Dengan segera ia meminta perawat untuk membawakan kompres hangat.

Liliane akan mengambil makanan untuk Kin, anaknya itu butuh makan. Ketika itu Takeshi dan Hana datang. Mereka membawakan baju ganti dan beberapa makanan kesukaan Kin.

Mereka yang melihat kondisi di kamar rawat Kin cukup heran, apalagi saat melihat Kin yang memakai kompres di dahinya.

"Ada apa, Yuri?" tanya Takeshi dengan kening berkerut. Pandangannya bergantian menatap Liliane dan Kin.

"Kin demam, karena tidak ingin makan." Jawab Liliane dengan raut khawatir yang tercetak jelas di wajahnya.

Mendengar itu, Hana segera menghampiri Kin dengan kursi rodanya. "Selamat pagi, baby boy! Obaasan datang menjengukmu." Sapa Hana dengan senyum hangatnya.

Kin melirik pada Hana. "Apakah Obaasan juga akan memaksaku makan?" tanya Kin, suaranya terdengar lemah.

Hana menggeleng. "Tidak. Tapi Obaasan membawakan banyak sekali makanan kesukaanmu. Kin tidak mau mencobanya?"

Dan Kin menggeleng. "Kin hanya mau makan dengan Paman Kian."

Liliane menghela napasnya, anak itu sepertinya akan tetap kekeh dengan pendiriannya. Ia menatap Takeshi untuk meminta pertolongan.

"Dia ingin bertemu ayahnya?" tanya Takeshi dengan berbisik, dan Liliane hanya mengangguk.

Takeshi merasa bingung, pasalnya Kin tidak tahu bahwa Kian adalah ayah kandungnya. Bagaimana chemistry di antara mereka bisa terbangun begitu saja?

Namun, karena tak ingin membuat cicitnya semakin mogok makan, Takeshi segera menghubungi Goku agar dapat memberitahu Kian melalui Ashley. Pasalnya, menurut laporan anak buahnya, Kian sudah tidak berada di ruang tunggu sejak pagi tadi setelah menerima sebuah panggilan suara. Sehingga Takeshi harus menghubungi Kian lewat sekretarisnya.[]

...****************...

1
kalea rizuky
q ksih hadiah bunga
Caesarikai: Halo, Teman Kai! Terimakasih untuk hadiahnya ya🫶🏻 Have a good day✨
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donkk bagus bgt loh novel mu
Caesarikai: Halo! Terimakasih telah ikut serta dalam keseruan kisah Kian dan Liliane, ya🙌🏻✨ Mohon ditunggu untuk update selanjutnya, karena cerita akan update setiap harinya😉
total 1 replies
kalea rizuky
novel keren kok g ada like
kalea rizuky
seru
kalea rizuky
penulisannya rapi
Erma Wati
ceritanya menarik
Caesarikai: Halo! Terimakasih telah ikut serta dalam keseruan kisah Kian dan Liliane, ya🙌🏻✨
total 1 replies
putrie_07
y ampunnnn kasihannn
seruny......
putrie_07
huaaa😭😭😭😭
nyesel klo g baca karya ini
Caesarikai: Halo! Terimakasih sudah mampir untuk ikut serta dalam keseruan kisah Kian dan Liliane🙌🏻✨
total 1 replies
putrie_07
/Cry/😭😭😭😭😭😭😭😭sesak
putrie_07
pnasaran/Tongue//Tongue//Tongue/
putrie_07
👍👍👍👍
Gadiscantik27
Siang, kak. Boleh minta support baliknya ke ceritaku☺☺ Cinta Terlarang 🚫
Caesarikai: Halo, siang juga cantik! Tentu saja boleh ...🙌🏻
total 1 replies
Mưa buồn
Ga sabar buat kelanjutannya!
Caesarikai: Haloo ... terimakasih ya sudah membaca cerita ini! Dendam & Cinta Tuan Mafia akan update setiap harinya, mohon ditunggu ya ...😉✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!